PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia angka kejadian fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas meningkat, kecelakaan lalu-lintas dengan kecepatan tinggi sering
menyebabkan trauma. Pada umumnya dampak yang ditimbulkan pada penyakit fraktur
tulang, adanya perubahan tandatanda vital dan gangguan pergerakan lainnya, tindakan
darurat secara cepat dan tepat pada fraktur adalah melakukan imobilisasi di daerah yang
dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,kecelakaan lalu lintas dan trauma benda
tajam/ tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775
orang(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/ tumpul, yang mengalami fraktur
sebanyak 236 orang (1,7%).Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan yang
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam dua tahun terakhir ini,
kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah
penyakit jantung koroner dan tuberculosis/TBC. Global Status Report on Road Safety
2013 menempatkan Indonesia sebagai negara urutan kelima tertinggi angka kecelakaan
lintas berada pada usia produktif, yakni 22-50 tahun.Terdapat sekitar 400.000 korban di
bawah usia 25 tahun yang meninggal dijalan raya dengan rata-rata angka kematian 1.000
anak-anak dan remaja setiap harinya. Bahkan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab
utama kematian anak-anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun. Menurut
120.226 kejadian kecelakaan dari seluruh kecelakaan lalu lintas dalam setahun. Di
Indonesia, sebagian besar kecelakaan lalu lintas yaitu 70 persen adalah pengendara
sepeda motor yang berusia produktif dengan rentang usia 15-59 tahun yaitu lebih tinggi
pada laki-laki sebanyak 31.9 persen dibandingkan dengan perempuan yaitu sekitar 19,8
kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas
bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Komunikasi, Dan, Kerja,
& Bott, 2014). Berdasarkan diagnosa medis didapatkan bahwa sebagian besar fraktur
ekstremitas bawah (56,7%). Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi
cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah (46,2%) (Depkes RI, 2009).
Sehat menurut badan kesehatan dunia (WHO) pengertian sehat sebagai suatu
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur -unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentan kehidupan dengan
dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan
individu atau kelompok individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses
pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit. Gerak dan
fungsi yang sehat dan maksimal adalah inti dari hidup sehat. (Nasir 2009)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Fraktur
menimbulkan pergeseran pada fragmen. Jika kulit di atasnya masih utuh dan tidak
sudah robek atau tertembus patahan dari tulang dan cenderung resiko tinggi untuk
(Kurniasari,2010)
Menurut (Asrizal, 2014), fraktur terbuka dapat diklasifikan menjadi tiga, yaitu:
b. Klasifikasi II, robekan kulit disertai kerusakan kulit, otot serta odem
c. Klasifikasi III, robekan kulit hingga sebesar 6-8 cm disertai kerusakan pembuluh
Femur atau tulang paha adalah tulang terberat, terpanjang, dan terkuat yang
terdapat di tubuh kita. Femur di tutupi oleh lapisan otot-otot yang tebal oleh karena itu
butuh kekuatan tekanan yang besar pada femur untuk menyebabkan fraktur. Terdapat
beberapa jenis fraktur femur berdasar lokasi anatomis yaitu fraktur leher femur,fraktur
Pada beberapa kasus sering sekali terjadi fraktur pada tulang femur. Meskipun
tertutup oleh serabut otot yang tebal, tulang femur cukup rawan mengalami patah
tulang. Hal ini didukung dari banyaknya angka kejadian dan bentuk dari tulang femur
permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur
merupakan bagian terlemah dari femur. Secara umum fraktur collum femur
fraktur dan caput femur terganggu dan dapat menghambat proses penyembuhan.
Pembuluh yang memiliki risiko tinggi terkena adalah cabang cervical ascenden
lateralis dari arteri sircumflexa femoralis medialis. Aliran darah yang terganggu dapat
menjadi:
1. Fraktur Intrakapsular
Fraktur intrakapsular atau fraktur femur proksimal merupakan suatu keadaan dimana
penyatuan kembali atau union pada fraktur terhambat. Fraktur intrakapsular sendiri
dapat dibagi berdasarkan daerah collum femur yang dilalui oleh garis fraktur menjadi:
a. Fraktur Subkapital
Fraktur Subkapital terjadi apabila garis fraktur yang melewati collum femur
b. Fraktur Transervikal
Fraktur Basiliar terjadi apabila garis fraktur melewati bagian basis collum femur.
Fraktur pada daerah ini tidak mengganggu vaskularisasi caput femur sehingga
2. Fraktur Ekstrakapsular
Fraktur ekstrakapsular meliputi fraktur yang terjadi pada daerah intertrochanter dan
daerah subtrochanter.
a. Fraktur Intertrochanter
mayor ke trochanter minor. Kemungkinan penyatuan pada fraktur ini lebih besar
b. Fraktur Subtrochanter
trochanter. Perdarahan yang mungkin terjadi pada fraktur ini cenderung lebih
Sumber: Solomon, L. 20 14
berdasarkan stadium dari derajat displacement yang terlihat pada foto x-ray.
Klasifikasi ini memberikan informasi tentang derajat kerusakan korteks posterior dan
inferior dan juga menentukan apakah retinakulum posterior yang merupakan struktur
dimana pembuluh darah utama menuju caput femur masih menempel atau tidak,
selain itu juga berperan dalam membantu menentukan prognosis dari stadium fraktur
1. Stadium I, Pada stadium ini terdapat fraktur incomplete pada collum atau fraktur
impaksi valgus tanpa displasia tulang, selain itu terdapat pula eksternal rotasi dari
fragmen distal dan trabekula tulang medial dari caput membuat sudut lebih dari 1800
2. Stadium II, Pada stadium ini terdapat fraktur complete pada collum tanpa disertai
displaced tulang. Fragmen distal pada posisi yang normal dengan fragmen proksimal
dan trabekula medial pada caput membentuk sudut sekitar 1600 dengan korteks femur
medial.
3. Stadium III, Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced sebagian
dari fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen distal berotasi kearah lateral
dan fragmen proksimal miring ke varus dan berotasi kearah medial, selain itu
4. Stadium IV,, Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced total atau
seluruh fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen capital terpisah sempurna
dari fragmen distal dan kembali ke posisi normalnya pada asetabulum dimana
fragmen distal berotasi lateral dan bergeser ke atas dan ke anterior ke fragmen
proksimal.
Sumber: Solomon,
B. Anatomi Fisiologi Femur
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai lima
c. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam,
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas; tulang panjang, tulang pendek, dan
tulang pipih dimana os femur termasuk kedalam salah satu tulang panjang.2
Os femur terdiri atas Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan
proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian panggul
dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut. Os femur atau Tulang paha atau
tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk
seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu
a. Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya facies
disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang
juga membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan
major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica
(linea spiralis). Dilihat dari belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi
b. Diaphysis
facies medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies medialis dan
lateralis nampak di bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang
dimulai dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut
tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan
popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada
dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral disebut juga
supracondylaris lateralis/medialis.
c. Epiphysis distalis
ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan
terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan
linea intercondyloidea.
C. Patofisiologi
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh adanya gaya dalam tubuh, yaitu
femur terjadi pada seseorang yang jatuh dari ketinggian atau pengendar bermotor
perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema
lokal maka terjadi penumpukan di dalam tubuh.Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyeri. Selain itu
dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu. Fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi yang terkontaminasi udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Pada umumnya pasien
dengan fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik fraktur femur hampir sama dengan fraktur secara umumnya
yaitu antara lain nyeri, hilangnya fungsi, pemendekakan ekstremitas karena adanya
kulit yang terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. Secara anatomis
kondisi klinik terjadi akibat adanya penarikan dari kontraksi otot-otot paha yang kuat
sehingga memosisikan fragmen tulang menjadi tidak tepat dengan deformitas yang
khas (pemendekan tungkai bawah), dan sering terjadi apabila pasien tidak langsung
E. Prognosis
Menurut Laer tahun 2000 menyatakan bahwa dalam kasus fraktur terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi prognosa pertumbuhan tulang antara lain yaitu
usia pasien, tempat fraktur.. Prognosa pada pasien post operasi fracture femur dengan
pemasangan fiksasi internal dapat dikatakan baik apabila pasien secepatnya dibawa ke
rumah sakit dan mendapatkan tindakan medis setelah terjadinya trauma. Serta usia
vitam yaitu dapat dikatakan baik apabila pasien dilakukan tindakan operasi dengan
pemasangan internal fiksasi (ORIF), yang kedua Qua ad sanam yaitu dikatakan baik
apabila pasien telah direposisi dan difiksasi dengan baik maka fragmen yang fraktur
akan stabil sehingga mempercepat proses penyambungan tulang, yang ketiga Qua ad
fungsionam yaitu berkaitan dengan proses penyambungan tulang, yang terakhir Qua
ad cosmeticam yaitu dikatakan baik apabila fragmen yang telah direposisi dan
Pada penderita fracture femur setelah pemasangan internal fiksasi plate and
screw tanpa komplikasi apabila cepat mendapat tindakan fisioterapi dengan tepat
maka kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien akan kembali normal. (Rury
Kristiantari, 2009).
1. Tinjauan Assessment
a. Anamnesis
tanya jawab dengan pasien (auto anamnesis) atau dengan orang lain
anamnesis khusus. :
diderita pasien pada saat itu. 5) Riwayat pribadi dan keluarga Riwayat
a. Riwayat pribadi
dari orang tua atau keluarga yang berhubungan dengan Low Back
Pain.
Inspeksi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan umum
pasien, dengan cara melihat dan mengamati fisik pasien baik pada saat
yang terdiri dari pemeriksaan gerak aktif, pasif, dan isometrik melawan
tahanan..
pasien tanpa bantuan dari orang lain atau terapis. Hasil yang didapat
keterbatasan gerak.
diagnosa fisioterapi dan jenis latihan yang akan diberikan, serta dapat
atau sering disebut Manual Muscle Testing (MMT) dengan ketentuan sebagai
berikut :
Nilai Keterangan
Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau palpasi, ada
2. Pengukuran Fisioterapi
mulai dari ”tidak nyeri, ringan, sedang atau berat” . Secara operasional
Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu
sakit
indera penglihatan
Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa
lebihpanjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang
merambat lurus.
a) Persiapan alat
kabelnya, jenis lampu dan besarnya watt. pada umumnya generator non-
b) Persiapan pasien
posisi terlentang. daerah yang diobati bebas dari pakaian dan perhiasan
akan disinari.
c) Prosedur pelaksanaan
2. Static Contraction
otot dan perubahan LGS. Static contraction dapat mengurangi oedem sehingga
nyeri berkurang dan dapat memperlancar aliran darah dan menjaga kekuatan
Ankle Pumping merupakan suatu latihan isometrik untuk otot betis dan
selama 5– 10 detik dan biarkan pasien rileks. Ulangi latihan ini sebanyak 5-10kali
PROSES FISIOTERAPI
A. Diagnosa Medis
Nama : Tn. F
Umur : 17thn
Perkerjaan : Mahasiswa
C. Anamnesis Khusus
Jenis Keluhan :
RPP : pasien datang dengan keluhan nyeri pada bagian hip akibat
4. Suhu : 37 ̊C
E. Inspeksi
a. Statis
Fleksor hip 1
Ekstensor hip 1
Abduksi hip 1
Adduksi hip 1
H. Pemeriksaan Spesifik
a. Nyeri
menandai sendiri nilai pada skala sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan
1. Diagnosa
2. Problematik Fisioterapi
a. Impairment
b. Fungsional limitation
Mengurangi nyeri
1. Infra Red
d. Dosis
a) Frekuensi : 2x /minggu
b) Durasi : 15 menit
2. Static contaction
a) Frekunsi : 2x/mingguu
3. Ankle pump
ergelangan kaki
e. Dosis
a) Frekuensi : 2x/minggu
L. Evaluasi
Nyeri
1 Nyeri berkurang dari nilai
M.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
menimbulkan pergeseran pada fragmen. Jika kulit di atasnya masih utuh dan tidak
sudah robek atau tertembus patahan dari tulang dan cenderung resiko tinggi untuk
permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur
merupakan bagian terlemah dari femur. Secara umum fraktur collum femur
fraktur dan caput femur terganggu dan dapat menghambat proses penyembuhan.
Pembuluh yang memiliki risiko tinggi terkena adalah cabang cervical ascenden
lateralis dari arteri sircumflexa femoralis medialis. Aliran darah yang terganggu dapat
3. Kurniasari, S.D., 2010. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Paska Operasi
4. Kandou, P. R. D., Wattie, E. A. W., Monoarfa, A., Limpeleh, H. P., Skripsi, K.,
Kedokteran, F., … Manado, R. (2016). Profil fraktur diafisis femur periode Januari
kekuatan tekanan fraktur . 1 Fraktur femur yang disebabk. E-Clinic (eCl), 4(Januari-
April), 157.
5. Kisner, C. & Colby, L. A., 2007. Therapeutic Exercise. 5th ed. Columbus:
Margaret Biblis.