MUSKULOSKELETAL I
“Manajemen Fisioterapi pada Post Fraktur Olecranon”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
MUAWANA PO714241171058
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Fisioterapi Muskuloskeletal I. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang “Manajemen Fisioterapi pada Post Fraktur Olecranon”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri
kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
kebaikan makalah ini.
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................1
BAB II : TINJAUAN KASUS
A. Anatomi Biomekanik...............................................................................................2
B. Tinjauan Kasus.........................................................................................................4
C. Manajemen Fraktur..................................................................................................5
BAB III : PROSEDUR ASSESSMEN
A. Identitas Pasien........................................................................................................7
B. History Taking (Anamnesis Khusus).......................................................................7
C. Inspeksi/Observasi...................................................................................................7
D. Pemeriksaan Gerak..................................................................................................7
E. Pemeriksaan Spesifik...............................................................................................8
F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (Kategori ICF)............................................8
BAB IV : PROSEDUR INTERVENSI FISIOTERAPI
A. Fase Minimum Proteksi / Fase Kronik....................................................................9
1. Tujuan Intervensi Fisioterapi.............................................................................9
2. Strategi Intervensi Fisioterapi............................................................................9
3. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi.....................................................9
B. Evaluasi..................................................................................................................10
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi.
Menurut (Smeltzer, 2002) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan di tentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang. Olecranon merupakan tulang yang menonjol pada proksimal ulna
(Thomas, 2011). Jadi fraktur olecranon adalah suatu keadaan dimana
terputusnya tulang ulnaris proksimal sebelah yang disebabkan karena
adanya tekanan, pukulan, beban yang berlebih, gerakan yang ekstrim
sehingga tulang tidak mampu menahan.
Peran fisioterapi pada kondisi post fraktur olecranon sangat ditentukan
oleh kondisi yang problemnya diidentifikasi berdasarkan hasil-hasil kajian
fisioterapi yang meliputi : assesment, diagnosis, tujuan, rencana/planning,
prognosis, intervensi, dan evaluasi. Intervensi fisioterapi yang diberikan
berupa aspek: promotif, preventif, dan rehabilitatif dengan modalitas dasar
fisioterapi.
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan anatomi biomekanik fraktur olecranon ?
2. Bagaimana manajemen fraktur olecranon ?
3. Bagaimana prosedur assemen post fraktur olecranon ?
4. Bagaimana prosedur intervensi fisioterapi post fraktur olecranon ?
C. Tujuan :
1. Untuk mengetahui anatomi biomekanik fraktur olecranon.
2. Untuk mengetahui manajemen fraktur olecranon.
3. Untuk mengetahui prosedur assemen post fraktur olecranon.
4. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi post fraktur olecranon.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI BIOMEKANIK
Elbow joint terdiri atas 3 sendi yaitu : humeroulnar joint,
humeroradial joint, dan proximal radioulnar joint. Ketiga sendi tersebut
dibungkus oleh kapsul sendi yang sama. Tulang yang membentuk elbow
adalah os humerus bagian distal, os radius dan os ulna. Elbow joint
diperkuat oleh ligamen collate-ral radial/lateral dan ligamen collateral
ulnar/medial serta ligamen annulare.
Ligamen collateral lateral terdiri atas :
- Serabut anterior yang memperkuat ligamen annular kearah anterior
- Serabut intermediate yang memperkuat ligamen annular kearah
posterior
- Serabut posterior
Ligamen collateral medial terdiri atas :
- Serabut anterior yang memperkuat ligamen annular
- Serabut intermediate yang paling kuat
- Serabut posterior atau ligamen Bardinet, diperkuat oleh serabut
transverse dari ligamen Cooper’s.
1. Humeroulnar Joint
Humeroulnar joint merupakan sendi berbentuk hinge (engsel)
dengan trochlea humeri yang ovular bersendi dengan fossa trochlearis
ulna. Permukaan trochlea humeri menghadap ke arah anterior dan
bawah membentuk sudut 45° dari shaft humeri. Fossa trochlearis ulna
menghadap keatas dan anterior membentuk sudut 45° dari ulna. Pada
umumnya, bagian anterior sulcus trochlearis nampak berjalan vertikal
tetapi pada bagian posterior nampak berjalan oblique kearah distal
lateral sehingga pada saat extensi penuh akan terbentuk carrying angle
pada lengan (normal = 15°).
Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa yang
konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini paling
stabil pada close pack position ekstensi elbow.
Untuk mencapai ROM penuh, maka gerak fleksi selalu disertai varus
angulasi (lateral slide) & gerak ekstensi selalu disertai valgus angulasi
(medial slide). Gerak arthrokinematika pada humeroulnar joint adalah
gerak slide mengikuti gerak angular tulang.
2. Humeroradial Joint
5
Humeroradial joint dibentuk antara capitulum humeri yang
berbentuk spherical dengan ujung proksimal radius (fovea capitulum
radii). Sendi ini berbentuk hinge-pivot joint. Humeroradial joint
memberikan kontribusi terhadap gerak fleksi-ekstensi elbow. Pada saat
pronasi-supinasi lengan bawah, caput radii mengalami spin terhadap
capitulum humeri. Pada arthrokinematika, permukaan caput radii yang
konkaf akan slide dalam arah yang sama dengan gerakan tulang.
Sendi ini dibentuk oleh fossa radialis ulna yang bersendi dengan
caput radii. Sendi ini merupakan uniaxial pivot joint yang terbungkus
dalam kapsul elbow joint. Proksimal radioulnar joint diperkuat oleh li-
gamen annulare radii yang dibantu oleh serabut anterior ligamen
collateral medial & lateral. Karena tergolong uniaxial pivot joint, maka
proksimal radioulnar joint berperan besar terhadap gerak pronasi-
supinasi lengan bawah radius bergerak menyilang diatas ulna saat
pronasi. Pada saat gerak pronasi-supinasi, caput radii yang berbentuk
konveks akan bergerak terhadap fossa radialis ulna yang konkaf
sehingga arah slide berlawanan arah dengan gerakan tulang.
6
Otot-otot ekstensor elbow adalah :
- Triceps brachii; otot two-joint yang memiliki 3 caput origo, berperan
besar dalam ekstensi elbow, membantu ekstensi shoulder.
- Anconeus; otot ini membantu ekstensi elbow dan berperan sebagai
stabilisasi selama supinasi & pronasi.
B. TINJAUAN KASUS
1. Definisi
Menurut (Smeltzer, 2002) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan di tentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada
umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang. Olecranon merupakan tulang yang
menonjol pada proksimal ulna (Thomas, 2011). Jadi fraktur olecranon
adalah suatu keadaan dimana terputus tulang ulnaris proksimal sebelah
yang disebabkan karena adanya tekanan, pukulan, beban yang
berlebih, gerakan yang ekstrim sehingga tulang tidak mampu menahan.
2. Etiologi
a. Hantaman langsung, terjadi pada saat jatuh (mendarat langsung
pada siku) atau dengan dipukul oleh benda keras seperti pemukul
bisbol, dashboard mobil saat kecelakaan, atau benda keras lainnya.
b. Fraktur tidak langsung, terjadi dengan mendarat di lengan
terentang. Orang mendarat di pergelangan tangan dengan siku
terkunci lurus. Otot trisep di bagian belakang lengan atas
membantu “menarik” olecranon keluar dari posisinya.
3. Klasifikasi
Sistem klasifikasi Schatzker-Schmelling (tipe A, B, dan C adalah
fraktur intra-artikular):
a. Tipe A : fraktur melintang sederhana.
7
b. Tipe B : fraktur dampak melintang.
c. Tipe C : fraktur oblik.
d. Tipe D : fraktur comminuted.
e. Tipe E : fraktur lebih distal, yang sebenarnya adalah ekstra
artikular.
f. Tipe F : dislokasi fraktur.
4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 2002).
Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan
ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya (Black, J.M, et al, 2001).
5. Gejala Klinis
- Rasa sakit yang tiba-tiba
- Ketidakmampuan untuk meluruskan siku
- Pembengkakan di atas lokasi tulang
- Memar di sekitar siku
- Mati rasa pada satu atau lebih ujung jari
- Nyeri pada pergerakan sendi
C. MANAJEMEN FRAKTUR
Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan
rehabilitasi.
1. Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum;
riwayat kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien,
menentukan kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
8
b. Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi,
dimana beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X
digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen
tulang.
9
BAB III
PROSEDUR ASSESSMEN POST FRAKTUR
A. Identitas Pasien
Nama : Muhammad Resky An
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 7 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Bontotanga 2 No. 1 (Tidung)
C. Inspeksi/ Observasi
Swelling (bengkak) : Tidak ada
Muscle Spasm : Ada
Brusing : Tidak ada
Oedema : Ada
Atropi : Tidak ada
Deformitas : Ada
D. Pemeriksaan Gerak
Gerak aktif :
Flexi : Terbatas
Ekstensi : Terbatas
Supinasi : Normal
Pronasi : Normal
10
Gerak Pasif :
Flexi : Soft Endfeel
Ekstensi : Elastic Endfeel
Supinasi : Soft Endfeel
Pronasi : Soft Endfeel
Gerak Isometrik :
Flexi : Sedang
Ekstensi : Sedang
Supinasi : Maksimal
Pronasi : Maksimal
E. Pemeriksaan spesifik
ROM
Flexi : 130°
Ekstensi : 0°
Supinasi : 70°
Pronasi : 65°
MMT
Flexi : Nilai 4
Ekstensi : Nilai 4
Supinasi : Nilai 5
Pronasi : Nilai 5
JPM Test
- Ventral glide : Normal
- Dorsal glide : Normal
Tes Circumferentia :
- Kanan 14 cm
- Kiri 15 cm
11
- Adanya spasme pada elbow bagian dekstra
Fungsional
- Pasien masih kesulitan menggunakan lengan kanannya
Activity Limitation
- Kesulitan menulis
- Kesulitan menyisir rambut
Participation Restriction
- Pasien mampu melaksanakan tugasnya dengan baik hanya saja
masih keterbatasan gerak dan saat melakukan sesuatu di bantu
dengan tangan kirinya.
12
BAB IV
PROSEDUR INTERVENSI FISIOTERAPI POST FRAKTUR
13
3. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi
a. Imobilisasi sendi dengan traksi
- Posisi pasien : terlentang dengan fleksi elbow 90°
- Posisi terapis : berada di samping lengan pasien, 1 tangan fiksasi
humerus dan tangan lainnya di sisi ulnar pasien.
- Pelaksanaan : traksi elbow dengan menarik os. Ulna pasien dari
humerus, kemudian gliding ke arah fleksi dan ekstensi.
b. Hold Relax
- Posisi pasien : terlentang
- Posisi terapis : berada di samping lengan pasien, 1 tangan fiksasi
shoulder dan tangan lainnya memegang lengan bawah pasien
- Pelaksanaan : pasien diminta untuk menggerakkan elbownya ke
arah fleksi, ekstensi, supinasi, dan pronasi, kemudian di akhir
gerakan terapis memberikan tahanan. Ulangi 8-10 kali.
14
B. Evaluasi
1. Penurunan Nyeri
2. Peningkatan LGS
3. Peningkatan Kekuatan Otot
4. Peningkatan Aktivitas Fungsional
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur olecranon adalah suatu keadaan dimana terputus tulang ulnaris
proksimal sebelah yang disebabkan karena adanya tekanan, pukulan, beban
yang berlebih, gerakan yang ekstrim sehingga tulang tidak mampu menahan.
Diagnosis dan problematic fisioterapi pada post fraktur olecranon yaitu
Gangguan mobilitas sendi, motor function, dan kinerja otot akibat fraktur
olecranon pada lengan sebelah kanannya.
Strategi Intervensi Fisioterapi sesuai dengan tujuan intervensinya yaitu
Menambah ROM pada fleksi dan ekstensi elbow, meningkatkan kekuatan otot,
dan meningkatkan aktifitas fungsional pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
17