Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

CYSTOMA OVARIUM

A. Pengertian

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun

solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007)

Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan jenis

yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang

terjadi pada indung telur atau ovarium. (Laudermilk,2005)

Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus. Biasanya bertangkai,

seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista

jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro,2005)

Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan

ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah flur

dilepaskan sewaktu ovalasi. (Yatim,2005)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kista ovarium adalah kista

yang paling sering terjadi mempunyai permukaan rata dan halus, berbentuk kantung

berisi cairan jernih dan berwarna kuning yang dapat tumbuh dalam ovarium ( indung

telur ). Kista atau endometriosis adalah penyakit organ rahim pada wanita yang dapat

menyebabkan kemandulan atau infertilitas. Beberapa faktor penyebab kista adalah

faktor genetik, gaya hidup, dan kebersihan lingkungan. Kista ovarium ini sering

terjadi saat menopouse, dan juga sangat berpengaruh pada kehamilan. Pada saat

menopouse kemungkinan untuk dapat terserang kista ovarium sangatlah besar, untuk

itu perlu pemeriksaan yang lebih lanjut agar penderita segera mendapatkan

pertolongan medis karena penyakit ini sangat berbahaya. Kita sebagai penulis harus

memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih waspada dan peduli terhadap

kesehatan reproduksi yang kita miliki.


B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi Reproduksi Wanita

Gambar.1.1kista dalam uterus

Alat reproduksi pada wanita

Alat reproduksi wanita dibagi dua yaitu :

a. Alat reproduksi eksterna

1) Mons Veneris

Adalah daerah diatas simfisis yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes)

rambut ini tumbuh membentuk sudut lengkung.

2) Labia Mayora

Berada bagian kanan dan kiri berbentuk lonjong yang pada wanita mendewasa

ditumbuhi juga oleh rambut kemaluan.

3) Labia Minora

Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu, disini dijumpai

frenulum, klitoris, preputium dan prenulum prudanti.

4) Klitoris

Besarnya kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh

frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi sifatnya amat

sensitive karena banyak memiliki serabut saraf.


5) Vulva

Alat kandungan luar yang berbentuk lonjong berukuran panjang mulai dari

klitoris, dari kiri dibatasi bibir kecil sampai belakang dibatasi perineum.

6) Vestibulum

Terletak di bawah selaput lender vulva, terdiri dari bulbus vestibula dan kiri disini

dijumpai vestibule mayor (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.

7) Hymen

Merupakan selaput yang menutupi intrabus vagina bentuknya berlubang

membentuk semilunaris, anularis tapisan. Bila tidak berlubang disebut atresia

himenalis atau hymen impeforata.

8) Lubang Kemih

Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibagian bawah klitoris disekitar

lubang kemih bagian kiri dan kanan lubang kelenjar skene.

9) Perineum

Terletak diantara vulva dan anus.

10) Vestibulum

Terletak di bawah selaput lender vulva, terdiri dari bulbus vestibula dan kiri disini

dijumpai vestibule mayor (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.

11) Hymen

Merupakan selaput yang menutupi intrabus vagina bentuknya berlubang

membentuk semilunaris, anularis tapisan. Bila tidak berlubang disebut atresia

himenalis atau hymen impeforata.

12) Lubang Kemih

Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibagian bawah klitoris disekitar

lubang kemih bagian kiri dan kanan lubang kelenjar skene.

13) Perineum

Terletak diantara vulva dan anus.


b. Alat reproduksi interna

1) Vagina

Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim terletak diantara

saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim.

Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk dinding

dalamnya berlipat – lipat disebut rugae sedangkan ditengahnya ada bagian yang

lebih keras disebut kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari lapisan

mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.

2) Uterus

Suatu struktur otot yang cukup kuat bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum

sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.

Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear mempunyai rongga

yang terdiri dari tiga bagian dasar yaitu : Badan rahim (korpus uteri) berbentuk

segitiga, leher rahim (service uteri), Rongga rahim (kavum uteri). Besarnya rahim

berbeda-beda tergantung dari usia dan pernah melahirkan anak atau belum.

Ukurannya sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5 – 8 cm x

3,5 – 4 cm x 2 – 2,5 cm : multipara 9 – 9,5 cm x 5,5 – 6 cm x 3 – 3,5 cm. Dinding

rahim secara histologic terdiri dari 3 lapisan : Lapisan serosa (lapisan peritoneum)

diluar, lapisan otot (lapisan miometrium) ditengah, lapisan mukosa

(endometrium) didalam. Sikap dan letak rahim dalam rongga panggul terfikasi

dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh : Tonus rahim sendiri,

tekanan intra abdominal, otot-otot dasar panggul, ligamen-ligamen.

3) Tuba Fallopi

Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri panjangnya 12 – 13 cm,

diameter 3 – 8 mm, bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral merupakan

bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut
getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi.

Saluran telur terbagi 4 yaitu : Paris intertisialis (intramularis), pars ismika yang

merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit, pars ampularis, dimana

biasanya pembuahan (konsepsi terjadi), infundibulum, yang merupakan ujung

tuba yang terbuka kerongga perut di infudibulum terdapat fimbriae yang berguna

untuk menangkap sel telur (ovum) yang kemudian dapat disalurkan kedalam tuba.

4) Ovarium

Terdapat dua indung telur masing-masing dikanan dan kiri rahim dilapisi

mesovarium dan tergantung dibelakang lig latum. Bentuknya seperti buah

almond, sebesar ibu jari tangan (jempol), berukuran 2,5 – 5 cm x 1,5 – 2 cm x 0,6

– 1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium lig. Ovarika dan

lig. Infundibulopelvikum.

2. Fisiologi Alat Reproduksi

a. Vagina

Fungsi penting dari vagina ialah :

1. Saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim.

2. Alat untuk bersenggama.

3. Jalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus

Fungsi utama uterus (rahim) adalah :

1. Setiap bulan berfungsi untuk siklus haid.

2. Tempat janin tumbuh dan berkembang.

3. Berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.

c. Tuba Fallopi

Fungsi utama saluran telur adalah :

1. Sebagian saluran telur menangkap dan membawa ovum.

2. Tempat terjadinya pembuahan.


d. Ovarium

Fungsi indung telur yang utama yaitu :

1. Menghasilkan sel telur (ovum)

2. Menghasilkan hormon-hormon ( progesterone dan estrogen)

3. Ikut serta mengatur haid.

B. Etiologi

Menurut (Yatim,2008) ada beberapa penyebab kista ovarium anatara lain

perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan

perkembangan folikel ovarium hingga tidak timbul ovulasi.

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada

hipotalamus,hipofisis dan ovarium.

Klasifikasi kista ovarium menurut Nugroho, 2010 adalah ;

1) Tipe kista normal

a. Kista fungsional

Merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal

dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang

normal. Kista ini akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk

melepaskan sel telur yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah

kista ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista

fungsiaonal terdiri dari :

a) Kista Folikuler

Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada

didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir didalam ovarium.

b) Kista Corpus Luteum

Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi pendarahan dan

lama – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang – kadang perlu
tindakan operasi untuk mengatasinya.

2) Tipe Kista Abnormal

a. Kistadenemo

Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat

jinak, namun dapat membesar dan menimbulkan nyeri.

b. Kista Coklat (endometrioma)

Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena

berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.

c. Kista dermoroid

Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku,

rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur.

Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.

d. Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar

rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium

setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan

infatilitas.

e. Kista hemorhage

Merupakan kista fungsiaonal yang diseratai perdahaan sehingga menimbulkan

nyeri didalam satu sisi perut bagian bawah.

f. Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein sesungguhnya

umumnya berasal dari kospus luteum haematoma.

g. Kista polikistik ovarium

Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Besarnya

terjadi setiap bulan, ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk
kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus di lakukan untuk

mengangkat kista tersebuat agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

C. Patofisiologi

Kista Ovarium berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan

oleh tingginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak

memperlihatkan androgen estrogen oleh folikel kelenjar adneral folikel anovolusi

degenerasi dan membentuk kista (Corwin, 1999).

Kista folikel berkembang sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya folikel yang

sedang matang atau kegagalan reabsorpsi folikel yang belum matang untuk

mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi. Jenis kista ini yaitu non neoplastik dan tidak dapat

tumbuh tanpa pengaruh hormonal kista ini berukuran kecil ( ≤ 6 – 8 cm) dan biasanya

tanpa gejala ( Winkjosastro, 2005).

Kista karpus luteum disebabkan sekresi hormon progerterone kista ini dapat

menyebabkan menstruasi tidak teratur atau menstruasi terlalu lama. Hal ini disertai

dengan nyeri abdomen bawah dan pelvis (ilham,2008)

D. Manifestasi klinis

1. Gejala – gejala akibat kista ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut.

(Yatim,2008) gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap

dirongga panggul disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri

rongga panggul kalau tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul begitu

siklus menstruasi selesai, perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin

perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi

pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.

2. Menurut Winkjosastro, 2005.

a. Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan

1) Rasa berat di abdomen bagian bawah.

2) Mengganggu miksi atau defekasi.


3) Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tingkat

tungkai bawah.

b. Gejala akibat hormonal

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor dapat

mengganggu menstruasi, tumor sel granulose dapat menimbulkan hipermenorea

sedangkan tumor menimbulkan archenoblastoma dapat menimbulkan amenorea.

c. Gejala akibat komplikasi

1) Perdarahan kedalam kista

Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista

yang menimbulkan gejala nyeri perut mendadak.

2) Putaran tungkai

Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum

infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini menimbulkan rasa sakit

karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah dan dapat

terjadi robekan dinding kista, untuk itu perlu tindak lanjut.

3) Infeksi pada kista

Cenderung mengalami peradangan dan disusul penanahan.

E. Pemeriksaan Penunjang

Metode – metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah :

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal

dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor

berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau solid

dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.

3. Fotorontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya pada

kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.

4. Parasentesis

Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk

mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk

5. Pemeriksaan kadar HCG

Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan

6. Pemeriksaan CS -125

Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.

F. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Penatalaksanann umum Menurut Yatim, 2008.
a. Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram

tidak terlihat tanda – tanda keganasan biasanya dilakukan laparaskopi.

b. Apabila kistanya agak besar biasanya dilakukan laparatomi

c. Untuk polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB

gabungan estrogen – progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista.

Menurut Winkjosastro,2008.

1. Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5

cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan

pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium.

2. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan

ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi).

3. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi

bilateral

2. Penatalaksanaan Perawatan Pathways


Ovarium

Infeksi ovarium

Sekresi hormon progesteron meningkat HCG meningkat

Hiperstimulasi ovarium degeneratif

Tidak terjadi ovulasi degeneratif pada kelenjar adrenal folikel

Menurunnya ovulasi

Terbentuknya kista Pembesaran ovarium

Operasi kistektomi Menahan organ sekitar

Post operasi Tekanan sel syaraf tumor

Nyeri Akut
Ansietas Penurunan

metabolisme Peristaltik usus menurun Hipolisis

Absorbsi air dikolon Asam laktat meningkat Luka operasi


Gangguan Diskontunuitas jaringan
jaringKaonnstipasi metabolisme Port d’entri
Imobilisasi Resiko infeksi

Nyeri Akut

Gambar 1.2 .Sumber : Winkjosastro 2005, Yatim 2009, Ilham 2008, Nanda 2013.
G. Konsep Infertilitas

1. Definisi

Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan

melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya

(Wiknjosastro,2005).

Infertilitas adalah istilah yang dipergunakan bagi seseorang yang mutlak

tidak mungkin mendapat keturunan misalnya wanita aplasia atau pria tanpa testes.

Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Infertile primer

Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki

anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa

menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

b. Infertile sekunder

Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya

tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan

seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode

kontrasepsi jenis apapun.

2. Etiologi

Menurut US Departemen of Health and Human Services, penyebab umum

dari ketidaksuburan pada perempuan adalah adanya masalah dengan ovulasi. Ini

adalah suatu proses pelepasan telur yang matang dari jalan rahim untuk dibuahi.

Sebuah tanda umum dari masalah ovulasi diantaranya periode menstruasi yang

abnormal, atau kurang lengkapnya periode menstruasi.


Infertilitas pada wanita

a. Masalah vagina

Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan

menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke

tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba

sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang

mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara

nyata dapat mengurangi daya hidup sperma ( Stright B, 2005 ).

b. Masalah serviks

Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama

periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif

bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi

( Stright B, 2005 ).

c. Masalah uterus

Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat

berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip

endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan

abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,

pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002 ).

d. Masalah tuba

Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.

Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat

menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau

menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi

merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat
terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh

endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan

dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden

penyakit radang panggul ( pelvic inflammatory disease –PID). PID ini

menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.

e. Masalah ovarium

Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya

harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau

implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat

mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium

polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus

ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara

hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang

mempengaruhi fungsi hormone ( Handersen C & Jones K, 2006 ).

H. Konsep Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, paling umum

dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu (contoh:

endometriosis atau tumor ) untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa dan

kejadian infeksi pelvis yang tidak dapat sembuh – sembuh atau rupture uterus yang

tidak dapat diperbaiki ( Dongoes, 2001). Histerektomi adalah pengangkatan rahim

atas indikasi obstetrik (Mochtar,1999)

Jenis Histerektomi :

1. Histerektomi parsial (subtotal)

Histerektomi jenis ini kandungan diangkat tetapi mulut rahim (servik) tidak.

2. Histerektomi total

Mengangkat kandungan termasuk mulut rahim


3. Histerektomi dan salfingo ooforektomi bilateral

Pengangkatan uterus mulut rahim, kedua tuba fallopi dan kedua ovarium

pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan seperti menopause.

4. Histerektomi radikal

Histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian bawah atas vagina serta

jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan.

I. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama , umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan, diagnosa

medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM dan alamat.

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.

2. Riwayat Kesehatatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian.


b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Perjalanan penyakit klien sebelum, selama, perjalanan dan sesampainya

dirumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang dilakukan

sebelumnya dan pengobatan yang didapat setelah masuk Rumah Sakit.

c. Riwayat Menstruasi

Kaji menarche, siklus mens, banyaknya haid yang keluar, keteraturan mens,

lamanya, keluhan yang menyertai.

d. Riwayat Obstetri

Kali tanggal partus,jenis partus.

e. Riwayat Keluarga Berencana


KB idien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan.

f. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan penyakit yang pernah dialami.

g. Riwayat Pernikahan

Kali usia pernikahan,lamanya pernikahan.

h. Riwayat Seksual

Kali usia pertama kali melakukan hub seks

i. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

j. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari

1. Personal hygien.

Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut,

mulut, gigi dan vulva hygiene.

2. Pola Makan

Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau tidak.

3. Pola Eliminasi

a. BAB

Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan saat BAB.

b. BAK

Kaji freekuensi, warna, bau & keluhan saat berkemih.

4. Pola Aktivitas & Latihan

Kaji kegiatan dalam pekerjaan & kegiatan diwaktu luang sebelum selama di

RS.

5. Pola Tidur & Istirahat

Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan.

k. Riwayat penggunaan zat


Kaji kebiasaan & lama penggunaan rokok.

l. Riwayat Sosial Ekonomi

Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial & hubungan dalam keluarga.

m. Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual

1. Psikososial

Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini.

2. Spiritual

Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah dan diRS.

3. Pemeriksaan Fisik

Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan , dan TTV

a. Kepala

Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan

b. Mata

Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea

c. Hidung

Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman

d. Mulut

Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi

e. Telinga

kelainan bentuk, keadaan dan fungsi

f. Leher

Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid

g. Daerah dada

Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung, frekuensi nadi dan

TD.

h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri tekan

i. Genetalia eksterna

Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan kebersihan

j. Ekstremitas

Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan kesulitan

pergerakan.

4. Pemeriksaan penunjang

Pre op : kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG.

b.Analisa Data

Analisa data adalah mengkaitkan data, menghubungkan data dengan konsep, teori dan

kenyataan yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan klien.

c. Fokus intervensi Post operasi

NO. DX DX TUJUAN DAN TINDAKAN KEP (SIKI)


KRITERIA HASIL
KEP (SLKI)

D.0077 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


agen pencedera intervensi (I. 08238)
fisiologis d.d keperawatan selama Observasi
mengeluh nyeri, 3 x 24 jam maka, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tampak tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
meringis, menurun dengan intensitas nyeri
gelisah, kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
bersikap -Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
protektif, menurun 4. Identifikasi faktor yang
frekuensi nadi -Meringis menurun memperberat dan memperingan
meningkat, sulit -Gelisah menurun nyeri
tidur, diaforesis -Ketegangan otot 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
membaik kualitas hidup
-Frekuensi nadi 6. Monitor keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah
diberikan Terapeutik
7. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
8. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
9. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
10. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
11. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
12. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian analgetik

D.0019 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


b.d intervensi (I.03119)
ketidakmampua keperawatan selama Observasi
n mencerna 3 x 24 jam maka, 1. Identifikasi status nutrisi
makanan d.d status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
nyeri membaik dengan makanan
abdomen,nafsu kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
makan - Porsi makan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
menurun,memb dihabiskan jenis nutrient
ran mukosa meningkat
5. Identifikasi perlunya penggunaan
pucat,serum - Kekuatan otot selang nasogastric
albumin pengunyah
6. Monitor berat badan
turun,rambut meningkat
7. Monitor asupan makanan
rontok - Perasaan cepat
8. Monitor hasil pemeriksaan
kenyang menurun
laboratorium
- Nyeri abdomen
Terapeutik
menurun
9. Lakukan oral hygiene sebelum
- Berat badan
makan, jika perlu
membaik
10. Fasilitas pedomat diet (mis.
Piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Edukasi
14. Anjurkan posisi duduk , jika
mampu
15. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis, Pereda
nyeri,antiemetic)
17. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

D.0142 Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


d.d pasien post intervensi (1.14539)
surgical staging keperawatan selama Observasi
dengan luka 3 x 24 jam, maka 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
bekas operasi tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan 2. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil: 3. Berikan perawatan kulit pada area
- Kemerahan edema
menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Nyeri menurun kontak dengan pasien dan
- Demam lingkungan pasien
menurun 5. Pertahankan teknik aseptik pada

- Bengkak pasien beresiko tinggi

menurun Edukasi

- Kadar sel darah 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


putih membaik 7. Ajarkan cara mencuci tangan

- Kultur area luka dengan benar

membaik 8. Ajarkan cara memeriksa kondisi


luka operasi
9. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
10. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian obat
farmakologi

d. Implementasi

Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan tujuan kebutuhan


pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan
tindakan rujukan/ ketergantungan (dependent).
e. Evaluasi

Menurut (Tartowo & Wartonah, 2015) Adalah proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk
melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
rpada tahap peencanaan.

Anda mungkin juga menyukai