M DI POLI OBSGYN RS
BETHESDA YOGYAKARTA
Oleh :
Mia Talenta
1902042
TAHUN 2021/2022
A. Definisi
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya
baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk
kanker ovarium. Tidak ada tandatanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami
ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digitulio, 2014).
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Alat genetalia wanita bagian luar
a. Mons pubis
Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai
bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora
7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak)
c. Labia minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar
(labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah
muda dan basah.
c. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya
dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat
saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama
klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
d. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
e. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perinium membentuk dasar badan perinium.
f. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek.
Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
g. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek,
himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus
dan darah saat menstruasi.
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan
darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara
kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila
ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang
terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk
silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum
latum.
C. Epidermiologi
Menurut data WHO 2016, menunjukkan bahwa sekitar 21.000 orang terkena kanker ovarium.
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, prevelensi kanker adalah sebesar 1,8
permil. Pravelensi kanker di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 9,66% dengan
urutan jenis kanker tertinggi adalah kanker ovarium (Oemiati, 2015). Menurut data yang
diperoleh dari catatatan buku register di Ruang Bougenvile 1 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta pada Bulan Agustus 2019 sampai dengan Januari 2020 kasus penyakit yang
menyerang sistem reproduksi sebanyak 838, sedangkan penyakit kanker ovarium sebanyak
307 (37%) orang.
D. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Factor resiko terjadinya kanker
ovarium (Manuaba, 2013) sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi dinegara industry.
2. Faktor reproduksi
Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko menderita kanker
ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epiteliel ovarium. Induksi ovulasi dengan
menggunakan clomipen sitrat meningkatkan resiko dua sampai tiga kali. Kondisi yang
dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko terjadinya kanker.
Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama lima tahun
atau lebih. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3. Faktor genetik
5-10% adalah herediter, angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan
meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
E. Klasifikasi
Klasifikasi stadium kanker ovarium
F. Manifestasi klinik
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti, perut
membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya
massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung,
konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens.
peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan lingkar abdomen
2. Tekanan panggul
3. Kembung
4. Mual
5. Nyeri punggung
6. Konstipasi
7. Nyeri abdomen
8. Sering berkemih
9. Dispnea
10. Perdarahan abnormal
11. Flatulens
12. Peningkatan ukuran pinggang
13. Nyeri tungkai
14. Rasa begah setelah makan makanan kecil
G. Pathway
H. Pemeriksaan diagnostic
Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat bermanfaat untuk wanita
yang beresiko tinggi. Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup enema barium atau
kolonoskopi, serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi IV, dan
pemindaian CT.Scan. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium,
antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau menurun yang mengarah
ke komplikasi.
I. Penatalaksaan
1. Penatalaksaan Medis
a. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium sampai stadium IIA dan
dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat
meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopouse. Kanker ovarium dengan
diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan
kemoradiasi dari pada operasi. Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang
dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah,
atonia kandung kemih yang membutuhkan katerisasi intermiten, antikolinergik, atau
alfa antagonis.
b. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium II B
sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk
pembedahan. Penambahan cisplatin selama radio terapi whole pelvic dapat
memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50%.
c. Kemoterapi
Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi lanjutan atau untuk terapi
paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah ciplastin.
2. Penatalaksaan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kenker ovarium meliputi pemberian edukasi
dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta
ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder dkk, 2013).
Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan
rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan
spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk meghadapi masalah.
J. Komplikasi
Menurut Tidy (2012), komplikasi yang biasa ditemukan pada kanker ovarium adalah:
1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul melalui penyebaran benih kanker melalui cairan
peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju
pleura
3. Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
a. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
b. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
c. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawah
K. Pencegahan
Tindakan pencegahan kanker ovarium (kanker indung telur)sebagai berikut :
1. Memiliki anak lebih dari 1, penggunaan kontrasepsi pil minimal 1, pengikatan saluran
tuba, dan histerektomi (pengangkatan rahim).
L. Prognosis
Prognosis kanker ovarium bergantung dari jenis kanker dan stadium, serta ada tidaknya
komplikasi yang terjadi. Prognosis ini dinyatakan dengan angka harapan hidup dalam 5
tahun. Kanker ovarium stadium 1 memiliki angka harapan hidup 5 tahun sebesar 91-98%
sedangkan pada stadium 3-4, angka harapan hidup hanya sebesar 30-75% tergantung jenis
kanker ovariumnya. Jenis kanker dengan prognosis terbaik adalah tumor sel germinal
sedangkan jenis kanker dengan prognosis terburuk adalah kanker ovarium epitel invasif.
RESEUME ASUHAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMESTER
V TA. 2021/2022
NIM/KLP. : 1902072/1
Stase : Maternitas
Kasus : CA Ovarium
1. Identitas Pasien
Nama : NY.M
Tempat/tgl lahir : Yogyakarta, 11 September 1956
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMU
Perkerjan : Ibu Rymah Tangga
Lama Bekerja :-
Suku/Bangsa : Jawa
Tgl. Masuk RS : 27 Januari 2022
No.RM : 0180XXXX
Ruang : Poli Obstetri/Kebidanan
Diagnosis Medis : Diagnosa Diferencial : Anemia
Diagnosa Defenitif (Diagnosa Pasti) : CA Ovarium
Alamat :Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta
b. Pemeriksaan Fisik
1) TTV :
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 ℃
Respirasi : 18 X/menit
Nadi : 88 X/menit
2) Nutrisi
BB : 42,5 kg
TB : 150 cm
IMT : 18,8
- Kehilangan BB yang tidak direncanakan dalam 3 bulan terakhir : ya
- Penurunan asupan makan dalam 1 minggu : ya
- Apakah pasien sakit berat ; ya
c. Observasi
- Pasien tampak mengalami kelemahan
- Pasien tamapak pucat
- Pasien tamapak lemah kerana jalan harus dipapah
d. Studi dokumentasi
1) Pemeriksaan laboratorium (27 Janurai 2022)
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
1. Hemoglobin 9.2 g/dL 11.7-15.5
2. Lekosit 4.24 ribu/mmk 4.5-11.5
3. Eosinophil 2.1 % 2-4
4. Basophil 0.2 % 0-1
5. Segment netrofil 75.8 % 50-70
6. Limfotif 17.9 % 18-42
7. Monosit 4.0 % 2-8
8. Rasio Neutrofil Limfosit 4.00 % < 3.13
9. Hematokrit 27.6 % 35.0 – 49.0
10. Eritrosit 3.58 Juta/mmk 4.20-5.40
11. RDW 13.0 % 11.5-14.5
12. MCV 77.1 fl 80.0-94.0
13. MCH 25.7 pg 26.0-32.0
14. MCHC 33.3 g/gL 32.0-36.0
15. Trombosit 292 Ribu/mmk 150-450
16. MPV 10.6 fl 7.2-11.1
17. PDW 12.2 fl 9.0-13.0
2) Riwayat alergi : -
3) Skrining :
- Fungsional ADL : mandiri
- Psikologi : tenang
- Kebutuhan edukasi : tidak
E:
S:
O:
A:
P:
Brunner & Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC Digiulo, dkk.
2014. Keperawatan Medikal bedah. Jogjakarta : Rapha Publishing
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Stop Kanker Situasi penyakit Kanker. Jakarta. Diakses dalam
http://www.depkes.go.id/resource/download/pusdatin/infodatinkanker.pdf diakses tanggal 3
Desember 2018
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
I. Jakarta : DPP PPNI