Anda di halaman 1dari 47

GANGGUAN PADA KEHAMILAN

MAKALAH

Diajukan guna memenuhi Tugas Bridging dalam Mata Kuliah: Keperawatan


Maternitas
Dosen Pembimbing : Dwi Aprilina Andriani S.Kep.,Ner,M.Kep

Disusun oleh :

1. Indah Sundari Siregar


2. Nadiya Nurazizah
3. Sifa Nur Fitriani

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah

“Gangguan Pada Kehamilan”. Yang mana dalam pelaksanaan pengerjaan serta

penyusunan makalah ini didapati dari hasil diskusi, buku, serta pencarian di internet

terkait artikel-artikel yang berhubungan dengan Gangguan Pada Kehamilan. Tak lupa

pula kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait:

1. Ibu Dwi Aprilina Andriani S.Kep.,Ner,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing

Keperawatan Matenitas yang telah memberikan bimbingan

2. Orang tua, yang telah memberikan dukungan dalam segala hal.

3. Penulis buku dan penulis artikel lepas. Dimana tulisannya menjadi sumber

referensi serta bahan penyusunan makalah ini.

Penulis berusaha sebaik mungkin menyusun makalah ini. Namun dalam berbagai sisi

tentu banyak kekuragan yang harus dibenahi. Sekiranya satu dua kalimat dalam

bentuk kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi ke depannya.

Terimakasih.

Tangerang, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Tujuan Penulisan..................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Gangguan Pada Kehamilan...................................................................5

B. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Gangguan Kehamilan............9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................34

B. Saran.....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara

kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan

dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita,

namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin

terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama

pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan

kelelahan.

Gangguan kehamilan adalah masalah kesehatan yang terjadi selama

kehamilan. Masalah kesehatan ini bisa melibatkan kesehatan ibu, bayi, atau

keduanya. Perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuh ibu hamil

merupakan salah satu penyebab utama gangguan kesehatan selama dalam

masa kehamilan. Berikut beberapa gangguan gangguan yang dapat terjadi

selama kehamilan: Hiperemesia, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan dalam

kehamilan, tanda tanda bahaya dalam kehamilan dan asuhan keperawatan

pada gangguan kehamilan.


B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiawa mampu Memahami gangguan pada kehamilan

2. Tujuan Khusus

a. Memahami gangguan pada kehamilan

b. Memahami Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan gangua

Kehamilan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GANGGUAN PADA KEHAMILAN

1. Pengertian Gangguan Kehamilan

Kehamilan adalah masa ketika seseorang wanita membawa embrio

atau fetus di dalam tubuhnya (Astuti, 2011). Kehamilan merupakan waktu

transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang

sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut

lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013). Kehamilan merupakan masa yang dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu;

kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua

mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42

minggu (Yuli, 2017).

Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir

semua ibu hamil mengalaminya. Gangguan kehamilan banyak yang

membahayakan bagi kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam

masa kehamilan ibu hamil akan mengalami banyak gangguan, mulai

gangguan yang ringan sampai dengan gangguan yang berat. Semua gangguan

yang datang dan terjadi sebaiknya perlu diwaspadai dan diketahui.


2. Macam-Macam Gangguan Kehamilan

Gangguan kehamilan adalah masalah kesehatan yang terjadi selama

kehamilan. Masalah kesehatan ini bisa melibatkan kesehatan ibu, bayi, atau

keduanya. Perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuh ibu hamil

merupakan salah satu penyebab utama gangguan kesehatan selama dalam

masa kehamilan. Dalam beberapa kasus, gangguan kehamilan ini bisa

berkembang menjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal bila tidak segera

ditangani dengan tepat.

Berikut beberapa gangguan gangguan yang dapat terjadi selama

kehamilan:

a. Hiperemesia

Hiperemesia adalah keluhan yang sering terjadi pada pagi hari

sehingga dikenal dengan (Morning sickness) kasus ini dapat terjadi 50 %

dan terbanyak terjadi pada umur kehamilan 6-12 minggu. Mual (nausea)

dan muntah (morning sickness) adalah gejala yang wajar dan sering

didapatkan pada kehamilan triwulan I. Mual biasanya terjadi pada pagi

hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala ini

kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir

dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Hiperemesia adalah keluhan umum yang disampaikan pada

kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbukan perubahan

hormonal pada wanita karena peningkatan hormon estrogen progesteron


dan dikeluarkannya hormon human chorionic gonadrothropine plasenta.

Hormon hormon inilah yang menyebabkan emesis gravidarum.

Wanita-wanita hamil dengan gejala hiperemesia yang berlebih

berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat

dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput

lendir esofagus dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat

perdarahan gastrointestinal. Mual dan muntah yang berlebihan

mengakibatkan terjadinya kekurangan zat gizi. Wanita hamil tersebut

harus dirawat inap di rumah sakit dan diberikan cairan infuse serta obat-

obatan untuk mengobati mual.

b. Pre Eklamsi dan Eklamsi

1) Pengertian Preeklamsia

Preeklampsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada

kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta

dapat disertai proteinuria, biasanya terjadi pada usia kehamilan 20

minggu ke atas atau dalam triwulan ketiga dari kehamilan, tersering

pada kehamilan 37 minggu, ataupun dapat terjadi segera sesudah

persalinan. Preeklampsia merupakan sindroma spesifik kehamilan

yang terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ akibat

vasospasme dan aktivasi endotel. yang bermanifestasi dengan adanya

peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklampsia dapat


berkembang dari ringan, sedang. sampai dengan berat, yang dapat

berlanjut menjadi eklampsia.

Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu

hamil, bersalin, dan selama masa infas yang terdiri atas trias gejala,

yaitu hipertensi protein nuria, dan edema, kadang-kadang disertai

konfulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda

vascular atau hipertensi sebelumnya. Preeklamsia itu ada dua:

a) Preeklamsia ringan

 Istirahat ditempat tidur.

 Beridiet rendah garam.

 Beri obat penenang,

 Hindari pemberian diuretika dan anti hipertensi.

b) Preeklamsia berat

 Bila usia kehamilan < 36 minggu dan memberikan respon trapi

yang baik, maka kehamilan dipertahankan dan penggakhiran

dilakukan pada usia > 36 minggu.

 Bila tidak ada respon terhadap terapi atau keadaan makin

memburuk, maka dilakukan terminasi kehamilan.

2) Pengertian Eklamsia

Eklampsia adalah kodisi dimana pasien memenuhi kriteria

preeklampsia. dengan disertai kejang atau kejang yang tidak diketahui


penyebabnya, yang bukan merupakan kelainan neurologis misalnya

epilepsy. yang bisa disertai penurunan kesadaran, pada wanita dengan

pre-eklampsia.

Pada prinsipnya eklamsia harus segera dilakukan terminasi

kehamilan tanpa memandang usia kehamilan , sebaiknya diupayakan

kelahiran per vaginam, dengan mempersingkat kala II. Pada pasien

yang belum in-partu, dapat dilakukan induksi persalinan dan

diharapkan dalam 12 jam induksi persalinan telah memasuki fase aktif.

Bila lebih 12 jam ternyata belum mencapai fase aktif, dapat dilakukan

seksio sesaria dengan mengingat syarat, komplikasi dan kontraindikasi

pada pasien.

c. Perdarahan dalam Kehamilan

1) Abortus

Menurut WHO, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluuar kandungan dan sebagai batasannya

yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari

500 gram. Namun, American Collage of Obstetricians and

Gynecologist (ACOG) mendefinisikan abortus jika terjadi pada 13

minggu pertama kehamilan. Abortus sering juga disebut keguguran

atau early pregnancy loss.

2) Mola Hidatidosa
Adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional dimana

kehamilan berkembang tidak wajar, tidak ditemukan janin pada

pemeriksaan, dan hamper seluruh vili korialis mengalami perubahan

berupa degenerasi hidropik. Mola hidatidosa termasuk jenis penyakit

yang tergolong jinak, namun dikenal pula sebagai bentuk premaglina

yang berpotensi menjadi ganas dan invasive.

Secara umum, mola hidatidosa dibagi menjadi dua jenis yaitu

mola hidatidosa komplit dan parsial. Keduanya dibedakan

berdasarkan keberadaan fetus pada pemeriksaan.

3) Plasenta Previa

Adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada dibagian

bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

Selain meutupi jalan lahir, plasenta previa dapat menyebabkan

perdarahan hebat, baik sebelum maupun saat persalinan.

4) Solusio Plasenta (Abruptio Plasenta)

Adalah komplikasi kehamilan dimana plasenta terlepas dari

dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan. Lepasnya

plasenta ini dapat menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen pada

bayi dapat menurun atau trehambat.

Solusio plasenta termasuk kedalam kondisi yang berbahaya.

Selain menghambat pasokan nutrisi dan oksigen, kondisi ini juga

dapat menyebabkan ibu mengalami perdarahan hebat. Solusio


plasenta menyebabkan banyak kematian pada ibu atau bayi. Solusio

plasenta juga sering kali terjadi secara tiba-tiba. Pada banyak kasus,

lepasnya plasenta ini kerap terjadi pada trimester ketiga kehamilan

atau beberapa minggu menjelang waktu persalinan tiba.

3. Tanda – Tanda Bahaya dalam Kehamilan

a. Tanda Bahaya Kehamilan Muda

1) ) Hyperemesis Gravidarum

Menurut Maulana (2008), hyperemesis gravidarum di definisikan

sebagai suatu keadaan yang dikarakteristikan dengan rasa mual dan

muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan

keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang

dan mata terlihat cekung. Jika tidak ditangani segera, maka akan

timbul masalah seperti peningkatan asam lambung yang selanjutnya

dapat menjadi gastristis. Peningkatan asam lambung akan semakin

memperparah hyperemesis gravidarum (Rahma, 2016: 52).

Menurut Ningsih (2012), mual muntah yang timbul terjadi

karena adanya perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal

kehamilan. Presentase hormon hCG akan meningkat sesuai dengan

pertumbuhan plasenta. Diperkirakan hormon inilah yang

mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot polos

lambung. Sehingga semakin tinggi hormon hCG, semakin cepat pula


merangsang muntah (Rahma, 2016:52). Menurut Manuaba (2010),

mengemukakan dampak yang terjadi pada hyperemesis gravidarum

yaitu menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver

hingga terjadi ikterus. Mual muntah yang berkelanjutan dapat

menimbulkan gangguan fungsi alat-alat vital dan menimbulkan

kematian (Rahma, 2016: 52).

Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan

resiko untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran Prematur,

kecil usia kehamilan, serta kematian pada perinatal. Klasifikasi

hyperemesis gravidarum menurut Manuaba (2010), yaitu:

a) Tingkat I

Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah yang terus

menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum.

b) Tingkat II

Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua

yang dimakan dan diminu, berat bada cepat menurun, dan ada rasa

haus yang hebat.

c) Tingkat III

Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi. Keadaan ini

sangat merupakan kelanjutan dari hyperemesis tingkat II yang ditandai

dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran

menurun (delirium dampai koma) hingga mengalami ikterus, sianosis,


nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan billirubin dan

protein (Rahma, 2016: 52).

2) Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi pada

masa awal kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada awal kehamilan, ibu

mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar

waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan

implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim) yang

dikenal dengan tanda Hartman dan ini normal terjadi. Pada waktu yang

lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin terjadi pertanda

servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam proses ini dapat dikatakan

normal namun dapat diindikasikan terdapat tanda-tanda infeksi.

Perdarahan pervaginam patologis dengan tanda-tanda seperti

darah yang keluar berwarna merah dengan jumlah yang banyak, serta

perdarahan dengan nyeri yang hebat. Perdarahan ini dapat disebabkan

karena abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa. Abortus adalah

penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan < 20

minggu dengan berat janin < 500 gram atau sebelum plasenta selesai

(Kusmiyati, 2009). Jenis-jenis abortus menurut Kusumawati (2014) ,

diantaranya:
a) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa

interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

b) Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk abortus yang

disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.

c) Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena indikasi

medis seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.

d) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

e) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk abortus

dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang

tertinggal adalah desidua atau plasenta. Perdarahan berlangsung

banyak, dan dapat membahayakan ibu.

f) Abortus imminens adalah abortus yang mengancam terjadi di mana

perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa kram perut

bagian bawah tanpa dilatasi serviks.

g) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana

ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah ada dilatasi serviks.

Kondosi ini ditandai pada wanita hamil dengan perdarahan banyak,

disertai nyeri kram peut bagian bawah.

h) Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed abortion

adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable tetapi tidak


dikeluarkan secara spontan dari janin (kurun waktu sekitar 8

minggu).

3) Mola hidatidosa

Menurut Kemenkes RI (2013), mola hidatidosa adalah bagian dari

penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada villi

khoironok yang disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan edem. Diagnosa

mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan USG. Beberapa

tanda gejala mola hidatidosa menurut Varney (2007), yaitu:

a) Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering kali

menjadi parah

b) Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai bercak darah

dan perdarahan hebat, namun biasanya berupa rabas yang bercampur

darah, dan cenderung berwarna merah

c) Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada

perkembangan/ aktivitas janin

d) Terdapat nyeri tekan pada ovarium

e) Tidak ada denyut jantung janin

f) Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak ditemukan

g) Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/ eklampsi

sebelum usia kehamilan 24 minggu.


4) Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan

pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung diluar endometrium kavum

uteri. Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi diberbagai segmen tuba

fallopi, dan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum dan

didalam serviks. Jika terjadi ruptur disekitar lokasi implantasi

kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan pasif dan nyeri

abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu (RI,

Kemenkes, 2013: 114). Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik

meliputi riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi

tubektomi, penggunaan IUD, infertilitas, riwayat abortus dan riwayat

inseminasi buatan/ teknologi bantuan reproduktif (assisted reproductive

technology/ ART). Gejala awal yang ditimbulkan yaitu perdarahan

pervaginam dan bercak darah, kadang disertai nyeri panggul (Varney,

2007). Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan dengan melakukan

pemeriksaan USG.

5) Anemia

WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu

hamil, jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami anemia.

Depkes RI (2009) mengklasifikasikan anemia pada ibu hamil


berdasarkan berat badannya dikategorikan sebagai anemia ringan dan

berat. Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga

kurang dari 11 gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang

dari 8 gr% (Nurhidayati, 2013: 4). Komplikasi anemia pada ibu hamil

dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital,

abortus/ keguguran serta dampak pada janin menyebabkan berat lahir

rendah. Macam-macam anemia dalam kehamilan meliputi:

a) Anemia defisiensi zat besi. Anemia yang ditandai dengan keluhan

lemas, pucat dan mudah pingsan, karena kekurangan zat besi dalam

darah dan kadar Hb < 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan

mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti sayur-sayuran

dan daging.

b) Anemia megaloblastik. Anemia yang terjadi karena kelainan proses

pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan

(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.

c) Anemia hipoplastik. Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung

tulang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

d) Anemia hemolitik. Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah

merah yang berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

6) Hipertensi Gravidarum
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik

dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu hamil yang

mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30 mmHg atu diastolik

sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih lanjut (Lindarwati, 2012: 4).

Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi

oleh faktor perubahan curah jantung, sistem saraf simpatis, autoregulasi,

dan pengaturan hormon. Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 5

yaitu: hipertensi kronis, preeklamsi, superimposed, hipertensi

gestasional dan eklamsia.

Hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan

darahnya mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama

kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional

disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi preeklampsia dan

tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Hipertensi

gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan

dengan preeklampsia, seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium,

trombositipenia (Lindarwati, 2012: 4).

b. Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

1) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan lanjut setelah 22

minggu sampai sebelum persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan

tidak normal bila ada tanda-tanda seperti keluarnya darah merah segar atau

kehitaman dengan bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak terus

menerus, perdarahan disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa

berarti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai adanya

gangguan pembekuan darah (Kusumawati, 2014).

a) Plasenta Previa

Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang

berimplantasi diatas atau mendekati ostium serviks interna. Beberapa

faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya plasenta previa

diantaranya kehamilan ibu sudah usia lanjut (> 22 minggu),

multiparitas, serta mempunyai riwayat seksio caesaria sebelumnya.

Gejala umum yang terjadi pada kasus plasenta previa seperti terjadi

perdarahan tanpa rasa nyeri secara tiba-tiba dan kapan saja, uterus

tidak berkontraksi dan bagian terendah janin tidak masuk pintu atas

panggul. Jenis-jenis plasenta previa diantaranya:

 Plsenta previa totalis yaitu posisi plasenta menutupi ostium

internal secara keseluruhan

 Plasenta previa parsialis yaitu posisi plasenta yang menutupi

ostium interna sebagian saja


 Plasenta previa marginalis yaitu posisi plasenta yang berada di

tepi ostium interna

 Plasenta previa letak rendah. yaitu posisi plasenta yang

berimplantasi di segmen bawah uterus.

b) Solusio Plasenta

Pada persalinan normal, plasenta akan lepas setelah bayi lahir,

namun karena keadaan abnormal plasenta dapat lepas sebelum waktunya

atau yang disebut solusio plasenta. Beberapa faktor komplikasi sebagai

penyebab solusio plasenta yaitu hipertensi, adanya trauma abdominal,

kehamilan gemelli, kehamilan dengan hidramnion, serta defisiensi zat

besi. Tanda gejala yang ditimbulkan seperti terjadinya perdarahan

dengan nyeri yang menetap, hilangnya denyut jantung janin (gawat

janin), uterus terus menegang dan kanin naik, perdarahan yang keluar

tidak sesuai dengan beratnya syok.

c) Ruptur Uteri

Ruptur uteri adalah robeknya dinsing uterus pada saat

kehamilan/ persalinan, pada saat umur kehamilan lebihdari 28

minggu. Klasifikasi ruptur uteri menurut keadaan robekan, yaitu:


 Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal). Yaitu keadaan ruptur yang

hanya terjadi pada dinding uterus yang robek sedangkan lapisan

serosa (pritoneum) tetap utuh,

 Ruptur uteri komplit (transperiyoneal). Yaitu keadaan ruptur

selain pada dinding uterus yang robek, lapisan serosa (pritoneum)

juga robek sedingga dapat berada di rongga perut.

 Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) yang

terjadi karena dinding uterus lemah yang disebabkan oleh adanya

bekas sectio caesaria, bekas mioma uteri, bekas kuratase/ plasenta

manual. Sepsis post partum, atau terjadi hipoplasia uteri/ uterus

abnormal (Dewi, 2015: 111).

2) Sakit kepala

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah

sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat.

Terkadang karena sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit

kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsi.

Perubahan visual (penglihataan) secara tiba-tiba (pandangan kabur)

dapat berubah pada masa kehamilan (Kusumawati, 2014). Nyeri kepala

hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala preeklamsi, dan

jika tidak diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke,


koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan

lengkap baik oedem pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin

ibu sejak dini.

3) Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah

selama masa kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah perubahan

yang normal. Jika masalah visual yang mengindikasikan perubahan

mendadak, misalnya pandangan menjadi kabur dan berbayang disertai

rasa sakit kepala yang hebat, ini sudah menandakan gejala preeklamsi

(Pantiawati, 2010). Penglihatan kabur dikarenakan sakit kepala hebat,

sehingga terjadi oedem pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang

mempengaruhi sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan

selebral, dan gangguan penglihatan.

4) Nyeri Perut Hebat

Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan dengan

persalinan normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang

mengindikasikan mengancam jiwa adalah nyeri perut yang hebat,

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, terkadang dapat disertai

dengan perdarahan lewat jalan lahir. Hal ini bisa berarti appendicitis

(radang usus buntu), kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan),

aborstus (keguguran), penyakit radang panggul, persalinan preterm,


gastritis (maag), solutio placenta, penyakit menular seksual, infeksi

saluran kemih atau infeksi lain (Kusumawati, 2014).

5) Bengkak Pada Muka dan Ekstremitas

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak

yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

biasanya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih

tinggi daripada kepala. Bengkak yang menjadi masalah serius yaitu

ditandai dengan:

a) Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya,

b) Bengkak tidak hilang setelah beristirahat,

c) Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan

pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun

pre eklampsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema

(bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada

penderita anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin

(Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam darah). Pada darah yang

rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi

dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati, 2014).

6) Gawat Janin
Ibu hamil mlai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia

kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan

melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama

kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan melemah. janin harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12

jam). Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring/beristirahat, makan dan minum. (Kusumawati, 2014). Jika ibu

tidak merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/ memasuki

persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau kematian

janin dalam uterus.

7) Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi

sebelum persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan

membran/ peningkatan tekanan uteri yang juga dapat disebabkan adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks yang dapat dinilai dari

cairan ketuban di vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada

kehamilan 37 minggu preterm maupun kehamilan aterm.

8) Demam Tinggi

Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini

menandakan ibu dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan


manifestasi tanda gejala infeksi kehamlan. Penangannya dapat dengan

memiringkan bada ibu kerag kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan

kompres hangat guna menurunkan suhu ibu. komplikasi yag

ditimbulkan jika ibu mengalami demam tinggi yaitu sistitis (infeksi

kandung kencing) serta infeksi saluran kemih atas.


B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Kehamilan

Kasus

Ny R usia 35 tahun dengan status G3 P2A0 dengan usia kehamilan 28

minggu mengeluh ada pengeluaran darah dari jalan lahir seccara tiba-tib

berwarna merah segar dan ada gumpalan tanpa nyeri. Keluhan dialami sejak tadi

siang yaitu tanggal 19 September 2020 jam 11.30 WIB. Ibu mengatakan pernah

keluar darah dari jalan lahir pada waktu umur kehamilan 23 minggu dengan

jumlah yang sedikit. Ibu merasa cemas karena ini pendarahan yang kedua

kalinya. TD 110/70 mmhg nadi 88x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,7 C.

konjunctiva pucat, perdarahan ±80 cc, DJJ terdengar di kuadran kiri bawah

dengan frekuensi 142 x/menit. Dari hasil pemeriksaan USG plasenta terletak

pada segmen bawah rahim dan mnutupi ostium uteri internum

1. PENGKAJIAN

a. Identitas Klien : (Data Subjektif)

BIODATA ISTRI (PX) SUAMI (Penanggung Jawab)


Nama : Ny. R Tn. A
Umur : 35 tahun 40 tahun
Suku bangsa : sunda Jawa
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pegawai swasta
Golongan darah :O A
No. Medrec : 250120 -
Diagnosa Medis : G3 P2 A0 -
Alamat rumah : Tangerang Tangerang
No.Telp/Hp :08381234567 082112345678
Status Perkawinan : menikah Menikah
Alamat Rumah : Tangerang Tangerang
Alamat kantor : - -
Tanggal MRS : 19 September 2020 -
Jam MRS : 12.30 WIB -

b. Riwayat Kesehatan :

1) Keluhan utama saat pengkajian

Pasien mengeluh ada pengeluaran darah dari jalan lahir secara tiba-tiba

berwarna merah segar dan ada gumpalan tanpa nyeri.

2) Keluhan utama saat masuk rumah sakit :

Pasien datang ke Rs karena adanya pengeluaran darah dari jalan lahir

secara tiba-tiba berwarna merah segar dan ada gumpalan tanpa nyeria.

Keluhan dialami sejak tadi siang yaitu tanggal 19 September 2020 jam

11.30 WIB. Sebelumnya pernah keluar darah dari jalan lahir pada

waktu umur kehamilan 23 minggu dengan jumlah yang sedikit.

3) Riwayat Kehamilan Sekarang :

a) Paritas : G3 P2 A0

b) Pergerakan janin terakhir : aktif

c) Pergerakan yang dirasakan terakhir : > 8 x/ hari

d) Tanda-tanda bahaya atau penyulit : Dari hasil pemeriksaan USG

plasenta terletak pada segmen bawah rahim dan mnutupi ostium

uteri internum

e) Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu): tidak ada


f) Kekhawatiran-kekhawatiran khusus yang dirasakan pasien :

Takut terjadi sesuatu pada calon bayi karena ini merupakan

perdarahan yang ke 2 kali, dan darah lebih banyak dari sebelumnya.

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan yang lalu

Anak
Waktu Usia Jenis Keadaan
No Penolong Penyulit JK BB H/M Kelainan
Persalinan Kehamilan Persalinan nifas
1 November Aterm Normal Bidan - Normal P 2700 - -

2008
2 Mei 2015 Aterm Normal Bidan - Normal L 3300 - -

5) Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti

hipertensi, DM, asma dll. Pasien juga mengatakan tidak memiliki

riwayat penyakit menular.

c. Riwayat social ekonomi

1) Satus perkawinan : Menikah

2) Umur istri waktu menikah : 22 tahun

3) Umur suami waktu menikah : 27 tahun

4) Untuk istri pernikahan yang ke : 1

5) Untuk suami pernikahan yang ke : 1


6) Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu : keluarga sangat

bahagia dan menantikan kelahiran buah hatinya

d. Riwayat KB terakhir

1) Jenis kontrasepsi : suntik 3 bulan

2) Lamanya : 4 tahun

3) Alasan dilepas : ingin hamil kembali,

4) Dukungan keluarga : suami dan keluarga

5) Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami

e. Rencana persalinan

Klien merencanakan persalinan di klinik atau Rs terdekat, dengan

penolong dokter kandungan dan bidan.

f. Pola Aktivitas Sehari-hari

1) Pola nutrisi

Makan : Frekuensi makan klien 3 kali sehari , dengan nasi dan lauk,

klien menghabiskan 1 porsi, terdapat keluhan seperti elergi

makanan atau pantangan makanan .

Minum : klien mengkonsumsi air putih, dengan jumlah ± 8 gelas/hari

2) BAB dan BAK


BAB : frekuensi 2 kali sehari, warna khas feses, konsistensi lunak, bau

khas feses

BAK : Frekuensi 8 kali sehari, Warna kuning,

3) Pola istirahat / tidur

a) Tidur siang : 1 jam

b) Tidur malam : 8 jam

c) Keluhan tidur: sesak

4) Personal Hygiene

a) Mandi : 2 kali sehari

b) Ganti pakaian dalam : 3 kali sehari

c) Jenis pakaian : 2 kali sehari

d) Perawatan gigi : 2 kali sehari

e) Perawatan payudara : 1 hari sekali

f) Vulva hygiene : setiap selesai melakukan BAK

5) Pola aktivitas : baik

g. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1) Keadaan Umum

Kesadaran : Kompos mentis, GCS 15

2) Tanda-tanda Vital

Nadi : 88.x/menit Tensi : 110/70 mmHg

Suhu : 36,7.C Respirasi 20.x/menit


3) Antropometri :

a) Tinggi badan : 160 cm

b) Berat badan sebelum hamil : 60 kg

c) Berat badab sekarang : 70 kg

4) Kepala

a) Rambut : Bersih , tidak mudah tercabut, warna rambut hitam

b) Mata : penglihatan normal, konjungtiva anemis, sclera, tidak ikterik.

Tidak terdapat udema reaksi pupil mengecil, gerakan bola mata

normal.

c) Telinga : telinga tampak bersih Fungsi pendengaran Normal

d) Hidung : telinga tampak bersih Fungsi penciuman Normal

e) Mulut : warna bibir pucat, tidak terdapat stomatitis, gusi berwarna

merah muda, membran mukosa kering, tidak terdapat perdarahan,

tidak ada pembengkakakn, jumlah gigi 32.

5) Leher : tidak terdapat pembesaran pembesaran kelenjar thyroid , getah

bening dan vena jugularis

6) Dada : pergerakan nafas reguler, bunyi nafas normal, bunyi jantung

reguler, irama jantung normal , payudara simetris, putting susu

menonjol, belum terdapat kolostrum, tidak teraba benjolan.

7) Perut : tidak terdapat luka bekas operasi, terdapat luka parut, tafsiran
berat janin, 2700 gram , DJJ 142 x/menit, Dari hasil pemeriksaan

USG plasenta terletak pada segmen bawah rahim dan menutupi

ostium uteri internum

8) Ekstrimitas atas : bentuk simetris, tidak terdapat udema, kuku jari

bersih

9) Ekstrimitas bawah : bentuk simetris, tidak terdapat udema, kuku jari

bersih, terdapat varises , Reflek patella: positif

10) Pemeriksaan Genetalia

a) Genetalia eksterna :

 Vulva/vagina : terdapat pembengkakan

 Pembesaran kel. Bartholini : ada ( ) tidak (√ )

 Pembuluh skene mengeluarkan darah/nanah : ada ( ) tidak (√ )

 Pembengkakan : ada (√ ) tidak ( )

 Pengeluaran cairan : ada (√ ) tidak ( )

b) Genetalia interna

 Vulva/vagina : terdapat pembengkakakn

 Pendataran : ada ( ) tidak ( √ )

 Portio : lunak ( √) kaku ( )

 Pembukaan : belum ada

 Ketuban : positif ( ) negative (√ )


h. Data Psikologis

1) Status emosi labi, Pola koping : positif , Pola komunikasi : terbuka

2) Konsep diri : gambaran diri, peran diri, ideal diri, harga diri, identitas

diri pasien dalam kondisi baik.

i. Data Social dan Spiritual

klien mampu berinteraksi baik dengan keluarga, tetangga, dengan petugas

kesehtan serta sesama pasien, klien beragama islam, menjalankan sholat 5

waktu.

j. Data Penunjang : (hasil laboratorium ) ( tidak ada )

k. Data Therapi :

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


.
1 DS : Perdarahan Antepartum Ansietas
Pasien mengatakan khawatir akan
kondisi karena hal ini terjadi yang ke 2 Darah keluar pervaginam
DO :
 pasien tampak gelisah Krisis Situasional
 pasien tampak tegang (Perdarahan yang ke 2

 pasien selalu menanyakan mengenai kali)

kondisinya
 TTV
Nadi : 88x/menit Td :110/70.mmhg
Suhu :36,7 C Respirasi: 20 x/menit
2 DS : Perdarahan Antepartum Resiko Perdarahan
 pasien mengatakan pengeluaran
darah dari jalan lahir secara tiba-tiba Kelainan Plasenta
DO :
 Perdarahan  80 cc Darah keluar pervaginam
 Membran mukosa kering
 Konjungtiva tampak anemis Komplikasi Kehamilan

 TD : 110 / 70 mmHg (Plasenta Previa)


3 DS : Plasenta berkembang Resiko Cidera pada
 pasien mengatakan pengeluaran menutupi ostium uteri Janin
darah dari jalan lahir secara tiba-tiba internum
 pasien mengatakan usia kehamilan
28 minggu serviks mulai terbuka
DO :
 Usia kehamilan 28 minggu Darah keluar pervaginam

 DJJ terdengar di kuadran kiri bawah


dengan frekuensi 142 x/menit. perdarahan

 Hasil pemeriksaan USG plasenta


terletak pada segmen bawah rahim Malposisi Janin

dan menutupi ostium uteri internum (plasenta) – Resiko


Cidera pada janin

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (Perdarahan yang ke 2 kali)


2. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan (plasenta

previa)

3. Resiko Cidera pada Janin berhubungan dengan Malposisi Janin (plasenta

terletak pada segmen bawah rahim dan menutupi ostium uteri internum)

III. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.

Perencanaan
SDKI
SLKI SIKI Rasional
No
1 D.0080 L.09093 I.09314
Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
Krisis tindakan Observasi : Observasi
situasional, keperawatan selama 1. 1. apakah tingkat
(Perdarahan 1 x 24 jam di ansietas berubah ansietas sudah
yang ke 2 harapkan kondisi 2. berubah membaik
kali) emosi dan ansietas 2. monitor dalam
pengalaman verbal dan
subyektif terhadap perilaku
objek yang tidak Terapeutik
jelas dan spesifik 1. Pahami situasi yang Terapeutik
akibat antisipasi membuat ansietas 1. faktor faktor
bahaya yang 2. Dengarkan dengan pencetus ansietas
memungkinkan penuh perhatian 2. pasien merasa
individu melakukan diperhatikan
tindakan untuk Edukasi :
menghadapi 1. informasikan secara Edukasi :
ancaman menurun. faktual mengenai 1. pasien dan suami
Kriteria hasil : dignosis, pengobatan. memahami kondis
1. Verbalisasi Dan prognosis saat ini dan mampu
kebingungan 5 menentukan
(menurun) pengobatan yang
2. Verbalisasi akan dijalani
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi 5
(menurun)
3. Perilaku gelisah
5 (menurun)
4. Perilaku tegang
5 (menurun)
5. Konsentrasi 5
(membaik)

2 D. 0012 L.02017 I.02067 Pencegahan


Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan Perdarahan
perdarahan tindakan Observasi : Observasi :
b.d keperawatan selama 1. Monitor tanda dan 1. Mengidentifikasi
komplikasi 1 x 24 jam di gejala perdarahan terjadinya
kehamilan harapkan kehilangan perdarahan
(plasenta darah baik internal 2. Monitor tanda – tanda 2. Mengetahui
previa) (terjadi di dalam vital keadaan umum
tubuh) maupun pasien
eksternal (terjadi
hingga keluar Terapeutik : Terapeutik :
tubuh) menurun. 1. Pertahankan bed rest 1. Meminimalisir
Dengan kriteria selama perdarahan perdarahan
hasil :
1. Kelembapan Edukasi : Edukasi :
membran 1. Jelaskan tanda dan 1. Agar pasien dapat
mukosa 5 gejala perdarahan mengetahui
(meningkat) secara mandiri
2. Perdarahan jika terjadi
vagina 5 perdarahan
(menurun) 2. Anjurkan segera 2. Agar perdarahan
3. Tekanan darah melapor jika terjadi dapat segera
5 (membaik) perdarahan ditangani
4. Nadi 5
(membaik) Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk
pengontrol perdarahan, menghentikan
jika perlu perdarahan

3 D.0138 L.14136 I.02055


Resiko Cidera Setelah dilakukan Pemantauan Denyut Pemantauan Denyut
pada Janin b.d tindakan Jantung Janin Jantung Janin
Malposisi keperawatan selama Observasi Observasi
Janin 1 x 24 jam di 1. Identifikasi status dan 1. mengetahui
(plasenta harapkan keparahan riwayat Obstretrik riwayat untuk
terletak pada dari cedera yang pencegahan
segmen diamati atau 2. Periksa denyut jantung 2. Denyut jantung
bawah rahim dilaporkan janin selama 1 menit janin dalam batas
dan menutupi menurun. normal
ostium uteri Dengan kriteria 3. Monitor denyut jantung 3. jantung janin
internum) hasil : janin kuat irama teratur
1. kejadian cedera 4. Monitor tanda vital ibu 4. tanda tanda vital
5 (menurun) ibu dalam batas
2. denyut jantung normal
janin 5
(membaik)
3. tanda vital ibu 5 Edukasi Edukasi
(membaik) 1. Jelaskan tujuan dan 1. Ibu memahami
prosedur pemantauan edukasi yang
diberikan.

IV. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN & EVALUASI

FORMATIF

No. Tanggal/Ja Diag.Kep. Tindakan keperawatan Paraf


m
1. 19 September Dx : 1 Mengobservasi :
2020 – 13.00 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas
WIB berubah
2. Memonitor tanda tanda ansietas
Hasil :
Klien selalu bertanya terkait kondisinya
karena khawatir akan janinnya, klien
khawatir karena ini adalah perdarahan
yang ke 2 kalinya, wajah klien tampak
tegang
2. 19 September Dx : 2 Mengobservasi :
2020 - 13.10 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
WIB 2. Monitor tanda – tanda vital
Hasil :
 Terdapat pengeluaran darah  80 cc
 Hasil TTV
Nadi : 88x/menit TD :110/70.mmhg
Suhu :36,7 C Respirasi : 20 x/menit

3. 19 September Dx : 3 Mengobservasi
2020 – 13.20 1. Mengidentifika
WIB si status dan riwayat Obstretrik
2. Memeriksa
denyut jantung janin selama 1 menit
3. Memonitor
denyut jantung janin
4. Memonitor
tanda vital ibu
Hasil :
 DJJ terdengar di kuadran kiri bawah

dengan frekuensi 142 x/menit.

 Hasil TTV

Nadi : 88x/menit TD :110/70.mmhg

Suhu :36,7 C Respirasi: 20 x/menit


4 19 September Dx : 1 Terapi Terapeutik
2020 – 13.30 1. Memahami situasi yang membuat
WIB ansietas
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Hasil :
Klien menceritakan kronologis
perdarannya dan perdarahan sebelumnya
5 19 September Dx : 2 Terapi Terapeutik :
2020 – 13.30 Pertahankan bed rest selama perdarahan
WIB Hasil :
Pasien mengerti alasan kenapa harus
istirahat di tempat tidur
6 19 September Dx : 3 Mengedukasi :
2020 – 13.30 Menjelaskan tujuan dan prosedur
WIB pemantauan
Hasil :
Pasien mengatakan memahami edukasi
yang diberikan.
7 19 September Dx : 1 Mengedukasi :
2020 – 13.50 Menginformasikan secara faktual
WIB mengenai dignosis, pengobatan dan
prognosis
Hasil :
Pasien memahami penkes yang
diberikan oleh perawat dan mampu
menjawab pertanyaan
8 19 September Dx : 2 Mengedukasi :
2020 – 14.00 1. Menjelaskan tanda dan gejala
WIB perdarahan kepada pasien dan keluarga
2. Menganjurkan pasien dan keluarga
segera melapor jika terjadi perdarahan
Hasil :
1. Pasien dapat menjelaskan kembali tanda
dan gejala perdarahan
2. Pasien mengatakan mengerti dan akan
segera melapor jika terdapat tanda dan
gejala perdarahan
9 19 September Dx : 3 Mengobservasi :
2020 – 14.20 1. Mengidentifikasi status dan riwayat
WIB Obstretrik
2. Memeriksa denyut jantung janin selama
1 menit
3. Memonitor denyut jantung janin
4. Memonitor tanda vital ibu
Hasil :
 DJJ terdengar di kuadran kiri bawah

dengan frekuensi 145 x/menit.

 TTV ibu

Nadi : 90x/menit Td :110/70.mmhg

Suhu :36,5 C Respirasi: 22 x/menit

10 19 September Dx : 1 Mengobservasi :
2020 – 14.30 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas
WIB berubah
2. Memonitor tanda tanda ansietas
Hasil :
Klien sudah tampak tenang dalam
verbalisasi dan perilaku, kebingungan
menurun, dan sudah mulai
berkonsentrasi akan pengobatan.

11 19 September Dx : 2 Mengobservasi :
2020 – 14.50 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
WIB 2. Monitor tanda – tanda vital
Hasil :
 Terdapat pengeluaran darah  10 cc
 Hasil TTV
Nadi : 90x/menit TD :110/70.mmhg
Suhu :36,5 C Respirasi : 22 x/menit

V CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI SUMATIF


Tanggal/Jam Diag.Kep. Evaluasi Paraf
19 September D.0080 S:
2020 – 15.30 Ansietas Pasien mengatakan memahami edukasi
WIB berhubungan yang diberikan perawat dan akan
dengan Krisis menjalankan pengobatan sesuai dengan
situasional, instruksi.
(Perdarahan yang O :
ke 2 kali) 1. Verbalisasi kebingungan 5 (menurun)
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi 5 (menurun)
3. Perilaku gelisah 5 (menurun)
4. Perilaku tegang 5 (menurun)
5. Konsentrasi 5 (membaik)

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan Intervensi

19 September D. 0012 S:
2020 – 15.30 Resiko Pasien mengatakan sudah tidak ada
WIB perdarahan b.d pengeluaran darah
komplikasi O:
kehamilan 1. Kelembapan membran mukosa 5
(plasenta previa) (meningkat)
2. Perdarahan vagina 5 (menurun)
3. Tekanan darah 5 (membaik) 110/70
mmhg
4. Nadi 5 (membaik) 90x/menit

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan Intervensi
19 September SDKI : D.0138 S:-
2020 – 15.30 Resiko Cidera O :
WIB pada Janin 1. Kejadian cedera 5 (menurun)
berhunumham 2. Denyut jantung janin 5 (membaik)
dengan Malposisi 145x/menit
Janin (plasenta 3. Tanda vital ibu 5 (membaik)
terletak pada Nadi : 90x/menit Td :110/70.mmhg
segmen bawah
Suhu :36,5 C Respirasi: 22 x/menit
rahim dan
menutupi ostium
A : Masalah Teratasi
uteri internum)

P : Hentikan Intervensi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir semua

ibu hamil mengalaminya. Gangguan kehamilan banyak yang membahayakan bagi

kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam masa kehamilan ibu hamil

akan mengalami banyak gangguan yang berat. Semua gangguan yang datang dan

terjadi sebaiknya perlu diwaspadai dan diketahui.

Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang

menyertai saat ibu hamil (Sujiyatini, 2009). Ada beberapa macam patologi yang harus

di antisipasi oleh setiap tenaga kesehatan yaitu : patologi kehamilan, patologi

persalinan, patologi nifas, dll. Patologi kehamilan terdiri atas : mola hidatidosa,

abortus, kehamilan ektopik, solutio plasenta, pre-eklampsia, eklamsia, plasenta previa

(Sujiyatini, 2009).

B. Saran

Ibu hamil harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya

disarankan untuk menemui petugas kesehatan apabila merasakan tanda-tanda

gangguan kehamilan. Untuk itu ibu hamil terutama trimester dini untuk lebih sering

memeriksakan diri dengan tujuan untuk mengurangi penyulit. Maka tenaga kesehatan

dituntut untuk memberikan pelayanan obstetric dan neonatal, khususnya bidan dan

perawat kandungan harus mampu dan terampil memberikan pelayanan sesuai dengan

standart yang diterapkan.


DAFTAR PUSTAKA

http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-konsep-emesis-gravidarum.html

Candra Cahyaningtyas Giyanto.(2015) Perbandingan Profil Hematologi pada

Preeklamsia/Eklamsia dengan Kehamilan Normotensi di RSUP Dr. Kariadi

Semarang.http://eprints.undip.ac.id/46164/3/Candra_Cahyaningtyas_Giyanto_

22010111130090_Lap.KTI_BAB_II.pdf

Diana Christine Lalenoh.( 2018) Preeklamsia Berat dan Eklamsia: Tatalaksana

Anastesia Perioperatif.. Yogyakarta: Deepublish

Pipit Festy W. Buku Ajar Gizi dan Diet. 2018. Surabaya: UMSurabaya Publishing

http://eprints.undip.ac.id/46164/3/Candra_Cahyaningtyas_Giyanto_22010111130090

_Lap.KTI_BAB_II.pdf

D. Melia.( 2017) Hubungan Antara Gravida dan Hipertensi dengan Preeklamsia di

Puskesmas-Kebandaran-Kabupaten-Pemalang.

http://repository.unimus.ac.id/535/3/BAB%20II.pdf

Astrid Kizy Primadani, dkk. (2018) Usia Menarche sebagai Faktor Resiko Kejadian

PreeklamsiadanEklamsia..

https://www.neliti.com/id/publications/227819/usia-menarche-sebagai-faktor-

risiko-kejadian-preeklamsia-dan-eklamsia

Diane Marlin. Hiperemesis Gravidarum : Asesmen dan Asuhan Kebidanan. 2018.


https://www.neliti.com/id/publications/286445/hiperemesis-gravidarum-

asesmen-dan-asuhan-kebidanan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.Cetakan III, Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.Cetakan II, Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.Cetakan II, Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai