Anda di halaman 1dari 28

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA KASUS POST LAPAROTOMY


DAN COLOSTOMY
DI RUMAH SAKIT UMUM DR.
SOETOMO SURABAYA
Disusun Oleh :
Afifah Khansa’ P 27226016 100
Arloy Arda Pradana P 27226016 105
Dina Setyorini P 27226016 115
Anatomi Abdomen
1. Lapisan dinding abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang
berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis, rongga ini berisi
viscera dan dibungkus dinding abdomen
yang terbentuk dari kulit, fascia
superficialis, lemak, otot-otot, fascia
transversalis dan parietal peritoneum
(Shaikh, 2014).
Anatomi Abdomen
2. Kuadran abdomen
Pada abdomen, terdapat sembilan kuadran yang dibagi dari dua garis
bidang horizontal dan dua garis bidang vertical yang terdiri dari :
1. Hypocondriaca dextra 6. Lumbalis sinistra
2. Epigastrica 7. Inguinalis dextra
3. Hypocondriaca sinistra 8. Pubica/hipogastrica
4. Lumbalis dextra 9. Inguinalis sinistra
5. Umbilical
Gambar kuadran abdomen
Anatomi Usus
Usus halus
1. Duodenum (usus dua belas jari)
2. Jejenum (usus kosong)
3. Ileum (usus penyerapan).

Usus besar
1. Kolon asenden
2. Kolon transversum
3. Kolon desenden
4. Rectum
Laparatomi
Laparotomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.

Digestif Obgyn
1. Hernoitomi 1. Operasi pada uterus
2. Gasterektomi
2. Operasi pada tuba fallopi
3. Hepatorektomi
4. Apendektomi
3. Operasi ovarium seperti
histerektomi
5. Kolostomi
6. dll
Indikasi laparatomi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis
3. Apendisitis
4. Obstruksi usus
5. Internal bleeding
6. dll
Jenis Incisi pada Laparatomi

• Mid-line incision
• Paramedian
• Transverse upper abdomen
incision
• Transverse lower abdomen
incision
Kolostomi
• Kolostomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan membuka
dinding perut sampai kolon untuk pembuatan lubang (stoma) diatas
dinding perut sehingga feses (BAB) dialirkan melalui stoma yang
dibuat.
• lubang (stoma) yang di buat pada kolostomi dapat sementara atau
permanen.
• Lokasi kolostomi menentukan konsistensi tinja baik padat ataupun
cair. Pada kolostomi transversum umumnya menghasilkan feses lebih
padat.
Jenis-jenis Kolostomi
1. Loop kolostomi
Loop kolostomi biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis
yang nantinya kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini
biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di kolon
transversal dan bersifat sementara.
2. End kolostomi
End kolostomi terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung
proksimal usus dengan bagian distal saluran GI dapat dibuang atau di
jahit tertutup dan di biarkan di dalam rongga abdomen.
3. Double- barrel colostomi
Double-barrel colostomi terdiri dari dua stoma yang berbeda, stoma
proksimal yang berfungsi dan stoma distal yang tidak berfungsi.
Indikasi kolostomi
Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer
(sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kolostomi
temporer dibuat pada pasien yang tujuannya untuk dekompresi kolon
sedangkan kolostomi permanen dibuat pada pasien yang tidak mampu
lagi untuk defekasi secara normal melalui anus, hal ini biasanya
disebabkan karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid dan rektum.
LAPORAN STATUS KLINIS
B. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. KETERANGAN UMUM PENDERITA 1. Diagnosis Medis
Post laparotomy explorasi ec. Intenal bleeding
Nama : Sdr. V dan post colostomy
Umur : 16 tahun 2. Catatan klinis
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam Hasil radiologi :
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Mojokerto, Jawa Timur a. Fluid collection di cavum abdomen hingga
No. CM/RM : 12.79.28.35 cavum pelvic
b. Efusi pleura bilateral
c. Comminutive fracture iliac wing kanan dan
complete fracture acetabulum kanan
d. Saat ini hepar/lien/pancreas/GB/ginjal kanan
kiri tak tampak kelainan
C. SEGI FISIOTERAPI
1. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada luka incisi di perut saat bergerak dan nyeri pada area perut
kanan bawah saat akan BAB.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirujuk dari RS Sukandar Mojokerto dengan rujukan berupa fraktur pelvic dextra dan internal
bleeding. Pasien mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai motor pada 22 November 2019
pukul 23.00. Saat kecelakaan perut bagian kanan dan panggul kanan menabrak setir motor. Pasien
dalam keadaan sadar, tidak muntah dan tidak kejang. Kemudian pasien di bawa ke IGD RS Wahidin
Mojokerto dan disarankan untuk menjalani operasi namun pasien menolak karena alasan biaya.
Lalu pasien di rujuk ke RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 26 November 2019 kemudian setelah
pemeriksaan lebih lanjut dilakukan tindakan operasi laparatomy. Selama ±2 minggu setelah operasi
laparatomy, pasien masih diberikan makan berupa bubur atau makanan halus. Kemudian makanan
pasien diganti dengan makanan padat. Karena adanya masalah, dilakukan tindakan darurat yaitu
operasi colostomy pada 10 Desember 2019.
b. Riwayat Keluarga dan Status Sosial : Orang tua pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
c. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta : Tidak ada
2. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Temperatur : 36,8oC
Denyut Nadi : 98x/menit Tinggi Badan : 155 cm
Pernafasan : 20x/menit Berat Badan : 50 kg

b. Inspeksi 2) Inspeksi Dinamis


1) Inspeksi Statis a) Pasien belum mampu untuk transfer ambulasi
a) Pasien terlihat lemas dan pucat b) Pasien terlihat menahan nyeri saat akan
memfleksikan trunk > 30 derajat
b) Terdapat luka incisi vertical sepanjang 18 cm pada
perut sampai perut bagian bawah c) Pasien terlihat menahan nyeri saat
menggerakan dorsifleksi dan plantarfleksi ankle
c) Terpasang colostomy bag pada perut kanan bawah dekstra
d) Terpasang skeletal traksi dengan beban 17 kg pada
proksimal tibia

c. Palpasi
1) Suhu dalam batas normal
2) Tidak ada perbedaan suhu pada sekitar area incisi dengan area tubuh lain
3) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar incisi
Regio Gerakan ROM Nyeri

Shoulder Flexi
Dekstr
a
Full
Sinist
ra
Full
Dekstra

Tidak
Sinistra

Tidak
Pemeriksaan Gerak
Extensi No No
ada
No test
ada
No test Dasar
test test
Adduksi
Abduksi
Full
Full
Full
Full
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada - Gerak aktif
Elbow Flexi Full Full Tidak ada Tidak ada
Extensi Full Full Tidak ada Tidak ada
Wrist Flexi Full Full Tidak ada Tidak ada
Extensi Full Full Tidak ada Tidak ada
Hip Flexi No Full No test Tidak
test ada
Extensi No test No test No test No test
Abduksi No Full No test Tidak
test ada
Adduksi No No No test No test
test test
Knee Flexi No Full No test Tidak Regio Gerakan ROM Nyeri
test ada Kepala Fleksi Full Tidak ada
Extensi No Full No test Tidak Ekstensi No No
test ada test test
Ankle Plantar Tidak Full No test Ada Abdomen Fleksi Tidak full Ada
full Ekstensi No No
Dorsi Tidak Full No test Ada
full test test
Rotasi Tidak full Ada
dekstra
Rotasi Tidak full Tidak ada
sinistra
Regio Grup MMT
Dekstra Sinistra
Shoulder Fleksi 4 4
  Ekstensi No test No test
Abduksi 4 4 Pemeriksaan kekuatan otot
Adduksi 4 4
Elbow Fleksi 4 4 menggunakan
  Ekstensi 4 4
Wrist Dorsalfleksi 4 4 Manual Muscle Test (MMT)
  Palmarfleksi 4 4
Hip Fleksi No test 3
  Ekstensi No test No test
Abduksi No test 4
Adduksi No test 4
Knee Fleksi No test 4
  Ekstensi No test 4
Regio Gerakan MMT
Ankle Dorsalfleksi 3 4
  Kepala Fleksi 4
Plantarfleksi 3 4 Ekstensi No test
f. Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas

- Kemampuan Fungsional
a) Pasien sudah mampu half lying 45˚
b) Pasien mampu makan dan minum dengan bantuan
minimal
c) Pasien belum mampu BAK dan BAB tanpa bantuan
d) Pasien belum mampu transfer ambulasi
e) Pasien belum mampu berpakaian secara mandiri
 
- Lingkungan Aktivitas
Pasien masih menjalani rawat inap di bangsal flamboyan
Pemeriksaan spesifik
2) Pemeriksaan nyeri menggunakan VDS
1) Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
menggunakan Goniometer a) Nyeri diam : 2/7
b) Nyeri tekan 3/7
c) Nyeri gerak : 4/7

3) Pemeriksaan derajat sesak napas


dengan borg scale
Pasien saat ini merasakan sesak nafas
sangat ringan dengan nilai 11 (cukup
ringan)
4) Pemeriksaan kemampuan fungsional menggunakan Indeks Barthel
No Aktivitas Skor Nilai
1. Makan minum 0 = tidak mampu 5
5 = butuh bantuan
10 = mandiri Total : 20
2. Mandi 0 = tidak mampu 0
5 = mandiri Pasien memiliki
3. Perawatan diri 0 = tidak mampu 0
5 = mandiri ketergantungan
4. Berpakaian 0 = tidak mampu 5
5 = butuh bantuan fungsional penuh
10 = mandiri
5. BAB 0 = tidak mampu 5
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
6. BAK 0 = tidak mampu 5
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
7. Toileting 0 = tidak mampu 0
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
8. Transfer 0 = tidak mampu 0
5 = sangat butuh bantuan
10 = butuh bantuan
15 = mandiri
9. Mobilitas 0 = tidak mampu 0
5 = sangat butuh bantuan
10 = butuh bantuan
15 = mandiri
10. Naik/turun tangga 0 = tidak mampu 0
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
UNDERLYING PROCCES
4. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
a. Impairment
1) Terdapat nyeri tekan dan nyeri gerak pada area sekitar incisi abdomen
2) Terdapat nyeri gerak pada ankle dekstra saat dorsifleksi dan plantarfleksi ankle
3) Terdapat penurunan kekuatan otot abdomen
4) Terdapat keterbatasan LGS
5) Ketidakmampuan menggerakan ekstremitas bawah kanan karena terpasang skeletal traksi

b. Functional Limitation
1) Pasien belum mampu transfer ambulasi secara mandiri
2) Pasien mampu duduk half lying hingga 45 derajat secara aktif

c. Disability / Participation Restriction


Pasien belum mampu bersekolah kembali karena masih dalam masa rawat inap
PROGRAM FISIOTERAPI
a. Tujuan Jangka Pendek
1) Mencegah komplikasi prolonged bedrest
2) Menurunkan nyeri pada area sekitar c. Teknologi Intervensi Fisioterapi
incisi abdomen 1) Pursed lip breathing
3) Meningkatkan kekuatan otot abdomen 2)Free active movement exercise
4) Meningkatkan LGS 3) Assisted active movement exercise
b. Tujuan Jangka Panjang 4) Ankle pumping exercise
1) Meneruskan tujuan jangka pendek 5) Active static abdominal exercise
2) Meningkatkan aktivitas fisik dan 6) Latihan mobilitas sesuai kemampuan
kemampuan fungsional secara maksimal (toleransi)
PROGNOSIS
Pasien dengan diagnosis post laparatomy exploration dan colostomy disertai dengan fraktur
acetabulum dekstra diberikan pursed lip breathing exercise, active static abdominal exercise,
pumping ankle exercise, free active movement exercise, assisted active movement exercise dan
latihan mobilisasi sesuai dengan kemampuan (toleransi) memiliki prognosis yang baik. Pasien
kooperatif dalam pelaksanaan terapi.
PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1) Pursed lip breathing exercise
2) Free active movement exercise
3) Assisted active movement exercise
4) Ankle pumping exercise
5) Active static abdominal exercise
6) Latihan mobilitas sesuai kemampuan (toleransi)
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

- Pemeriksaan nyeri menggunakan VDS - Pemeriksaan LGS menggunakan


goniometer
  FT 1 FT 2
Nyeri diam 2/7 2/7
- Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan
Nyeri tekan 3/7 2/7
MMT
Nyeri gerak 4/7 3/7

- Pemeriksaan derajat sesak napas menggunakan borg scale - Pemeriksaan kemampuan fungsional
menggunakan Indeks Barthel
  FT 1 FT 2 T1 T2

Derajat sesak napas 11 9 Total skor 20 20


10. HASIL TERAPI AKHIR
Pasien bernama sdr.V berusia 16 tahun dengan diagnosis medis berupa post laparatomi e.c internal
bleeding dan post colostomy serta diagnosis fisioterapi berupa terdapat nyeri tekan dan gerak,
terdapat sesak napas derajat cukup ringan, terjadi penurunan kekuatan otot abdomen, penurunan
LGS dan penurunan kemampuan fungsional. Setelah diberikan medika mentosa dan fisioterapi
sebanyak 2 kali terapi didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Penurunan nyeri gerak
2. Penurunan derajat sesak napas
3. belum ada peningkatan kekuatan otot abdomen
4. belum ada peningkatan lgs
5. belum ada peningkatan kemampuan fungsional

Anda mungkin juga menyukai