Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

Disusun oleh

kelompok 6 :

1. Lestari ismawati putri (019.01.3638)


2. Melinda futri’ (019.01.3639)
3. M.asgar hishom (019.01.3641)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TA. 2021/2022

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah laporan ini dapat saya selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur keperawatan medical
bedah Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
laporan ini.

Demikianlah laporan ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa saya harapkan untuk kesempurnaan laporan ini
agar menjadi lebih baik.

Mataram, 15 November

Kelompok 6

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Pengertian vertigo.......................................................................................2
B. Klasifikasi vertigo.......................................................................................3
C. Etologi vertigo ...........................................................................................3
D. Patofisiologi vertigo....................................................................................3
E. Manifestasi klinis........................................................................................4
F. Pemeriksaan penunjang .............................................................................6
G. Penatalaksanaan vertigo..............................................................................6
H. Askep vertigo ...........................................................................................10
1. Pengkajian...........................................................................................10
2. Diagnosa ............................................................................................11
3. Intervensi ............................................................................................11
4. Evaluasi ..............................................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................15

A. Pengkajian ................................................................................................15
B. Diagnosa ..................................................................................................23
C. Intervensi ..................................................................................................23
D. Implementasi.............................................................................................27
E. Evaluasi ....................................................................................................28
F. Materi penyuluhan....................................................................................31

BAB IV PENUTUP...................................................................................................35

A. Kesimpulan ..............................................................................................35
B. Saran ........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat. Pasien
mangalami kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter umum dan
spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai sistem
vestibuler, disamping itu tidak ada pemeriksaan laboratorium yang tersedia untuk
mendiagnosis vertigo (Kentala, 2003). Pasien vertigo mengeluhkan berbagai macam
gejala meliputi mual, instabilitas postural, pandangan kabur, dan diorientasi. Gejala-
gejala ini menimbulkan berbagai macam problem emosional dan fisik seperti emosional,
kecemasan, dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan sistem
vestibuler mempengaruhi kesehatan dan berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien
vertigo bisa menghindari kegiatan fisik dan stres psikologi dan menarik diri dari aktifitas
sosial, hal tersebut berhubungan dengan depresi yang mempengaruhi pengendalian
diri(Strosser et al., 2000). Penyebab vertigo meliputi vestibuler perifer (berasal dari sistim
saraf perifer), vestibuler sentral dan kondisi lain (Suraet al., 2010).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana definisi vertigo ?
2. Bagaimana klasifikasi penyakit verigo ?
3. Bagaimana etiologi vertigo ?
4. Bagaimana patofisiologi vertigo ?
5. Bagaimana manifestasi klinis vertigo ?
6. Bagaimana cara pemeriksaan penunjang vertigo ?
7. Bagaimana penatalaksanaan vertigo ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan vertigo ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari vertigo.
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit verigo
3. Untuk mengetahui etiologi vertigo
4. Untuk mengetahui patofisiologi vertigo
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis vertigo
6. Untuk mengetahui cara pemeriksaan penunjang vertigo
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan vertigo
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan vertigo

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi vertigo
Kata ”Vertere” merupakan suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa
lain dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan
dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan  (sirkuler atau linier),
atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti
dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata
(nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005,
mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau
objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh
integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka
sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada
vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan
mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau
bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita
vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan
tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak
mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan
telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005)
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala
yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya
langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab
vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)
B. Klasifikasi vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu:
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel
saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
C. Etiologi vertigo
Penyebab vertigo dibagi berdasarkan jenis vertigo yaitu:
1. Vertigo jenis perifer ini dapat disebabkan karena adanya neurolotisvestibuler,
vertigo posisional benigna (jinak), penyakit meniere, trauma, fisiologis ( seperti
mabuk kendaraan ), obat-obatan dan tumor di fossa posterior dasar tengkorak
(misalnya neuroma akustik). Jenis benign positional vertigo adalah suatu keadaan
ketika vertigo terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 1 detik.
Gangguan ini diakibatkan perubahan posisi kepala biasanya terjadi ketika
penderita berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke
belakang.
2. Vertigo sentral ini dapat disebabkan karena adanya strok batang otak. TIA
vertebrobasiler, kangker, migrainbasiler, trauma, perdarahan di otak kecil, infark
batang otak atau cerebellum dan degenerasi spinoserebellar.

D. Patofisiologi vertigo
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke
pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih
lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari
posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu
respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
dari mata disebut nistagnus.

Pathway vertigo

E. Manifestasi klinis
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan.
Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung
sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi
vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak,
serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor
difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu
tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo
berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional
berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran
dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem
yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan
pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat
penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere
ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada
sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli
dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal
mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus
memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak.
Gejala ini berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita
merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring
diam.Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan
menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam
waktu beberapa hari atau minggu.Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG)
menunjukkan penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian
besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang
terdapat pula vertigoposisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo
mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat
sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu
benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi
pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system
vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat

F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam.
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormalakan terjadi nistagmus.
5. Tes Kalori dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang
timbul
7. Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.
G. Penatalaksanaan vertigo
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
 Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir
tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali
keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah
atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak
didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea)
dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan
ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi
perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti 
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitisvestibuler lebih
meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus
akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan 
dari terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya:
tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan
bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat
penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan
diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin
pula menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan
oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat
bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya
Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan
gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan
kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
 TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
 RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan
yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.
Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:
Tujuannya:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium    
untukmeningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.
Contoh latihan:
 Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
 Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak miring)
 Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup
 Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup
 Berjalan “tandem”
 Jalan menaiki dan menuruni lereng
 Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
 Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga menfiksasi
pada objek yang diam
Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
H. Asuhan keperawatan vertigo
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi

 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.

3. Integritas Ego

 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu


 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

4. Makanan dan cairan

 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,


keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan

5. Neurosensoris

 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)


 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.

6. Nyeri/ kenyamanan
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

7. Keamanan

 Riwayat alergi atau reaksi alergi


 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

8. Interaksi sosial

 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang


berhubungan dengan penyakit.

9. Penyuluhan / pembelajaran

 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga


 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
oral/hormone, menopause.
B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan


syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri
yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur,
gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi,
metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi
dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya
mengikuti instruksi.

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1:

 Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/tekanan


syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri
yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur,
gelisah.
Tujuan:nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :

 Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang


 Tanda-tanda vital normal
 Pasien tampak tenang dan rileks

Intervensi :

 Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.


Rasional : mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
 Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi rasa nyeri.
 Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
 Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
Rasional: untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat aktivitas yang
berat dan melelahkan hingga memicu terjadinya pusing
 Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam.
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih
nyaman.
 Kolaborasi : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.

Diagnosa Keperawatan 2:

 Koping Individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi,


metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.


Kriteria Hasil :

 Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif


 Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki
 Mengkaji situasi saat ini yang akurat
 Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang
tepat.

Intervensi :

 Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.


Rasional : mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi
fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
 Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala
perasaannya dan menjadi lebih tenang.
 Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil
yang diharapkan.
Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang
diterimanya, dan memberikan harapan dan semangat untuk pulih.
 Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari
kegiatan yang dapat diajarkan.
Rasional : membuat pasien merasa lebih berarti dan dihargai.

Diagnosa Keperawatan 3:

 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi
dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya
mengikuti instruksi.

Tujuan :klien menjadi lebih paham tentang penyakit yang dideritanya.


Kriteria Hasil :

 Pasien mengungkapkan pemahamannya tentang penyakitnya


 Pasien dapat mengendalikan penyakit yang dideritanya

Intervensi

 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.


Rasional: untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakitnya.
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.
Rasional: dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
 Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.
Rasional: untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah
pengetahuan klien tentang penyakitnya.
 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional: untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
 Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang norrmal.
Rasional: agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh
yang kurang baik.
 Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang
dialamimya dan faktor-faktor yang berhubungan.
Rasional: dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat
mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti
berbaring, beristirahat paa saat serangan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan pemulanagan pada vertigo adalah:
1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah
kekambuhan.
3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan keutuhan terapeutik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya
pada penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena
setiap diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek
adalah hal yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai
penyakit vertigo yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian
besar tanda dan gejala itu sama dengan realitas yang ada. Namun menurut pendapat
prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis pusing yang
berputar dapat diatasi dengan mudah mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata
pasien dengan vertigo BPPV tidak mudah untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya dan sempat sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien
telah diberikan berbagai obat selama kurang lebih satu minggu untuk mengatasi pusing
yang dideritanya namun hasilnya pasien tetap merasa pusing, meskipun pusing yang
dideritanya sedikit turun
B. Saran
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan
penyakit tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan
hendaknya setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus
dilakukan secara bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan
nyeri atau pusingnya sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien
tersebut kita dapat memberikan terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien
agar nyeri yang dirasakan tidak kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
2. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
3. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No.
144, Jakarta, 2004

Anda mungkin juga menyukai