MAKALAH
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Tugas Praktik Klinik Profesi Fisioterapi di RSUD Jend. Ahmad Yani Metro
Disusun Oleh :
Dina Setyorini P 27226021 049
Pembimbing lahan
Sugriwo, S.St.Ftr.
NIP. 196601121987031003
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan ......................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sendi Shoulder ..................................................................... 3
B. Definisi Frozen shoulder..................................................................... 7
C. Etiologi ............................................................................................... 7
D. Faktor Resiko ...................................................................................... 7
E. Patofisiologi ....................................................................................... 8
F. Tanda dan Gejala................................................................................. 9
G. Teknologi Intervensi Fisioterapi ......................................................... 9
BAB III STATUS KLINIS
A. Identitas Penderita ............................................................................. 12
B. Segi Fisioterapi.................................................................................. 13
C. Pemeriksaan Fisioterapi .................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
A. Kesimpulan ....................................................................................... 29
B. Saran.................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................. 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
fungsi, salah satu diantaranya kasus yang sering terjadi pada lingkungan
masyarakat yaitu Frozen shoulder yang mengalami gangguan gerak dan
fungsi. Penanganan yang umum diberikan dalam masalah-masalah yang
ditimbulkan Frozen shoulder antara lain adalah mengurangi nyeri, mengurangi
spasme otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
shoulder
3. Bagi Pasien
penyakit dan kondisi saat ini sehingga pasien / keluarga dapat memahami
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi bahu atau disebut juga sendi glenohumeral secara anatomi dibentuk
oleh fossa glenoidalis scapulae dan caput humeri. Fossa glenoidalis scapulae
berperan sebagai mangkuk sendi glenohumeral yang terletak di anterosuperior
angulus scapulae yaitu pertengahan antara acromion dan processus cocacoideus.
Sedangkan caput humeri berperan sebagai kepala sendi yang berbentuk bola
dengan diameter 3 cm dan menghadap ke superior, medial dan posterior.
Berdasarkan bentuk permukaan tulang pembentuknya, sendi glenohumeral
termasuk dalam tipe ball and socket joint (Porterfield & De rosa, 2004).
3
2) Otot
Otot pembentuk pada shoulder joint sebagi berikut:
M. Pectoralis Mayor
Origo otot pectoralis mayor adalah medial clavicula, permukaan anterior
sternum dan costal cartilago ribs keenam. Insersio Sulcus intertubercularis
lateral humeri. Fungsi Fleksi shoulder sampai 60⁰ , adduksi bahu dan rotasi
internal humerus. (S, Lynn. 2013).
M. Deltoid
M. Deltoid memiliki 3 origo yaitu origo anterior itu di sepertiga lateral
clavicula, origo medial di lateral acromion dan origo posterior di inferior
spina scapula. Insesio di tuberositas humerus. M. deltoid mempunyai tiga
fungsi, yaitu anterior deltoid berfungsi untuk gerakan fleksi, abduksi, rotasi
internal. Medial deltoid bergungsi untuk gerakan abduksi. Dan posterior
deltoid untuk gerakan ekstensi, abduksi, rotasi ekternal.
4
M. Latissimus Dorsi
Origo m. latissimus dorsi di Prosesus spinosus dari T7-L5 via dorsolumbar
fascia, posterior sacrum dan illium. Insesio di medial inter tuberositas
humerus. Fungsinya untu gerakan ekstensi, abduksi, internal rotasi.
M. Serratus Anterior
Origo m. serratus anterior di upper costae 1-9. Insersio di anterior medial
scapula. Fungsi nya untuk gerakan protaksi dan upward scapula.
5
Otot Rotator Cuff
M. Supraspinatus
Otot ini berorigo di fossa supraspinata dari scapula. Insersio di tuberculum
mayus humerus. Fungsinya untuk gerakan abduksi sendi bahu.
M. Infraspinatus
Origo di fossa infraspinata scapula. Insersio di bagian tengah tuberculum
mayor humeri. Fungsi untuk gerakan eksorotasi bahu.
M. Teres minor
Origo di bagian caudal fossa infraspinata. Insersio dibagian bawah
tuberculum mayor humeri. Fungsi melakukan eksorotasi bahu.
3) Ligamen
Ligamen pada sendi glenohumeral antara lain ligament coracohumeral
dan ligament glenohumeral. Ligament coracohumeral terbagi menjadi 2,
berjalan dari processus coracoideus samapai tuberculum mayor humeri dan
tuberculum minor humeri. Sedangkan ligament glenohumeral terbagi menjadi
3 yaitu (1) superior band yang berjalan dari tepi atas fossa glenoidalis scapulae
sampai caput humeri, (2) middle band yang berjalan dari tepi atas fossa
glenoidalis scapulae sampai ke depan humeri, (3) inferior bandyang berjalan
menyilang dari tepi depan fossa glenoidalis scapulae sampai bawah caput
humeri (Porterfield & De rosa, 2004).
6
B. Definisi Frozen shoulder
Frozen shoulder (nyeri bahu) atau adhesive capsulitis adalah keaadaan
dimana terjadi peradangan, nyeri, perlengketan dan pemendekan kapsul sendi
sehingga terjadi keterbatasan gerak sendi bahu (Suharti dkk. 2018). Frozen
shoulder (nyeri bahu) menyebabkan kapsul yang membungkus sendi bahu
menjadi memendek dan mengerut dan terbentuk jaringan parut. Kondisi ini
dikenal sebagai adhesive capsulitis yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
sendi bahu sehingga lama kelamaan bahu menjadi sulit untuk digerakkan. Kondisi
ini biasanya unilateral, bila mengenai dua bahu dapat terjadi bersamaan atau
berurutan. Frozen shoulder banyak dijumpai pada umur 40-60 tahun, dan lebih
sering terjadi pada wanita dari pada pria.
C. Etiologi
Meskipun etiologi masih belum jelas, Frozen shoulder dapat
diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Frozen shoulder dianggap primer
jika gejalanya tidak diketahui sedangkan hasil sekunder jika penyebabnya
diketahui (Walmsley et al, 2009).
Ada tiga subkategori Frozen shoulder sekunder yaitu meliputi (1) faktor
sistemik disebabkan oleh diabetes melitus dan kondisi metabolik lainnya, (2)
Faktor ekstrinsik disebabkan oleh kardiopulmonal, serviks, CVA, fraktur
humerus serta Parkinson dan (3) faktor instrinsik disebabkan oleh patologi pada
rotator cuff, tendinitis bisipitalis , tendonitis supraspinatus, capsulitis adhesiva
(Mcclure dan Leggin, 2009).
D. Fakor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan Frozen shoulder
diantaranya :
Usia dan jenis kelamin
7
Kebanyakan kasus terjadi pada pasien dengan usia 40-60 tahun dan biasanya
wanita lebih banyak dari pada pria.
DM ( Diabetes Melitus )
Pasien dengan riwayat diabtes melitus memiliki risiko lebih besar mengalami
keterbatasan dalam sendi, tidak hanya dibahu namun pada sendi lainnya.
Penggunaan insulin juga memperbesar resiko kekakuan sendi.
Trauma sendi bahu
Pasien yang mengalami cidera atau menjalani operasi pada bahu dan disertai
immobilisasi sendi bahu dalam waktu lama akan beresiko tinggi mengalami
Frozen shoulder.
Aktivitas
Beberapa kegiatan umum termasuk latihan beban, olahraga aerobic, menari,
golf, renang, pemain raket ( badminton, tenis ) dll. Semua kegiatan ini dapat
menuntun kerja yang luar biasa pada otot dan jaringan ikat pada sendi bahu.
E. Patofisiologi
Perubahan patologi yang merupakan respon terhadap rusaknya jaringan
lokal berupa inflamasi pada membrane sinovial, penyebabkan perlengketan pada
kapsul sendi dan terjadi peningkatan viscositas cairan sinovial sendi
glenohumeral dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menyempit. Frozen
shoulder atau sering juga disebut Capsulitis adhesive umumnya akan melewati
proses yang terdiri dari beberapa fase yaitu:
Fase nyeri (Painfull)
Berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien akan mengalami nyeri secara spontan
yang sering kali parah dan menganggu tidur. Pasien juga takut untuk
mengerakan bahu sehingga menambah kekakuan. Pada fase ini , volume
kapsul glenohumeral secara signifikan berkurang.
Fase kaku (Freezing)
Berlangsung antara 2-9 bulan. Fase ini ditandai dengan hyperplasia synovial
pada sendi glenohumeral, rasa sakit sering kali diikuti dengan fase kaku.
Fase beku (Frozen)
Berlangsung sampai 4-12 bulan. Difase ini patofisiologi sinovial mulai
mereda/membaik dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan lingkup
8
gerak sendi dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti
gerakan abduksi dan rotasi internal.
Fase mencair (Trawing phase)
Berlangsung antara 2-24 bulan. Fase akhir ini digambarkan sebagai bahu
kembali atau mendekati normal.
9
adalah kapsul sendi. Terapi ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi
panas) yang dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ultrasound
dilakukan pada rentang frekuensi 0,8 sampai dengan 3 MHz. Frekuensi yang
lebih rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam sampai dengan 5
cm. Frekuensi yang umumnya dipakai adalah 1 MHz memiliki sasaran
pemanasan pada kedalaman 3 sampai 5 cm dibawah kulit. Pada frekuensi yang
lebih tinggi misalkan 3 MHz energi diserap pada kedalaman yang lebih
dangkal yaitu sekitar 1 sampai 2 cm. Gelombang suara dapat mengakibtkan
molekulmolekul pada jaringan bergetar sehingga menimbulkan energi
mekanis dan panas (Arofah, 2010).
3) TENS
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk
merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit. Dalam hubungannya
dengan modulasi nyeri (Slamet, 2006). Dalam kasus ini menggunakan metode
umum dimana pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara ini
merupakan cara yang paling mudah dan paling sering digunakan sebab metode
ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter
nyeri ataupun letak yang paling optimal yang hubungannya dengan jaringan
penyebab nyeri (Slamet, 2006).
4) Short Wave Diathermy (SWD)
SWD menggunakan energi elektromagnetik yang menghasilkan
pemanasan melalui konversi energi elektromagnetik frekuensi tinggi menjadi
energi panas di jaringan pasien. Pemberian SWD dapat menghasilkan efek
terhadap jaringan seperti meningkatnya metabolisme sel-sel lokal,
meningkatkan elastisitas jaringan, menurunkan nyeri dan untuk relaksasi otot
sehingga dapat menurunkan spasme otot (Sujatno dkk, 2002)
5) Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi merupakan teknik terapi yang digunakan pada
gangguan sendi dan jaringan lunak terkait. Salah satu metode penanganan yang
utama adalah mobilisasi meliputi mobilisasi sendi dan jaringan lunak yang
dalam praktek kedua tehnik ini selalu digabungkan (Kaltenborn, 2011).
Mobilisasi sendi pada bahu berkaitan dengan mekanisme joint play movement
yaitu roll gliding dan traksi serta kompresi. Terapi manipulasi dapat
meningkatkan lingkup gerak sendi, mengurangi nyeri, memberikan relaksasi,
10
meningkatkan pemulihan jaringan kontraktil dan non kontraktil, meningkatkan
ekstensibilitas, meningkatkan stabilitas; memfasilitasi gerakan dan
meningkatkan fungsi tubuh (Salim 2014).
6) Terapi Latihan
Hold Relaxed
Hold Relax adalah suatu teknik yang menggunakan kontraksi optimal
secara isometrik (tanpa terjadi gerakan pada sendi) pada kelompok otot
agonis, yang dilanjutkan dengan relaksasi kelompok otot tersebut. Pemberian
Hold Relax agonist contraction akan mengakibatkan penurunan spasme
akibat aktivasi golgi tendon organ, dimana terjadi pelepasan perlengketan
fasia intermiofibril dan pumping action pada sisa cairan limfe dan venosus,
sehingga (venous return dan limph drainage meningkat yang kemudian akan
meningkatkan vaskularisasi jaringan sehingga elastisitas jaringan meningkat
berpengaruh terhadap penurunan nyeri (Wahyono, 2002).
Passive Movement
Passive movement, adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan
yang dihasilkan oleh tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot
atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi
pasien. Efek pada latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah, relaksasi
otot, memelihara dan meningkatkan Luas Gerak Sendi (LGS), mencegah
pemendekan otot, mencegah perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan
sampai batas nyeri pasien.
Active Movement
Active movement, suatu gerak yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh
itu sendiri. Gerak yang dalam mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi
secara reflek dan disadari. Gerak yang dilakukan secara sadar dengan
perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup gerak penuh dan diikuti
relaksasi otot akan menghasilkan penurunan nyeri.
11
BLANKO STUDI KASUS
KOMPETENSI : Muskuloskeletal
N.I.M. : P27226021049
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. M. I
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Metro
No. CM : 131813
12
II. SEGI FISIOTERAPI
Keluhan Utama
pasien mengeluh nyeri pada bahu kirinya terutama daerah depan, dan sulit
menggerakan lengan kiri ke segala arah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien telah merasakan nyeri bahu dari tahun 2019. Pasien merasakan nyeri pada bahu
kirinya akibat mengangkat beban berelebih hasil panen menggunakan angkong, tetapi
pasien tidak langsung berobat. Sekitar tahun 2020 karena nyeri bahu semakin parah dan
sudah sampai mengganggu aktivitas kemudian pasien memutuskan berobat ke dokter
dan dirujuk ke fisioterapi di RS Islam Metro. setelah sekitar kurang lebih 1 tahun dirasa
tidak ada perubahan akhirnya pasien dirujuk ke fisioterapi RSUD A. Yani pada bulan
oktober 2021.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Riwayat Alergi
Tidak ada
Medika Mentosa
1. Meloxicam 15 mg (2x1)
2. Eperison hcl 50 mg (3x1)
Hasil Radiologi
Tidak ada
13
III. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
Pernapasan : 18x/menit
Temperature : 36o C
Berat badan : 57 kg
SpO2 : 98%
14
2. Inspeksi / Observasi
Inspeksi statis
- Keadaan umum pasien baik
- Bahu asimetris, bahu kanan tapak lebih tinggi dari bahu kiri
Inspeksi Dinamis
- Pada saat berjalan sedikit ayunan pada tangan kiri
3. Palpasi
4. Joint Test
Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik fisiologis)
Gerak Aktif
Gerak Pasif
Regio Gerakan ROM Endfeel Nyeri
15
Eksorotasi Tidak full ROM Firm Nyeri
Gerakan Isometrik
Regio Gerakan Keterangan Nyeri
Fleksi Mampu melawan tahanan minimal Nyeri
16
5. Muscle Test dan Antopometri
MMT
Tidak dilakukan karena masih nyeri
LGS
6. Kemampuan Fungsional
Skala nyeri: Seberapa berat nyeri Anda?
17
13 Saat mengambil sesuatu dari saku belakang? 4
18
B. ALGORITMA
(CLINICAL REASONING)
Idiopatik
Penurunan Iskemik
Kekuatan Otot Nyeri Renggang
Keterbatasan LGS
Pola Kapsuler
TENS US
Mengurangi nyeri Mengurangi nyeri
Mengurangi substansi P, yang akan Melancarkan peredaran darah
meningkat pada ganglia pada manusia Meningkatkan elastisitas jaringan
setelah cedera jaringan ikat, yang diantaranya adalah
kapsul sendi.
Terapi Latihan
Active dan Passive Movement Terapi Manipulasi
memperlancar sirkulasi darah, relaksasi meningkatkan lingkup gerak sendi,
otot, memelihara dan meningkatkan Luas mengurangi nyeri, memberikan relaksasi,
Gerak Sendi (LGS), mencegah meningkatkan pemulihan jaringan
pemendekan otot, mencegah kontraktil dan non kontraktil,
perlengketan jaringan. meningkatkan ekstensibilitas,
Hold Relax meningkatkan stabilitas; memfasilitasi
rileksasi otot-otot dan menambah LGS gerakan dan meningkatkan fungsi tubuh
serta dapat untuk mengurangi nyeri
19
C. KODE DAN KETERANGAN PEMERIKSAAN ICF
1. Body Functions
b28016 : pain in joint
b730 : muscle power function
b735 : muscle tone function
b710 : mobility of joint function
3. Environmental Factors
e310 : immediate family
e315 : extended family
4. Body Structures
s7201 : joint of shoulder region
s7202 : muscle of shoulder region
s7203 : ligament and fasciae of shoulder region
20
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
Nyeri tekan pada otot rotator cuff kiri, deltoid kiri, nyeri tekan pada insersio otot
latissimus dorsi kiri, nyeri tekan otot romboideus kiri
Penurunan LGS sendi bahu kiri untuk gerakan pola kapsuer eksorotasi, abduksi dan
endorotasi
Spasme otot upper trapezius dan otot romboideus
2. Functional Limitation
Keterbatasan aktivitas bahu kiri seperti mengangkat, meraih benda keatas
21
D. PROGRAM FISIOTERAPI
22
E. RENCANA EVALUASI
Evaluasi nyeri dengan VAS
Evaluasi gerak sendi dengan pengukuran LGS
Evaluasi kemampuan fungsional dengan SPADI
F. PROGNOSIS
Penelitian yang dilakukan Alarab, A. et.al (2018) pemberian US dan terapi latihan berupa
passive stretching, strengthening, dan mobilisasi exercise pada seseorang dengan Frozen
shoulder efektif mengontrol nyeri dan meningkatkan LGS pada sendi bahu. Prognosis
baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Pallavi Rawat. et.al. (2016) pemberian TENS, mobilisasi
sendi dan penambahan latihan penguatan otot rotator cuff pada seseorang dengan
capsulitis adhesive efektif menurunkan nyeri, meningkatkan LGS, dan meningkatkan
fungsi sendi bahu.
23
G. PELAKSANAAN TERAPI
Terapi Manipulasi
1. Traksi
Pasien berbaring terlenang diatas bed dengan nyaman, Kedua tangan terapi memberikan
pegangan pada humerus kiri sedekat mungkin denga bahu. Terapis mengambil posisi
24
kuda-kuda lalu memberikan tarikan pada sendi bahu kiri dengan arah latero-ventro-cranial.
Posisi lengan bawah pasien rileks dengan disangga oleh lengan terapis.
2. Roll-slide
Roll-slide ke caudal (memperbaiki abduksi)
Pasien diposisikan tidur telentang, terapis berdiri di sisi kiri pasien. Bahu kiri difiksasi
posisi depresi oleh tangan kiri terapis. Kemudian tangan kanan terapis diletakkan pada
humeri kiri sisi lateral dan sedekat mungkin dengan sendi dan selanjutnya mendorong
caput humeri kiri ke arah caudal menggunakan berat badan Roll-slide diulangi delapan
kali sebanyak lima kali pengulangan.
Roll-slide ke dorsal (memperbaiki endorotasi)
Pasien diposisikan tidur telentang. terapis berdiri di sisi bahu kiri pasien. Scapula
terfiksasi oleh sisi tempat tidur. Tangan kanan terapis diletakkan pada bahu kiri bagian
ventral dan selanjutnya melakukan gerakan gliding ke arah dorsal sedikit lateral.
Lengan pasien disangga oleh tangan kiri terapis. Roll-slide diulangi delapan kali
sebanyak lima kali pengulangan.
Roll-slide ke ventral (memperbaiki eksorotasi)
Posisi awal pasien tidur tengkurap, terapis berdiri di sisi bahu kiri pasien. Tangan kanan
terapis diletakkan di bahu kiri bagian dorsal selanjutnya melakukan gerakan gliding ke
arah ventral sedikit medial. Roll-slide diulangi delapan kali sebanyak lima kali.
Terapi Latihan
1. Active Movement
Posisi pasien duduk dikursi senyaman mungkin. Pasien diminta menggerakkan secara aktif
sendi bahu dimulai dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal dan eksternal
rotasi. Gerakan yang dilakukan sebatas toleransi nyeri pasien. Setiap gerakan dilakukan
sebanyak 8 kali pengulangan.
2. Passive movement
Posisi pasien duduk dikursi senyaman mungkin. Terapis menggerakkan secara pasif sendi
bahu kiri pasien dimulai dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal dan
eksternal rotasi. Gerakan yang dilakukan sebatas toleransi nyeri pasien. Setiap gerakan
dilakukan sebanyak 8 kali pengulangan.
3. Hold Relaxed
Posisi pasien duduk dikursi senyaman mungkin. Latihan dimulai dengan memposisikan
otot memanjang denga nyaman. Pasien diminta melakukan kontraksi secara aktif sesuai
25
intruksi yang diberikan oleh fisioterapis. Kontraksi yang dilakukan sebatas toleransi nyeri
pasien. Fisioterapis lalu memberikan tahanan sesuai toleransi nyeri pasien, tahanan yang
diberikan bertahap meningkat. Pasien diminta melawan tahanan yang diberikan oleh
terapis, namun tidak sampai terjadi perubahan panjang otot, hanya sebatas kontraksi otot
yang diberikan tahanan. Setelah 8 detik, anjurkan pasien untuk rileks dan terapis
meregangkan otot lebih jauh. Proses ini diulang 3 kali.
26
H. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Tindak Lanjut :
Program fisioterapi selanjutnya adalah tetap berfokus pada penurunan nyeri, peningkatan LGS,
dan peningkatan kemampuan fungsional karena masih belum menunjukan berubahan yang
maksimal.
27
I. HASIL TERAPI AKHIR
Pasien atas nama Tn. M.I dengan diagnosis medis Frozen shoulder sinistra telah
dilakukan tindakan fisioterapi berupa US, TENS, Terapi Manipulasi dan Terapi
Latihan sebanyak 3 kali pertemuan diperoleh hasil akhir berupa penurunan nyeri
pada shoulder kiri, peningkatan LGS shoulder kiri, dan peningkatan kemampuan
fungsional walaupun belum maksimal.
VAS
Nilai VAS
Jenis Nyeri
T1 T3
Nyeri Diam 3/10 1/10
Nyeri Tekan 5/10 2/10
Nyeri Gerak
7/10 4/10
LGS
T1 T3
Aktif Aktif Aktif Pasif
S.20⁰.0⁰.90⁰ S.30⁰.0⁰.120⁰ S.30⁰.0⁰.120⁰ S.35⁰.0⁰.130⁰
F.90⁰.0⁰.75⁰ F.115⁰.0⁰.75⁰ F.115⁰.0⁰.75⁰ F.125⁰.0⁰.75⁰
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah-masalah yang ditimbulkan pada kondisi Frozen shoulder seperti
nyeri gerak dan nyeri tekan pada bahu, penurunan kekuatan otot, keterbatasan
LGS, dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional dapat diatasi secara
intensif dengan pemberian US, TENS, terapi manipulasi (traksi dan roll-slide)
dan terapi latihan (active movement dan passive movement). Hal ini dapat dilihat
dari hasil evaluasi sesaat setelah intervensi hingga hasil evaluasi terakhir,
didapatkan adanya kemajuan yang bermakna meskipun hasil yang telah
diperoleh masih belum maximal. Namun penulis memiliki keyakinan bahwa
suatu intervensi fisioterapi yang disertai dengan landasan teori yang kuat,
kontinuitas terapi dan kerja sama yang baik antara pasien atau keluarga pasien
dengan terapis akan memberikan hasil yang jauh lebih baik.
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Siegel LB, Cohen NJ, EP Gall. Adhesive Capsulitis : A. Sticky Issue. (Cited
at 11 Nopember 2015). Available from ; http// www. aaft.org /afp/990401
/1843.html.
Rawat, P., Eapen, C., Seema, K.P., (2016). Effect of Rotator Cuff
Srengthtening as an adjunct to standard care in subject with adhesive capsulitis:
Randomized Control Trial. Journal of Hand Therapy. India. diakses tanggal 9
Desember 2021 dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27884497/
30
Alarab, A., Shameh, R. A., Shaheen, H., Ahmad, M. S., (2018). Shock Wave
Therapy and Ultrasound Therapy plus Exercises for Frozen shoulder Joint Clients.
Advanced Nursing & Patient Care International Journal. Palestina. diakses tanggal
10 Desember 2021 dari https://www.researchgate.net/publication/329949756
31