Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENYAKIT

TORTICOLLIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Kodifikasi,
Kodifikasi Terkait Sistem Muskuloskeletal, semester ganjil yang diampu oleh :
Bapak Andi Suhenda SKm MPH

Disusun oleh :
Nama : Deyhan Nurjaya Anugrah
NIM : P20637022049
Kelas : 1B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulliah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
meyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna memenuhi tugas individu
untuk mata kuliah Pengantar Kodifikasi, Kodifikasi Terkait Sistem
Muskuloskeletal.
Pada kesempatan ini saya mengucapakan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Pengantar Kodifikasi, Kodifikasi Terkait
Sistem Muskuloskeletal yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga
ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saya sadar, sebagai seorang pelajar atau mahasiswa yang masih dalam
proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan dating.
Harapan saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran
tersendiri bagi kalian termasuk diri saya sendiri.

Tasikmalaya, 09 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
1. Identitas Penyakit.............................................................................................1
a. Diagnosa.......................................................................................................1
b. Sistem...........................................................................................................1
c. Kode..............................................................................................................1
2. Definisi Penyakit..............................................................................................1
3. Penyebab/ Etiologi Penyakit............................................................................1
4. Tanda dan Gejala Penyakit...............................................................................2
a. Tanda.............................................................................................................2
b. Gejala............................................................................................................2
5. Data Penunjang.................................................................................................3
a. Laboratorium.................................................................................................3
b. Radiologi.......................................................................................................3
6. Patofisiologi......................................................................................................4
7. Penatalaksanaan................................................................................................4
a. Pencegahan...................................................................................................4
b. Pengobatan....................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6

ii
BAB I

PEMBAHASAN

1. Identitas Penyakit
a. Diagnosa : Torticollis
b. Sistem : Muskuloskeletal
c. Kode : M43.6

2. Definisi Penyakit

Torticollis merupakan istilah medis untuk menggambarkan suatu keadaan


pada leher yang terputar, juga dikenal sebagai leher kecut. Dalam bahasa latin
"torus" artinya memutar dan "collum" artinya leher. Tortikolis disebut juga
sebagai gangguan pada otot leher yang mengakibatkan kepala miring. Saat
seseorang mengalami tortikolis, bagian atas kepala terlihat miring ke satu
sisi sementara dagu miring ke sisi lain.
Torticollis juga merupakan kondisi puntiran pada kepala dan leher yang
disebabkan oleh otot leher yang memendek, terutama otot
sternokleidomastoideus. Kepala umumnya akan mengarah ke sisi otot yang
memendek, sementara dagu memutar ke arah berlawanan. Tortikolis bisa terjadi
pada semua usia, dari bayi baru lahir hingga dewasa. Kondisi ini dapat bersifat
kongenital maupun acquired.
Torticollis dapat terjadi sejak lahir, congenital muscular torticollis (CMT),
atau didapat saat dewasa, acquired torticollis. Insidensi CMT kurang dari 2% dan
diyakini disebabkan oleh trauma lokal pada jaringan lunak leher sebelum atau
selama persalinan, khususnya pada persalinan dengan presentasi bokong atau
sungsang dan persalinan sulit yang dibantu dengan forceps. Kasus yang paling
umum tidak memiliki penyebab yang jelas, dan rasa sakit serta kesulitan memutar

1
kepala biasanya hilang setelah beberapa hari, bahkan tanpa pengobatan pada
orang dewasa.

3. Penyebab/ Etiologi Penyakit


Torticollis didapat dapat disebabkan oleh iritasi pada ligamen serviks dari infeksi
virus, cedera, atau gerakan yang kuat. Penyebab tambahan mungkin termasuk:
 Tidur dalam posisi canggung
 Cedera otot leher saat lahir
 Luka bakar
 Setiap cedera yang menyebabkan jaringan parut berat dan kulit atau otot
menyusut
 Spasme otot leher
Torticollis juga bisa menjadi kondisi sekunder yang diakibatkan oleh hal-hal
berikut:
 Sisi tergelincir (dua sendi kecil di sisi tulang belakang)
 Disk hernia
 Infeksi virus atau bakteri
Etiologi tortikolis beragam. Ini dapat terkait dengan penyakit kompleks dan/atau
serius.Torticollis mengklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
 Torticollis kongenital: Selama kehamilan atau kelahiran, trauma dapat
terjadi yang menyebabkan edema pada otot, yang dapat menyebabkan
fibrosis kongenital otot sternokleidomastoid, menyebabkan pemendekan
serat otot ini.
 Nyeri dermatogenik: Ketika ada luka pada kulit leher, dan memendek, hal
ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam bergerak, biasanya terjadi pada
kasus luka bakar atau bekas luka.
 Torticollis okular: Ini mengacu pada kelumpuhan otot yang terlibat dengan
kemiringan dan rotasi kepala (kompensasi) dari keterlibatan otot
ekstraokular miring.
 Torticollis reumatologis: Varian ini merupakan akibat sekunder dari
berbagai penyakit reumatologis.
 Torticollis vestibular: Telinga bagian dalam bertanggung jawab atas
keseimbangan, melibatkan labirin telinga bagian dalam.
 Penyiksaan neurogenik: Ini hasil dari gangguan neurologis atau
kecelakaan, seperti stroke atau trauma.
 Torticollis spasmodik (dystonia): ini adalah penyebab paling umum dari
kekakuan leher. Jenis ini dihasilkan dari peningkatan tonus otot. Faktor
pemicu yang paling umum termasuk stres emosional, kelebihan fisik, atau
gerakan tiba-tiba.

4. Tanda dan Gejala Penyakit


a. Tanda
Secara umum, tanda tortikolis meliputi:
 Tremor (gerakan seperti getaran atau menggigil yang tidak disadari) pada
kepala
 Sakit leher atau kaku

2
 Pembengkakan otot leher
 Sakit kepala

b. Gejala
Berikut ini adalah gejala tortikolis yang paling umum. Namun, setiap
orang mungkin mengalami gejala yang berbeda. Gejala mungkin termasuk:
 Nyeri otot leher atau nyeri di tulang belakang
 Ketidakmampuan untuk memutar kepala, biasanya memegangnya dengan
memutar ke satu sisi
 Kejang otot leher
 Posisi dagu yang canggung
 Memiliki satu bahu lebih tinggi dari yang lain
 Sakit saat memiringkan dagu Anda ke satu sisi
 Kaku pada otot leher

5. Data Penunjang
a. Laboratorium
Beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah
lengkap jika dicurigai ada infeksi, tes kariotipe untuk trisomi 21 jika ada
riwayat dysmorphism, dan pengujian genetik (analisis urutan dan delesi/duplikasi)
untuk memeriksa mutasi pada sindrom Klippel-Feil, sesuai kebutuhan
berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan lainnya.  Tes darah juga bisa
dilakukan untuk mencari kondisi lain yang menyebabkan tortikolis.

b. Radiologi

1.Ultrasonografi
Pada bayi baru lahir, ultrasonografi merupakan modalitas pilihan untuk
menegakkan diagnosis tortikolis kongenital. Otot sternokleidomastoideus yang
normal akan terlihat sebagai struktur hypoechoic yang mengandung

3
garis echogenic pendek yang mewakili perimysium normal. Perubahan ukuran
dan ekogenisitas otot ini biasanya terlihat pada tortikolis kongenital.
Pada pemeriksaan USG, kepala diputar ke sisi yang berlawanan dan pemindaian
longitudinal dan transversal dilakukan langsung pada sisi lateral leher, dengan
fokus pada otot sternokleidomastoideus. Temuan abnormal didokumentasikan
dalam dua bidang tegak lurus (longitudinal dan transversal) untuk menentukan
apakah ada perubahan ketebalan atau tekstur intramuskular dari otot.
Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi. Ketebalan otot sternokleidomastoideus
diukur dua kali pada lokasi yang paling tebal untuk mendapatkan nilai rata-rata
pada potongan melintang. Ultrasonografi Doppler dilakukan untuk menentukan
apakah ada aliran darah di dalam lesi.[18,19]

2.Computed Tomography Scan (CT Scan)


CT Scan merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengevaluasi
kelainan fusi dan segmentasi tulang belakang. Dalam interpretasi CT scan,
ketinggian ruang disk dan badan vertebral harus dinilai dengan hati-hati. Dalam
fusi kongenital, korteks anterior dan posterior dari badan vertebral cekung ke arah
tengah.

3,Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pencitraan MRI akan menunjukkan kelainan intraspinal terkait seperti
syringomyelia dan memungkinkan penilaian diskus intervertebralis untuk
dehidrasi, herniasi, dan penonjolan. Pasien mungkin memerlukan MRI jika ada
gejala yang berhubungan dengan ketidakstabilan.

6. Patofisiologi
Patofisiologi torticollis melibatkan pemendekan otot-otot di sekitar leher
terutama otot sternokleidomastoideus. Gangguan otot yang terjadi dapat berupa
spasme atau kontraktur, yang juga dapat melibatkan otot trapezius, splenius,
skapula, scalenus, dan platysma. Gangguan otot-otot ini dapat disebabkan oleh
proses yang idiopatik maupun proses inflamasi, infeksi, tumor, atau trauma.
Otot sternokleidomastoideus terletak di daerah anterior leher. Insersinya
terdapat pada sternum (sternum furcula), klavikula (aspek medial), regio oksipital
(garis leher lateral), dan mastoid. Serabut otot memiliki arah oblik ke atas dan ke
luar. Otot ini berperan dalam rotasi kontralateral, kemiringan ipsilateral, dan fleksi
kepala.
Adanya tumor pada dasar tengkorak (tumor fossa posterior) juga dapat
menekan suplai saraf ke leher dan menyebabkan torticollis. Sementara itu, adanya
infeksi pada faring posterior dapat mengiritasi saraf yang menyuplai otot leher
dan menyebabkan torticollis. Infeksi ini dapat diobati dengan antibiotik jika tidak
parah, tetapi dapat memerlukan debridement atau bedah pada kasus yang sulit
diatasi.
Distonia servikal yang menimbulkan manifestasi klinis torticollis juga
dapat terjadi akibat stres emosional, physical overload, gerakan mendadak, atau
penggunaan obat tertentu. Meskipun sangat jarang terjadi, beberapa contoh obat
yang dapat menimbulkan tortikolis akut adalah phenytoin dan carbamazepine.

4
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah tortikolis. Tetapi
perawatan dini dapat membantu mencegah kondisi Anda menjadi lebih
buruk. Dan itu dapat mencegah Anda membutuhkan operasi nanti. Mulailah
peregangan torticollis Anda dalam beberapa bulan. Jika Anda memulai dengan
cepat, Anda juga dapat mencegah kemungkinan komplikasi jangka panjang.

b. Pengobatan
Cara mengobati tortikolis umumnya akan tergantung dari tingkat
keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi
tersebut. Beberapa pilihan penanganan penyakit ini meliputi:
 Mengompres leher dengan air hangat
 Pijat pada bagian leher
 Terapi fisik atau perawatan chiropractic
 Latihan peregangan
 Memakai penyangga leher
Selain itu, pembedahan tulang belakang mungkin diperlukan untuk
mengatasi tortikolis, jika tortikolis disebabkan oleh dislokasi vertebra. Dalam
beberapa kasus, pembedahan melibatkan penghancuran beberapa saraf di otot
leher, atau menggunakan stimulasi otak.
Obat-obatan yang dapat diberikan oleh dokter pada pasien tortikolis dewasa
meliputi:
 Obat pereda nyeri, misalnya codeine
 Obat relaksan otot, seperti baclofen dan diazepam
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac dan naproxen
 Suntik botulinum toxin (botox), yang harus diulang setiap beberapa bulan
Penggunaan obat-obatan perlu dibarengi dengan kontrol secara rutin. Selain untuk
mengetahui efektivitas pengobatan, kontrol rutin juga dilakukan untuk memeriksa
perkembangan tortikolis.

5
DAFTAR PUSTAKA

Profesional medis Klinik Cleveland. (2022, Februari 28). Torticollis. Retrieved


from Cleveland Clinic:
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22430-torticollis
Bruno Cunha, P. T. (2021, Desember 31). Torticollis. Retrieved from National
Library Of Medicine: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539857/
Honestdocs Editorial Team. (2019, Januari 8). Tortikolis - Tanda, Penyebab,
Gejala, Cara Mengobati. Retrieved from Honestdocs:
https://www.honestdocs.id/tortikolis
Ridwan, d. (n.d.). Torticollis. Retrieved from Alomedika:
https://alomedika/penyakit/neurologi/tortikolis/patofisiologi
Tortikolis (wryneck). (n.d.). Retrieved from Johns Hopkins Medicine:
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/torticolli
s-wryneck
Wikipedia. (2022, Agustus 28). Torticollis. Retrieved from Wikipedia The Free
Encyclopedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Torticollis

Anda mungkin juga menyukai