2. Indikasi
A. Keadaan akut
a. Bencana kehamilan (misalnya, perdarahan yang hebat)
b. Infeksi yang hebat (misalnya ruptural abses ovarium-tubo)
c. Komplikasi operatif (misalnya perforasi rahim)
B. Penyakit benigna
a. Leiomiomata, simtomatik (misalnya perdarahan, tekanan), asimptomatik
(> ukuran 12 minggu, mengacaukan evaluasi adneksa)
b. Endometriosis (endometriosis yag berbeda, tak memberi respon terhadap
penekanan hormonal atau pembedahan konservatif)
c. Adenomiosis
d. Infeksi kronik (misalnya, penyakit radang pelvis yang berulang)
e. Massa adneksa (misalnya, neoplasma ovarium)
f. lainnya (definisi operator, kriteria khusus)
C. Kanker/penyakit pra-ganas yang bermakna
a. Penyakit infasif pada organ reproduksi
b. Penyakit pra infasif yang bermakna pada rahim (CIN-3+ atau hiperplasia
adenomatosa pada endometrium dengan atipia sel)
c. Kanker pada organ yang bersebelahan atau jauh (gastrointestinal,
genitourinarius atau kanker payudara)
4) Rasa tak enak (tak ada perkiraan patologi jaringan)
a. Nyeri pelvis yang kronis (laparoskopi negatif dan dicoba terapi bukan
bedah)
b. Relaksasi pelvis (simtomatik)
c. Perdarahan rahim yang berulang (tidak memberi respon terhadap
pengaturan hormon dan kuretasi-rahim ukuran normal)
d. Lainnya (definisi operator, kriteria khusus)
5) Keadaan yang meringankan (tidak diindikasikan secara khusus tetapi
barangkali dibenarkan–membutuhkan peninjauan setara sebelum
pembedahan)
a. Sterilisasi (keadaan yang meringankan)
b. Profilaksis kanker (misalnya berulangnya CIN-2 setelah biopsi kerucut
atau hiperplasia adenomatosa yang terus berlanjut pada endometrium tanpa
atipial)
c. Lainnya, pendaftaran keadaan yang mmeringankan.
3. Klasifikasi
1) Histerektomi total adalah pengangkatan unterus, serviks, dan ovarium.
(brunner & Suddarth, 2001)
2) Histerektomi sub total adalah mempertahankan serviks. (Hacker/Moore,
2001)
3) Histerektomo ekstrafasial adalah membuang rahim besrta lapisan fasial
sebelah luarnya secara utuh. (Hacker/Moore, 2001)
4) Histerektomi intrafasial adalah bahwa bagian tengah serviks dibuang dan
lapisan fasial sebelah luar (endopelvis) di biarkan melekat pada kandung
kemih. (Hacker/Moore, 2001)
5) Histerektomi radikal (wertheim) adalah pengangkatan uterus, adneksa,
vagina proksimal, dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen.
(Brunner & Suddarth, 2001)
6) Histerektomi vaginal radikal (schauta) adalah pengangkatan vagina uterus,
adneksa, dan vagina proksimal. (Brunner & Suddarth, 2001)
II. Mioma Uteri
1. Pengertian
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot
uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999)
Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot
rahimnya dominant. (Manuaba, 1998)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang
disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma
uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya
ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di
terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan
belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche.
(Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini
mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-
sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri.
Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas :
1) Mioma sub mukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma
uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
serviks (mioma geburt)
2) Mioma intramural
Berada diantara serabut miometrium.
3) Mioma subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan
uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, atau dapat pula
menempel pada ligamentum/omentum dan kemudian bebas disebut parasitik
fibroid.
2. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari :
a. Genetalia Eksterna (vulva)
1) Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian
yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora
bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada
wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada
anak-anak dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir
kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk
fourchette.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari
glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora).
Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna,
introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan
mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga
menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri
patogen.
6) Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-
masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari,
ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat
terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior.
7) Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-
otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani
b. Genetalia Interna
1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak
(ujung) vagina menjadi forniks anterior, forniks dekstra, forniks posterior,
forniks sisistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina :
o Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
o Alat hubungan seks.
o Jalan lahir pada waktu persalinan.
2) Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus
seperti bola lampu dan gepeng.
Korpus uteri : berbentuk segitiga
Serviks uteri : berbentuk silinder
Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm,
multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan
beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus.
Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari
kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi
(nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi
vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
a. Ligamentum latum
o Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
b. Ligamentum rotundum (teres uteri)
o Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
o Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c. Ligamentum infundibulopelvikum
o Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d. Ligamentum kardinale Machenrod
o Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
o Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e. Ligamentum sacro-uterinum
o Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju
os.sacrum.
f. Ligamentum vesiko-uterinum
o Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.
Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone
5. Pathway
Mioma submukosum
- tumbuh bertangkai menjadi
Mioma intramural Mioma subserosum
polip
- terdapat di dinding - tumbuh diantara kedua
- dilahirkan melalui serviks
uterus diantara lapisan ligamentum luteum
(myomgeburt)
miometriuum menjadi mioma intra
ligamenter.
- Nyeri - Infertilitas
Resiko tinggi - Perdarahan abnormal
kekurangan cairan (menometroragia)
- Abortus spontan, gejala dan tanda
penekanan seperti retensio urine,
hidronefrosis.
Histerektomi
Aspirasi s secret Perut gg. aktiftas gg. Rasa gg. gambaran Produksi hormon
menumpuk kembung nyaman gg. keseimbangan diri kewanitaan
cairan & elektrolit
9. Pencegahan
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
2) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko
yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian
hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen
lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri
berhubungan dengan kadar estrogen.
3) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.