Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma tumpul abdomen terkadang tidak memberikan kelainan yang jelas
pada permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan kontusio atau laserasi pada
jaringan atau organ di bawahnya. Trauma tumpul dapat berupa benturan benda
tumpul, perlambatan, dan penekanan. Benturan benda tumpul, pada abdomen
khususnya dapat menimbulkan cedera pada organ berongga maupun organ
solid, berupa hematoma sampai perforasi dan perdarahan.
Dalam penanggulangan trauma dengan perdarahan, tindakan yang
terpenting adalah menilai berat syok, jumlah cairan tubuh yang hilang, jumah
yang harus diganti dan dalam berapa lama, serta jenis cairan yang diberikan.
Pada pasien yang dicurigai mengalami perdarahan internal, harus segera
dilakukan tindakan bedah untuk menghentikan perdarahan karena pemberian
cairan dan darah lain tidak dapat memperbaiki sirkulasi.
Dalam era modernisasi kemajuan dibidang tekhnologi trasnportasi dan
semakin berkembangnya mobilitas manusia berkendaraan di jalan raya,
menyebabkan kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian
semakin tinggi. Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah diakibatkan
trauma abdomen. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian 75 %
trauma tumpul abdomen, sedangkan penyebab lainnya adalah penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan terjatuh dari tempat ketinggian, sedangkan akibat dari
penganiayaan ini disebabkan oleh karena senjata tajam dan peluru.
Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan
menimbulkan robekan dari organ – organ dalam rongga abdomen atau
mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat
kematian. Di Rumah Sakit data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat
trauma. Cedera ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

1
trauma, terutama disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari
48 jam setelah cedera abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada
trauma intra abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja .
Dalam kasus ini “ Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu
penanganan yang professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di
tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di rumah
sakit. Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di
dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya
melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada
pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban
dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Trauma tumpul abdomen merupakan salah satu trauma mayor yang sering
terjadi di Indonesia, dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Penyebab
terbanyak karena kecelakaan sepeda motor dan jatuh dari ketinggian. Prevalensi
cedera tertinggi didapatkan pada kelompok usia 15–24 tahun. Trauma tumpul
abdomen sering berhubungan dengan cedera multiple dan kadang tidak
memiliki tanda klinis yang serius pada pasien (Costa et al., 2010). Pada
penderita yang dilakukan laparatomi oleh karena trauma tumpul, organ yang
paling sering cedera adalah hati (40 – 55%), limpa (35 – 45%) dan organ
retroperitoneum 15%. (Vlies, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Definisi trauma abdomen?
2. Etiologi trauma abdomen?
3. Klasifikasi trauma abdomen?
4. Patofisiologi trauma abdomen?
5. Manifestasi klinis trauma abdomen?
6. Komplikasi trauma abdomen?
Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

2
7. Pemeriksaan diagnostic trauma abdomen?
8. Pengkajian pada trauma abdomen?
9. Diagnosa keperawatan pada trauma abdomen?
10. Penyimpangan KDM pada trauma abdomen?
11. Intervensi keperawatan pada trauma abdomen?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep medis dan konsep keperawatan dari trauma
abdomen.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi trauma abdomen
b. Untuk mengetahui etiologi trauma abdomen
c. Untuk mengetahui klasifikasi trauma abdomen
d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen
f. Untuk mengetahui komplikasi trauma abdomen
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic trauma abdomen
h. Untuk mengetahui pengkajian pada trauma abdomen
i. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada trauma abdomen
j. Untuk mengetahui penyimpangan KDM pada trauma abdomen
k. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada trauma abdomen

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa mengenai trauma abdomen sehingga dapat diterapkan dalam
menangani kasus-kasus trauma abdomen.

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan
daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 2010).
Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen
yang menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma
dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.
2.1.2 Etiologi
Menurut Sjamsuhidayat (2010), penyebab trauma abdomen adalah
sebagai berikut:
a. Penyebab trauma penetrasi
1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
3) Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
4) Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga

Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak


diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

4
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda
tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi
luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu:
a. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:
1) Jatuh
2) Kekerasan fisik atau pukulan
3) Kecelakaan kendaraan bermotor
4) Cedera akibat berolahraga
5) Benturan
6) Ledakan
7) Deselarasi
8) Kompresi atau sabuk pengaman
9) Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak. (Amin, Hardi (2015). Nanda Nic Noc.
Mediaction Jogja, Jogjakarta Hal :186 )
2.1.3 Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen
tidakterdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

5
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen terdiri dari:


a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi. (Amin, Hardi (2015).
Nanda Nic Noc. Mediaction Jogja, Jogjakarta Hal :186 )
2.1.4 Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atu non penetrasi kemungkinan terjadi
perdarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang di sertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritoneum cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami
takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya
tanda- tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi
kecil hanya tanda- tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan
bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus di lakukan
(Sjamsuhidayat, 2010).

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

6
2.1.5 Manifestasi klinis
Klinis kasus trauma abdomen ini dapat menimbulkan manifestasi klinis
menurut (sjamsuhidayat, 2010), meliputi :
a. Nyeri tekan diatas daerah abdomen
b. Demam
c. Anorexia
d. Mual dan muntah
e. Takikardi
f. Peningkatan suhu tubuh
g. Nyeri spontan

Pada trauma non penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya jejas atau
ruptur di bagian dalam abdomen yaitu terjadi perdarahan intra abdominal.
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio
pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat : terdapat
luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus abdomen,
biasanya organ yang terkene penetrasi bias perdarahan/ memperparah
keadaan keluar dari dalam abdomen.
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis
meliputi : nyeri tekanan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam,
anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, dan nyeri
spontan. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya :
a. Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
b. Terjadi perdarahan intra abdominal
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena)

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

7
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.

Pada trauma penetrasi (tajam) biasanya terdapat :


a. Terdapat luka robekan pada abdomen
b. Luka tusuk sampai menembus abdomen
c. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan
d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.
(Amin, Hardi (2015). Nanda Nic Noc. Mediaction Jogja, Jogjakarta Hal
:187 )
2.1.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat disebabkan karena trauma abdomen
adalah:
a. Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh
zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera
sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi
di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena
mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru
setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan
peritoneum. Kolon merupakan tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah
feses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera
dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan,
peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan feses. Hal ini dapat
menimbulkan peritonitis yang bisa memberikan dampak yang lebih
berat.

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

8
b. Perdarahan dan syok hipovolemik
Setiap trauma abdomen (baik trauma tumpul dan trauma tembus)
dapat menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan
pada trauma adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta;
sedangkan alat-alat traktus digestivus pada trauma tumpul biasanya
tidak terkena. Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit
dibandingkan dengan trauma tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan.
Dalam taraf pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis,
sehingga tanda-tanda umum perangsangan peritoneal belum ada sama
sekali. Apabila perdarahan tidak segera ditangani dengan baik dan tepat
maka dapat terjadi syok hipovolemik yang ditandai dengan hipotensi,
takikardia, dehidrasi, penurunan turgor kulit, oliguria, kulit dingin dan
pucat.
c. Menurunnya atau menghilangnya fungsi organ
Penurunan fungsi organ dapat disebabkan karena terjadinya
perdarahan yang masif tanpa penanganan yang adekuat sehingga
pasokan darah ke organ tertentu menjadi berkurang sehingga dapat
mengakibatkan penurunan fungsi organ, bahkan fungsi organ bisa
menghilang.
d. Infeksi dan sepsis
Peradangan dan penumpukan darah dan cairan pada rongga
peritoneal dapat menyebabkan mudahnya bakteri untuk menginfeksi
sehingga risiko terjadinya infeksi sangat tinggi, dan apabila infeksi tak
terkendali, mikroorganisme penyebab infeksi dapat masuk ke dalam
darah dan mengakibatkan syok sepsis.
e. Komplikasi pada organ lainnya
1) Pankreas: pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pankreas-
duodenal, dan perdarahan
2) Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin,
diaphoresis dan syok
3) Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok
Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

9
4) Ginjal: Gagal ginjal akut. (Legome, 2016).
2.1.7 Pemeriksaan diagnostic
Menurut Musliha (2010), pemeriksaan diagnostik untuk trauma
abdomen, yaitu:
a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:
1) Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

10
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol,
cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis

Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:


1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
g. Ultrasonografi dan CT Scan Sebagai pemeriksaan tambahan pada
penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada
hepar dan retroperitoneum.

Menurut Musliha (2010), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen,


yaitu:
a. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari
100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama
5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

11
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Menurut krisanty (2009) pengkajian dan diagnose secara teoritis yaitu:
a. Pengkajian primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat. Apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan
jalan napas.
1) Airway
Dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas
menggunakan teknik ’head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme
dan adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, makabantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas.

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

12
4) Disability
Status neurologis (tingkat kesadaran/GCS, respon pupil).
5) Exposure/Enviromental control
Buka baju penderita tetapi cegah hipotermia.
b. Pengkajian skunder
1) Inspeksi
a) Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung,
adanya tumor, dilatasi vena, benjolan di tempat terjadi hernia,
dll.
b) Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue
sehingga melemaskan dinding perut dan rasa sakit.
2) Auskultasi
a) Harus sabar dan teliti.
b) Borboryghmi, metalic sound pada ileus mekanik.
c) Silent abdomen pada peritonitis / ileus paralitik.
3) Palpasi
a) Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit
tekan titik McBurney, iliopsoas sign, obturator sign, rovsing
sign, rebound tenderness.
b) Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik,
invaginasi, tumor, appendikuler infiltrate.
4) Perkusi
Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal.
c. Pengkajian pada trauma abdomen
1) Trauma Tembus abdomen
a) Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan
tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).
b) Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera
tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
c) Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar
sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus
Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

13
adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda
iritasi peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi
pembedahan kedalam rongga abdomen).
d) Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan
melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas,
penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
e) Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-
abdomen, observasi cedera yang berkaitan.
f) Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Risiko infeksi
c. Risiko syok
d. Pola napas tidak efektif
e. Risiko perfusi serebral tidak efektif
f. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

14
2.2.3 Penyimpangan KDM

Jatuh, benda tumpul, Benda tajam : pisau,


dan kompresi peluru, ledakan

Ketahanan jaringan tidak


mampu mengkompensasi

Terjadi robekan / perforasi lapisan


abdomen (kontusio laserasi)

TRAUMA ABDOMEN

Trauma tajam Peritonitis Trauma tumpul

Motilitas usus Kompresi organ


Kerusakan Kerusakan Kerusakan menurun abdomen
jaringan kulit jaringan vaskuler jaringan vaskular

Disfungsi usus Perdarahan intra


Perdarahan Perdarahan abdomen
Luka
terbuka masif

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


15
Peningkatan Kehilangan Aliran balik Out put cairan Peningkatan TIA
risiko invasi cairan fisiologis vena menurun berelebihan
bakteri patogen tubuh
Mendesak organ
Isi sekuncup Gangguan intra abdomen
Risiko Infeksi Risiko Syok jantung keseimbangan
menurun elektrolit
Menekan reseptor
nyeri di abdomen
Aliran darah Risiko
ke otak ketidakseimbangan
menurun elektrolit Nyeri Akut

Penurunan Suplai O2 ke
kesadaran jaringan menurun

Risiko Perfusi Serebral Hipoksia


Tidak Efektif

Pola Napas Tidak efektif

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


16
2.2.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakuka intervensi selama Manajemen nyeri
…. Jam, maka tingkat nyeri Observasi
menurun, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
7. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
9. Fasilitasi istrahat dan tidur

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


17
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri adalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
11. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri
13. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
14. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
15. Anjurkan tehnik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
16. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2. Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi ….. jam Pencegahan Infeksi
maka status imun membaik, dengan Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
kriteria hasil :
sistemik
1. Infeksi berulang menurun Terapeutik
2. Sel darah putih membaik 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gelaj infeksi

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


18
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemeberian imunisasi jika perlu
3. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Jalan Napas
….. jam, maka pola napas membaik, Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
a. Frekuensi napas membaik usaha napas)
b. Kedalaman napas membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik
3. Posisikan semi fowler atau fowler
4. Berikan minum hangat
Edukasi
5. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
6. Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator
4. Risiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Mprningkatan Tekanan
efektif keperawatan selama …. jam, maka Intracranial
perfusi serebral meningkat dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


19
1. Tingkat kesadaran meningkat 2. Monitor tanda/gejala peningkatan tekanan
2. Tekanan intracranial menurun intracranial
3. Sakit kepala menurun 3. Monitor MAP
4. Gelisah menurun 4. Monitor CVP
5. Kecemasan menurun 5. Monitor status pernapasan
6. Kesadaran membaik 6. Monitor intake dan output cairan
7. Tekanan darah sistolik membaik Terapeutik
8. Tekanan darah diastolik 7. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
membaik lingkungan yang tenang
8. Berikan posisi semi fowler
9. Hindarimanuver valsava
10. Cegah terjadinya kejang
11. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsa
13. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis
14. Kolaborasi pemberian pelunak tinja

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


20
5. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Elektrolit
elektrolit keperawatan selama …. Jam, maka Observasi
keseimbangan elektrolit meningkat, 1. Identifikasi tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : ketidakseimbangan kadar elektrolit
1. Serum natrium membaik 2. Identifikasi penyebab ketidakseimbangan
2. Serum kalium membaik elektrolit
3. Serum klorida membaik 3. Identifikasi kehilangan elektrolit melalui
cairan
4. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
5. Berikan cairan, jika perlu
6. Berikan diet yang tepat (mis, tinggi kallium,
rendah natrium)
7. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
modifikasi diet
8. Pasang akses intavena
Edukasi
9. Jelaskan jenis, penyebab, dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


21
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit

6. Risiko Syok Setelah dilakukan intervensi Manajemen Perdarahan


keperawatan selama …. jam, maka Observasi
tingkat syok menurun dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab perdarahan
hasil : 2. Monitor terjadinya perdarahan (sifat dan
1. Kekuatan nadi meningkat jumlah)
2. Tingkat kesadaran meningkat 3. Monitor nilai hemoglobin dan hematocrit
3. Saturasi oksigen meningkat sebelum dan setelah kehilangan darah
4. Tekanan nadi membaik 4. Monitor intake dan output cairan
5. Frekuensi nasi membaik 5. Monitor tanda dan gejala perdarahan massif
6. Frekuensi napas membaik Terapeutik
6. Istirahatkan area yang mengalami perdarahan
7. Lakukan penekanan dan balut tekan
8. Tinggikan ekstremitas yang mengalami
perdarahan
9. Pertahankan akses iv
Edukasi

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


22
10. Jelaskan tanda-tanda perdarahan
11. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-
tanda perdarahan
12. Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian cairan
14. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika
perlu

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen


23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ
(Sjamsuhidayat, 2010).
Menurut Sjamsuhidayat (2010), penyebab trauma abdomen yaitu, luka
akibat terkena tembakan, luka akibat tikaman benda tajam, luka akibat tusukan,
terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh, hancur (tertabrak mobil), terjepit
sabuk pengaman karena terlalu menekan perut, cedera akselerasi/deserasi
karena kecelakaan olah raga.
Klasifikasi dari trauma abdomen trauma pada dinding abdomen yang terdiri
dari kontusio dinding abdomen, laserasi. Sedangkan trauma abdomen pada isi
abdomen terdiri dari perforasi organ viseral intraperitoneum, luka tusuk (trauma
penetrasi) pada abdomen, cedera thorak abdomen.
Jika terjadi trauma penetrasi atu non penetrasi kemungkinan terjadi
perdarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang di sertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritoneum cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi
dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis.
Klinis kasus trauma abdomen ini bias menimbulkan manifestasi klinis
menurut (sjamsuhidayat, 2010), meliputi nyeri tekan diatas daerah abdomen,
demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, Nyeri
spontan.

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

24
Beberapa komplikasi yang dapat disebabkan karena trauma abdomen adalah
perforasi, perdarahan dan syok hipovolemik, menurunnya atau menghilangnya
fungsi organ, Infeksi dan sepsis, komplikasi pada organ lainnya.
Menurut Musliha (2010), pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen,
yaitu, foto thoraks, pemeriksaan darah rutin, plain abdomen foto tegak,
pemeriksaan urine rutin, VP (Intravenous Pyelogram), diagnostic Peritoneal
Lavage (DPL).
Menurut krisanty, (2010) pengkajian dan diagnose secara teoritis yaitu,
pengkajian primer yang terdiri dari airway, breathing, circulation, disability,
exposure/Enviromental control. Sedangkan pengkajian skunder terdiri dari
inspeksi, auskultasi, Palpasi, perkusi.
Pada trauma abdomen dapat menimbulkan beberapa masalah keperawatan
seperti nyeri akut, risiko infeksi, risiko syok, pola napas tidak efektif, risiko
perfusi serebral tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit.
3.2 Saran
Saran penulis terutama bagi mahasiswa keperawatan agar kiranya dari
makalah ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai trauma
abdomen sehingga dapat diterapkan dalam menangani kasus-kasus trauma
abdomen.

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

25
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. 2015. Nanda Nic Noc. Mediaction Jogja, Jogjakarta

Sjamsuhidayat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika

Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma. in: CT of the Acute


Abdomen. London: Springer
https://www.scribd.com/doc/247465791/SGD-1-Makalah-Trauma-
Abdomen-pdf
Legome EL. 2016. “Blunt Abdominal Trauma Clinical Presentation”.
http://emedicine.medscape.com/article/1980980-clinical#b3

Krisanty, Paula. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta. Trans
info Media.

Vlies, C. H. Van Der (2017) ‘Changing patterns in diagnostic and treatment


strategies in blunt abdominal injury’.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/89fc356777ce95b3e
c94b0afc7fe43c5.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Keperawatan Kritis : Trauma Abdomen

26

Anda mungkin juga menyukai