Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PRAKTEK KOMPREHENSIF

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA MYALGIA

UPPER TRAPEZIUS

DI RS GMIM Bethesda Tomohon

ALIVIA AZIZIAH

18163053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2021
MAKALAH PRAKTEK KOMPREHENSIF

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA MYALGIA

UPPER TRAPEZIUS

DI RS GMIM Bethesda Tomohon

ALIVIA AZIZIAH

18163053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat

dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Myalgia Upper Trapezius” ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui

tindakan fisioterapi pada pasien dengan myalgia. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang penatalaksanaan fisioterapi Pada

kasus tersebut. Rasa terima kasih saya tidak terkirakan kepada semua pihak yang

telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan karena

keterbatasan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Tomohon, Agustus 2021 

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi, Fisiologi, dan Biomekanik................................... 4

B. Myalgia................................................................................ 6

C. Problematik Fisioterapi........................................................ 9

D. Instrumen Penilaian.............................................................. 11

E. Teknologi Intervensi Fisioterapi ......................................... 12

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS ........................................... 18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................... 25

B. Saran .................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26

Lampiran

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Myalgia (Nyeri otot) adalah termasuk salah satu keluhan yang cukup sering

diderita manusia. Ada yang mengalami hanya sesaat (misalnya keram otot) atau

sampai beberapa hari, beberapa bulan bahkan menahun tersebut terus menerus

mengganggu dengan intensitas yang berfluktuasi. Nyeri yang timbul hanya sesaat

tentu saja tidak sampai mengganggu aktivitas hidup. Tetapi nyeri yang timbul

terus menerus dapat membuat frustrasi penderita, karena menghambat aktivitas

baik dalam kaitan mencari nafkah, keseharian, maupun rekreasi. Sehingga pada

akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Tidak jarang penderita

akhirnya tergiring untuk mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dalam jangka

panjang. Padahal telah terbukti bahwa semua obat penghilang nyeri pasti memiliki

efek samping yang merugikan jika dikonsumsi berlebihan atau tanpa kontrol

dokter, contohnya bisa menimbulkan gastritis (sakit mag), keropos tulang, dan

menghambat pembentukkan sel darah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

sebaiknya penanganan nyeri otot harus dilakukan secara menyeluruh, yaitu

dengan mengetahui jenis nyeri otot yang terjadi, faktor penyebab nyeri otot,

kemudian pemberian terapi yang tepat (Weni, 2010)

Trapezius myalgia atau nyeri otot trapezius, merupakan gejala dari beberapa

penyakit maupun kelainan yang terletak pada leher, kedua bahu, dan lainnya

melekat di tulang punggung. Penyebab pada kejadian trapezius myalgia adalah

penggunaan berlebih atau over stretching pada otot trapezius. Nyeri tersebut

berhubungan dengan stress atau strain otot trapezius, tendon dan ligamen yang

1
biasanya terjadi bila melakukan aktivitas sehari-hari secara berlebihan, seperti

mengangkat benda berat dengan cara yang salah. Nyeri otot trapezius menjalar di

sepanjang punggung atas dan leher, dibelakang telinga serta di pelipis (Sugijanto

& Bimantoro, 2008).

Menurut salah seorang peneliti, di salah satu Puskesmas di daerah Surakarta

myalgia merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Berdasarkan data

yang telah terkumpul myalgia menduduki peringkat keeempat (7,34%) dari 10

penyakit setelah influenza (7,34%), hipertensi esensial/ primer (9,59%) dan

nasopharingitis akut (8,15%) pada Puskesmas Surakarta tahun 2014

(DepkesRI,2014).

Masalah yang dapat timbul akibat myalgia seperti adanya nyeri, spasme otot,

keterbatasan gerak atau hipomobility, imbalance muscle dan ganguan postur akan

menimbulkan disabilitas pada penderitanya. Disabilitas adalah ganguan pada

fungsi tubuh atau strukturnya, keterbatasan aktivitas dalam melaksanakan tugas

atau tindakan dan pembatasan partisipasi dalam situasi kehidupan. Pada kasus

myalgia ini disabilitas yang di temukan adalah nyeri saat melakukan perawatan

diri, mengangkat, membaca, bekerja, mengemudikan mobil, sakit kepala, sulit

berkonsentrasi, dan ganguan tidur.

Fisioterapi mempunyai peran yang sangat penting dalam proses

penyembuhan serta perbaikan gerak dan fungsi, antara lain membantu mengatasi

permasalahan kapasitas fisik pada pasien, mengembalikan kemampuan fungsional

pasien serta memberi motivasi dan edukasi pada pasien untuk menunjang

keberhasilan terapi pasien. Teknologi yang di dapat di aplikasikan kepada pasien

2
antara lain. Infra red, massage, streching dan edukasi pada pasien untuk

melakukan latihan. Aplikasi panas pada otot belikat yang mengalami myalgia

dapat mengurangi nyeri dan relaksasi otot sehingga modalitas yang di pakai

adalah infra red karena gelombang elektromagnetik yang di hasilkan adalah

penetrasi yang dalam sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan

metabolisme, delatasi pemuluh darah, mengurangi nyeri dan spasme (Sujatno,

dkk, 2002).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

1. Otot

Otot upper trapezius adalah salah satu jenis otot rangka berperan

sebagai penyusun struktur leher, bahu, dan punggung manusia. Otot

trapezius terdapat di bagian leher, tepatnya di postero lateral occiput,

memanjang ke arah lateral melewati scapula, dan overlapping pada bagian

superior dari otot latissimus dorsi pada tulang belakang. Otot ini

dipersarafi oleh akar saraf C5- T1. Menurut arah serabutnya, otot trapezius

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: upper fiber, middle fiber, dan lower

fiber. Otot upper trapezius, memiliki origo pada protuberentia occipital

eksternal dan bagian medial dari ligamentum nuchae. Sedangkan

insertionya terletak pada batas posterior dari 1/3 bagian luar dari clavicula

(Chaitow, 2008).

Upper trapezius merupakan otot tipe 1 (tonik) atau red muscle karena

berwarna gelap dari otot lainnya, yang banyak mengandung hemoglobin

dan mitokondria. Otot tonik berfungsi untuk mempertahankan sikap,

kelainan tipe otot ini cenderung tegang dan memendek. (Chaitow, 2008).

4
2. Fisiologi dan Biomekanik

Fungsi dari otot upper trapezius adalah Gerakan elevasi scapula, dan

rotasi ke atas dari scapula. Pada saat otot upper trapezius ini melakukan

kontraksi konsentrik bersama dengan otot levator scapula akan

menghasilkan gerak elevasi tulang scapula. Apabila otot upper trapezius

berkontraksi secara unilateral maka akan menghasilkan gerakan lateral

fleksi dari kepala, sedangkan bila dilakukan bilateral maka akan

menghasilkan gerakan ekstensi kepala (Vizniak, 2010).

Ketika semua serabut otot trapezius bekerja bersama, scapula

akan terfiksasi pada sangkar thoraks, memberikan bantuan yang kuat

selama aktivitas weight-bearing dan mendorong. Ketika ekstremitas

5
atas tidak terfiksasi, serabut pada trapezius akan bekerja dengan otot

yang lain sesuai fungsinya. Meskipun serabut otot trapezius memiliki

kemampuan untuk bekerja bersama sebagai satu kesatuan, serabut

bawah (lower fiber) sering mengalami kelemahan dan jarang

digunakan. Sedangkan serabut atas (upper fiber) sering mengalami

ketegangan akibat sering digunakan saat bekerja (Cael, 2010)

B. Myalgia

1. Definisi

Myalgia atau disebut juga nyeri otot merupakan gejala dari banyak

penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah

penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu tegang. Myalgia yang

terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi virus.

Myalgia yang berlangsung dalam waktu yang lama menunjukan myopati

metabolic, defisiensi nutrisi atau sindrom fatigue kronik (Wahyudi G,

2013).

2. Etiologi

Myalgia yang disebabkan karena gangguan tidur, individu yang

mengalami gangguan tidur sering kali mengalami nyeri otot. Gangguan

tidur dan nyeri otot yang menyertainya mungkin disebabkan oleh ansietas

temporer akibat situasi yang menimbulkan stres, atau bisa juga karena

kebisingan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama tidak ada gejala

lain yang menyertai myalgia tersebut atau jika nyerinya tidak juga

menghilang setelah beberapa hari (Wahyudi G, 2013).

6
Ketidakseimbangan hormon terjadi manakala salah satu hormon

reproduktif tidak lagi bekerja secara fungsional. Akibatnya, tubuh beralih

menggunakan persediaan high-test hormonny,adrenalin, yang biasanya

dipakai “flight or fight” pada situasi darurat. Penyalahgunaan adrenalin

secara kronis oleh tubuh akan mengarah kepada berbagai gangguan seperti

nyeri otot persistent yang disebut fibromyalgia kronis (Wahyudi G, 2013).

3. Tanda dan gejala

Gejala khas myalgia adalah (1)Timbulnya rasa sakit secara tiba-tiba,

(2) Kekakuan dan kejang otot, (3) Ketatnya kompleks leher-bahu, Kepala

terasa berat dan sakit kepala oksipital, (4) Kelembutan area trapezius atas,

(5) Gejala lainnya: Suasana hati yang buruk, kecemasan dan parestesia (De

Meulemeester, 2017).

4. Patologi

Myalgia Upper Trapezius. Mekanisme terjadinya Myalgia Upper

Trapezius yaitu karena otot sering digunakan berulang (repetitif) dalam

waktu yang lama juga akibat penggunaan dengan kekuatan yang besar

seperti mengangkat barang yang berat. Akibat adanya aktifitas yang tidak

tepat tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan otot yang secara

mikroskopik tampak berupa robekan jaringan disertai adanya proses

peradangan, dan karena penggunaannya yang terus menerus maka tidak

ada waktu bagi otot tersebut untuk memperbaiki diri (recorvery) (Wahyudi

G, 2013).

5. Komplikasi

7
Trapezius Myalgia dapat didiagnosis ketika ada nyeri leher,

ketegangan otot, dan titik pemicu, tetapi sindrom leher tegang atau

sindrom serviks tidak ada.

Patologi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa adalah:

a. Cervical spondylosis

Spondilosis adalah hal umum dan memburuk seiring usia. Kondisi

ini sering digunakan untuk menggambarkan artritis degeneratif

(osteoartritis) dari tulang belakang.

Kebanyakan orang tidak memiliki gejala, tetapi beberapa mungkin

mengalami rasa nyeri atau kejang otot

b. Cervical osteoarthritis.

Osteoarthritis tulang belakang leher dapat didefinisikan

sebagai gangguan degeneratif C1-C7, oleh reaksi inflamasi. Ini

adalah penyakit yang sangat kompleks dengan berbagai penyebab

yang mempengaruhi cakram intervertebralis, badan vertebral,

ligamen intervertebralis, tulang rawan hialin, tulang di bawahnya,

kapsul sendi dan sendi zygoapophyseal.

c. Cervical radiculopathy.

Mengacu pada kompresi pada sumsum tulang belakang leher.

Setiap lesi yang menempati ruang dalam tulang belakang leher

dengan potensi untuk menekan sumsum tulang belakang dapat

menyebabkan mielopati serviks.

d. Thoracic Outlet Syndrome.

8
Istilah Thoracic Outlet Syndrome menggambarkan kompresi

struktur neurovaskular saat mereka keluar melalui outlet toraks.

e. Shoulder pathology - including  rotator cuff  pathology and

shoulder osteoarthritis

f. Polymyaglia rheumatica

C. Problematik Fisioterapi

a. Impairment

Impairment  merupakan kelemahan atau kondisi tidak normal secara

fisiologi atau secara struktur dan fungsi anatomi dari tubuh manusia.

Misalnya adanyanyeri serta keterbatasan LGS.

1) Nyeri

a) Definisi

Menurut International Association for Study of Pain (IASP),

nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun

potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Nyeri digolongkan ke dalam tanda vital ke 5, dapat memberikan

perubahan fisiologi, ekonomi, sosial, dan emosional yang

berkepanjangan sehingga perlu dikelola secara baik.

b) Mekanisme Nyeri

Pembebanan otot statis dan berulang mengakibatkan aliran

darah yang mengangkut oksigen jadi terganggu, sehingga terjadi

9
akumulasi kekurangan oksigen. Hal ini akan mengakibatkan

terjadinya metabolisme anaerobik yang akan terus menghasilkan

asam laktat dan panas tubuh yang mana akan menimbulkan

kelelahan otot skeletal yang dirasakan sebagai bentuk nyeri pada

otot (Tarwaka, 2004).

2) Keterbatasan LGS

1) Definisi

Keterbatasan LGS adalah istilah yang berarti bahwa sendi

atau bagian tubuh tidak dapat bergerak melalui rentang gerak

normalnya. Keterbatasan LGS mengacu pada sendi yang

mengalami penurunan kemampuannya untuk bergerak. Gerakan

mungkin terbatas karena masalah di dalam sendi, pembengkakan

jaringan di sekitar sendi, kekakuan otot, atau nyeri (Magee DJ,

2014).

2) Mekanisme Keterbatasan LGS

Masalah penurunan lingkup gerak sendi pada tubuh

manusia salah satunya sering terjadi pada otot upper trapezius

karena otot ini sering ditemukan mengalami gangguan (Lestari,

2010). Otot upper trapezius adalah otot tipe I atau tonik dan juga

merupakan otot postural yang berfungsi melakukan gerakan

elevasi bahu, ekstensi dan lateral fleksi servikal. Kelainan yang

terjadi pada tipe otot ini cenderung tegang dan memendek. Itu

sebabnya jika otot upper trapezius berkontraksi dalam jangka

10
waktu lama, maka jaringan ototnya menjadi tegang, timbul nyeri

dan dalam waktu lama mengakibatkan penurunan lingkup gerak

sendi. Kerja otot upper trapezius akan bertambah berat dengan

adanya postur yang buruk, mikro dan makro trauma (Makmuriyah

& Sugijanto, 2013).

b. Functional Limitation

Functional Limitation atau keterbatasan fungsional adalah sebutan

untuk memperjelas keadaan dimana seseorang mengalami keterbatasan

pada fungsinya, sehingga tidak dapat melakukan aktifitas normal.

Ketidakmampuan atau kekurangan tersebut merupakan hasil

dari impairment.

c. Participation Retriction

Participation Rectriction yaitu ketidakmampuan menjalankan

aktivitas atau kegitan-kegitan tertentu dalam lingkungan sosial.

D. Instrumen Penilaian

Dalam instrumen penelitian ini, metode operasional berikut yang

digunakan:

1. Verbal Deskriptive Scale (VDS)

Skala pengukuran VDS dilakukan dengan cara pasien diminta untuk

menilai derajad nyerinya sendiri sesuai kriteria berikut:

(Trisnowiyanto, 2012).

Tabel 1
Skala Nyeri dengan VDS

11
Kriteria

1 = Tidak Nyeri

2 = Nyeri Sangat Ringan

3 = Nyeri Ringan

4 = Nyeri Tak Begitu Berat

5 = Nyeri Cukup Berat

6 = Nyeri Berat

7 = Nyeri Tak Tertahankan

E. Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. Infra Red (IR)

a. Definisi

Sinar infra red (IR) merupakan pancaran gelombang elektromagnet

dengan panjang gelombang 7700-4jt A0. (Singh, 2005).

b. Tujuan Pemberian Infra Red

Tujuan pemasangan infra red antara lain untuk pemanasan struktur

musculoskeletal yang berada pada superfisial dengan daya penetrasi

0.8-1 mm.

c. Efek Infra Red

1) Efek Fisiologis

Efek fisiologis dari sinar infra red, jika sinar infra red diabsorbsi

oleh kulit, maka panas akan timbul pada tempat dimana sinar tadi

diabsorbsi. Dengan kenaikan temperature tersebut, maka akan

12
berpengaruh pada system tubuh. Pengaruh tersebut antara lain :

peningkatan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah,

pigmentasi, pengaruh terhadap saraf sensoris, berpengaruh

terhadap jaringan otot, destruksi jaringan, kenaikan temperatur

tubuh dan mengaktifkan kerja kelenjar keringat (Aras, D., &

Ahsaniyah, B. 2017)

2) Efek Terapeutik

Efek terapeutik dari sinar infra red, sebagai berikut : a)  Relief

of pain (mengurangi/menghilangkan rasa sakit), b)  Muscle

relaxation (relaksasi otot), c) Increased blood suplay

(meningkatkan suplai darah), d) Menghilangkan sisa-sisa hasil

metabolisme (Aras, D., & Ahsaniyah, B. 2017)

d. Indikasi dan Kontraindikasi Infra Red

Indikasi pemberian infra red yaitu (1) Nyeri otot, sendi serta

jaringan lunak sekitar sendi, (2) Kekakuan sendi atau keterbatasan

gerak sendi, (3) Ketegangan atau spasme otot, (4) Peradangan kronik

dan pembengkakan, (5) Penyembuhan luka di kulit. Sedangkan,

kontraindikasi pemberian infra red yaitu luka terbuka, isufisiensi

peredaran darah, anestesi kulit, diabetes tingkat lanjut, serta fenomena

Raynaud ( arteri kecil mengalami kejang) (Dr. Agung Permadi, 2018).

e. Jenis Lampu Infra Red

Generator infra red terbagi menjadi 2 macam yaitu: non-luminous

dan luminous, faktor pemisah kedua bentuk generator ini adalah jenis

13
lampu pada masing-masing generator. Generator non-luminous

merupakan bentuk generator yang mengandung sinar infra red, jenis

pengaplikasian dengan bentuk inisering disebut dengan istilah "infra

red radiation". Di sisi lain, generator luminous merupakan generator

yang selain berisi infra red, juga memiliki sinar UV. sehingga,

penanganan dengan generator ini disebut sebagai radiant heating

(Aras, D., & Ahsaniyah, B. 2017).

f. Prosedur Pelaksanaan

Posisi pasien tidur terlentang atau supine lying. Hidupkan tombol

ON pada infra red, sinar IR diarahkan tegak lurus menghadap area

yang akan disinari, tidak boleh ada pakaian atau benda logam di area

tersebut yang dapat menghalangi sinar untuk berpenetrasi terhadap

kulit pasien. Jaraknya disesuaikan sekitar 45 cm dan waktu pemberian

IR selama 10-15 menit. Jika pasien merasa terlalu panas, maka infra

red bisa digeser untuk menambah jarak agak menjauh. Selama

pengobatan, selalu kontrol kondisi pasien. Setelah selesai matikan alat

dan rapikan (Aras, D., & Ahsaniyah, B. 2017).

g. Dosis

14
1) Pada penggunaan lampu luminous jarak antara 45-60 cm, sinar

diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati serta waktunya

antara 10-30 menit.

2) Pada penggunaan lampu non luminous  jarak 35-45 cm, sinar

diarahkan tegak lurus serta waktu antara 10-30 menit

menyesuaikan dengan kondisi penyakitnya (Aras, D., &

Ahsaniyah, B. 2017).

2. Massage

a. Definisi

Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan

manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh. Manipulasi tersebut

sebagian besar efektif dibentuk dengan tangan diatur guna tujuan

untuk mempengaruhi saraf, otot, sistem pernapasan, peredaran darah

dan limphe yang bersifat setempat dan menyeluruh (Alimah, 2012).

b. Tujuan

Penggunaan massage pada kulit dapat meningkatkan temperatur

dalam kulit, karena adanya efek mekanik yang dihasilkan dari

massage. Dari efek tersebut akan meningkatkan suhu dan menurunkan

resistensi kulit, efek massage terhadap otot dan jaringan lunak yaitu

dapat menjaga otot dalam keadaan terbaik, fleksibilitas dan vitalitas

setelah mengalami trauma. Massage tidak dapat meningkatkan massa

otot, tetapi akan meningkatkan tonus otot (Prentice, 2012).

15
c. Indikasi dan Kontraindikasi Massage

Menurut (Alimah, 2012) indikasi dari massage effleurage adalah

sebagai berikut: 1) Kelelahan yang sangat 2) Otot kaku, lengket, tebal

dan nyeri 3) Ganggguan atau ketegangan saraf 4) Kelayuhan atau

kelemahan otot. Sedangkan kontraindikasi dari massage effleurage

adalah sebagai berikut (Alimah, 2012): 1) Cidera yang bersifat akut 2)

Demam 3) Edema 4) Penyakit kulit 5) Pengapuran pembuluh darah

arteri 6) Luka bakar 7) Patah tulang (fraktur).

d. Teknik Massage

Effleurage adalah suatu pergerakan stroking dalam atau dangkal,

effleurage pada umumnya digunakan untuk membantu pengembalian

kandungan getah bening dan pembuluh darah di dalam ekstremitas

tersebut. Effleurage juga digunakan untuk memeriksa dan

mengevaluasi area nyeri dan ketidakteraturan jaringan lunak atau

peregangan kelompok otot yang spesifik (Alimah, 2012).

3. Streching

a. Definisi

Stretching merupakan teknik penguluran otot dengan teknik

gerakan yang dilakukan untuk meregangkan otot dan tendon yang

bertujuan untuk mengulur, melenturkan, juga menambah fleksibilitas

otot yang dianggap bermasalah. Tujuannya untuk mengurangi nyeri,

meningkatkan fleksibilitas, meningkatkan range of motion (ROM) dan

relaksasi.

16
b. Prosedur pelaksanaan stretching

1) Menjelaskan pada pasien mengenai prosedur dan tujuan dari

intervensi strecthing.

2) Posisi pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang dalam

keadaan nyaman. Posisi kepala dan tangan dalam posisi netral.

Usahakan agar leher dibagian sekitar otot trapezius aman dan tidak

tegang.

3) Tangan fisioterapi memfiksasi dibagian otot upper trapezius pada

bagian posterior superior dan kepala pasien diposisikan miring ke

kanan atau ke kiri, satu tangan lagi memegang bagian bahu pasien

yang berlawanan dengan kepala. Otot trapezius diulurkan dan

mengarah ke hetero lateral dan berlawanan dengan fungsi otot,

penguluran diulang 5 atau 6 kali dalam satu tindakan selama 5 kali

pengulangan dengan durasi 8 - 10 detik dan frekuensi latihan

dilakukan 3 kali seminggu sampai dengan batas ketegangan otot

17
BAB III

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Data – data Medis di Rumah Sakit / Puskesmas

1. Diagnosis Medis :

Myalgia otot Upper Trapezius dan Rhomboid

2. Obat - Obatan :

- Natrium di klofenak

- Asam mefenamat

- Eperisone

- Vit B1, B6, B12

B. Pemeriksaan / Pengkajian Fisioterapi


1. Anamnesis
Nama : Ny. R. R

Umur : 39 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pegawai RS

Alamat : Langowan

a. Keluhan Utama :

Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung atas.

b. Riwayat Keluhan dan Terapi :

2 minggu yang lalu pasien merasakan nyeri pada punggung atas

pada saat pasien sedang beristirahat dikarenakan pasien seing

18
melakukan aktivitas yang terus menerus didepan computer pasien

sempat dirawat inap kurang lebih 1 minggu.

Factor yang memperberat pasien merasa kurang nyaman saat tidur

terlentang, miring kananm dan kirim duduk lama. Factor

memperingan pada saat pasien minum obat dan selesai terapi.

Pada tanggal 3 mei 2021 pasien di rujuk dari dokter penyakit

dalam ke fisioterapi dan sekarang pasien sudah 3x di terapi.

c. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta :

Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit dahulu dan penyerta.

d. Riwayat Keluarga dan Status Sosial :

Pasien adalah seorang pegawai RS.

2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – Tanda Vital

a) Tekanan Darah : 94/70 mmhg

b) Denyut Nadi : 74x / menit

b. Inspeksi :

Pasien dating ke fisioterapi menggunakan kursi roda, terlihat

adanya bengkak di punggung atas, terlihat ekspresi wajah pasien

menahan sakit.

c. Palpasi :

Teraba adanya spasme otot trapezius, teraba adanya bengkak di

punggung atas, teraba suhu lokakl normal.

3. Pemeriksaan gerak dasar

a. Gerak Aktif :

19
Pasien mampu melakukan gerakan elevasi, depresi, retraksi,

pronasi full ROM tetapi terdapat adanya nyeri. Pasien mampu

melakukan gerakan fleksi, ekstensi, lateral fleksi kanan dan lateral

fleksi kiri dan roasi pada neck full ROM tidak terdapat adanya nyeri.

b. Gerak Pasif :

Fisioterapi menggerakan bahu pasien ke arah elevasi, depresi,

retraksi, pronasi, dengan full ROM namun terdapat adanya nyeri dan

end feel soft. Dengan bantuan fisioterapi gerakan fleksi, ekstensi ,

lateral fleksi kanan dan kiri dan rorasi pada neck full ROM dan tidak

terdapa nyeri.

c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan :

Terdapat adanya nyeri terprovokasi.

4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal

Kognitif : Pasien tidak memiliki gangguan kognitif.

Intrapersonal : pasien memiliki motovasi untuk sembuh.

Interpersonal : pasien mampu berkomunikasi dengan fisioterapi.

5. Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas


Pasien kesulitan untuk berpakaian, bekerja, duduk lama, tidur
terlentang, miring kanan dan kiri.

20
6. Pemeriksaan spesifik

a. Pemeriksaan pengukuran derajat nyeri menggunakan (VDS)

Tabel, 2

Pemeriksaan Nyeri

1 = untuk tidak nyeri Hasilnya


2 = nyeri sangat ringan Nyeri tekan : 4
3 = nyeri ringan Nyeri gerak : 4
4 = nyeri tidak begitu berat Nyeri diam : 5
5 = nyeri cukup berat
6 = nyeri berat
7 = nyeri hampir tak tertahankan
b. Pemeriksaan Tambahan

1) Tes lipat kulit

Setelah dilakukan tes lipat kulit terdapat adanya spasme otot

Trapezius.

2) Foramina compression test

(-) tidak adanya nyeri radicular sepanjang dermatome dari

akar saraf yang dipengaruhi.

3) Spovling’s Test

(-) tidak adanya nyeri radicular sepanjang distribusi

dermatome akar sarad yang diperngaruhi.

C. Problematik / Diagnosa Fisioterapi

1. Impairment :

Adanya nyeri, adanya spasme pada otot trapezius.

2. Functional Limitation :

21
Pasien kesulitan untuk berpakaian, duduk lama, tidur terlentang,

miring kiri dan kanan.

3. Participation Restriction :

Pasien kesulitan untk melakukan aktifitas bekerja dan aktifitas di

dalam rumah.

D. Program Fisioterapi

1. Tujuan

Jangka pendek : Mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot.

Jangka panjang : Mengembalikan kapasitas fisik pasien dan kemampuan

pasien.

2. Rencana evaluasi

a. Evaluasi nyeri dengan VDS

3. Prognosis

Qua ad Vitam : Dubia ad bonam

Qua ad Sanam : Dubia ad bonam

Qua ad Fungsionam : Dubia ad bonam

Qua ad Cosmeticam : Dubia ad bonam

4. Edukasi & Homeprogram

Menyarankan pasien untuk selalu menggunakan saleb, dan


menyarankan pasien unutk melakuka Latihan yang diberikan oleh
fisioterapi di rumah.

E. Penatalaksanaan Fisioterapi

1. INFRA RED

22
a. Persiapan Alat : Siapkan Infra Red.

b. Persiapan Pasien : Posisi pasien duduk membelakangi IR.

c. Pelaksanaan : Nyalakan IR, atur jarak kurang lebih 45 cm dengan waktu

15 menit arahkan IR tegak lurus pada area yang di terapi.

d. Fisioterapi selalu mengecek keadaan pasien.

2. Ultra Sound Therapy

a. Persiapan Alat : Siapkan US, nyalakan alat kemudian atur intensitas dan

timer.

b. Persiapan Pasien : Pasien duduk di kursi pakaian di lepas.

c. Menjelaskan kepada pasien mengenai proses terapi.

d. Pelaksanaan : Berikan saleb pada daerah punggung atas kemudian

berikan gel pada punggung atas dan ratakan gel dengan transduser.

e. Dosis : Intensitas 1.4 wattt/cm2, waktu 10 menit.

3. Massage

a. Persiapan Pasien : Posisi pasien duduk di kursi.

b. Posisi Fisioterapis : Di belakang pasien.

c. Pelaksanaan : Massage sekitar punggung atas dengan Teknik effurange

dan friction selama 10 menit.

23
F. Evaluasi

Table 3
Evaluasi
T1 T2 T3
3 Mei 2021 4 Mei 2021 5 Mei 2021

Nyeri N. Diam : 5 Pasien merasakan N. Diam : 4


(VDS) N. Gerak : 4 nyeri berkurang N. Gerak : 3
N. Tekan : N. Tekan : 3
4

Setelah mendapatkan penanganan dengan infra red, ultra sound dan

massage, terdapat pengurangan nyeri.

24
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Myalgia atau disebut juga nyeri otot merupakan gejala dari banyak

penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah

penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu tegang. Myalgia yang

terjadi tanpa riwayat trauma mungkin akan disebabkan oleh infeksi virus.

Myalgia yang berlangsung dalam waktu yang lama menunjukan myopati

metabolic, defisiensi nutrisi atau sindrom fatigue kronik.

B. Saran

1. Kepada Fisioterapis. Dalam pemberian pelayanan harus memiliki rasa

kemanusiaan dan tanggung jawab. Penanganan yang dilakukan harus

sistematis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan, tujuan serta evaluasi

dilakukan secara teliti dan hati-hati.

2. Kepada keluarga pasien. Keluarga pasien dianjurkan untuk melakukan

menyemangati pasien agar cepat sembuh.

3. Kepada masyarakat dihimbau agar ketika menjumpai kondisi seperti ini

diharapkan agar dapat memeriksakan diri atau orang lain kepada tenaga

medis agar segera mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi

jika tidak mendapat penanganan yang sesuai maka akan dapat

memperberat kondisinya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alimah, S. (2012). Massage Exercise Therapy, Ed 1. Akademi Fisioterapi


Surakarta.
Aras, D., & Ahsaniyah, B. 2017. Sumber Fisis. Physio Sakti: Makassar.
Cael, C. (2010). Functional Anatomy. Wolters Kluwer Health Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia.
De Meulemeester K, Calders P, De Pauw R, Grymonpon I, Govaerts A,
Cagnie B. Morphological and physiological differences in the upper
trapezius muscle in patients with work-related trapezius myalgia
compared to healthy controls: A systematic review . Musculoskeletal
Science and Practice. 2017 Jun 1;29:43-51.
Hayes, Karen W & Hall, Kathy D. (2015). Agens Modalitas Untuk Praktik
Fisioterapi. Jakarta. EGC
Magee DJ. Primary care assessment. 2014 In: Magee DJ, ed. Orthopedic Physical
Assessment. 6th ed. St Louis, MO: Elsevier Saunders;:chap 17 ''Limited
range of motion
Makmuriyah & Sugijanto. 2013. Iontophoresis Diclofenac Lebih Efektif
Dibandingkan Ultrasound terhadap Pengurangan Nyeri pada Myofascial
Syndrome Musculus Upper Trapezius. Jurnal Fisioterapi, Vol. 13, No. 1.
Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Prentice, William E. (2012). Therapeutic Modalities in Rehabilitation. MC Graw
Hill, New York
Singh & Jagmohan, 2005. Texbook of Electrotherapy. New Delhi. : Jaype
Brothers Medical Publishe
Sjörs, A., Larsson, B., Persson, A. L., & Gerdle, B. (2011). An increased
response to experimental muscle pain is related to psychological
status in women with chronic non-traumatic neck-shoulder pain. BMC
Musculoskeletal Disorders, 12(1).
Sudarsini. (2017). Fisioterapi. Malang : Gunung Samudra
Sugijanto, Bimantoro Ardhi. (2008). Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound
dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Kondisi Sindroma Miofasial
Otot Upper Trapezius. Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul.
Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

26
- Vizniak, N. A. 2010. Quick Reference Evidence-Based Physical
Medicine. third edition. Canada: Profesional Health Systems.
- Waling K, Sundelin G, Ahlgren C, Järvholm B. Perceived pain
before and after three exercise programs–a controlled clinical trial
of women with work-related trapezius myalgia.  Pain. 2000 Mar
1;85(1-2):201-7.
Prentice, William E. (2012). Therapeutic Modalities in Rehabilitation. MC Graw
Hill, New York.

27

Anda mungkin juga menyukai