MAKALAH
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Tugas Praktik Klinik D-IV Fisioterapi di RSUD Kota SALATIGA
Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas bukti
3. Bapak Ftr. Saifudin Zuhri, M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Jurusan Fisioterapi
4. Bapak Pajar Haryatno, Ftr, M.kes selaku dosen pembimbing praktik di Rumah
5. Bapak Bambang Sutejo, SST.FT, Ftr selaku pembimbing praktik di Rumah Sakit
6. Bapak dan Ibu karyawan Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUD Kota Salatiga
Penulis berharap makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala pihak yang telah
iii
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................iv
C. Tujuan .............................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................ 4
A. Definisi ............................................................................................ 5
B. Epidemiologi .................................................................................. 17
C. Etiologi .......................................................................................... 17
D. Patofisiologi ................................................................................... 19
F. Prognosis........................................................................................ 21
iv
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ............................................................ 48
C. Hasil Terapi.................................................................................... 50
A. Kesimpulan .................................................................................... 51
B. Saran .............................................................................................. 51
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Cerebral Palsy (CP) diartikan
sebagai kelumpuhan pada otak yang menyebabkan tidak adanya kontrol otot,
kelaianan postur dan hambatan gerak. kelainan tersebut bersifat progresif dan tidak
dengan adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh otot. Letak kelainan cerebral
palsy jenis ini ada di tractus pyramidalis (motor cortex). American Academy for
hemiplegi, triplegi dan diplegi yang pada masing-masing dengan tipe spastik
Stroke (NINDS) pada tahun 2000, menyatakan bahwa 2-3 bayi per 1000 kelahiran
menderita cerebral palsy. Menurut Garrison pada 2005, angka kejadiannya adalah
kurang lebih 5,5 per 1000 kelahiran dan tersebar merata pada kedua jenis kelamin,
segala ras dan berbagai negara. Resiko terkena cerebral palsy meningkat tajam
seiring dengan berat badan lahir rendah, bayi yang berat badan lahir kurang dari
1
1000 gram mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang
berat badan lahirnya normal (2,5 kg - 4kg). Serta menurut (Trombly, 1989), usia
ibu saat hamil >40 tahun lebih beresiko melahirkan anak dengan cerebral palsy
Permasalahan yang sering terjadi pada kasus diatas adalah gangguan postur
dan kontrol gerakan yang bersifat non progesif yang disebabkan oleh karena lesi
atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum selesai
dan spasme otot pada keempat ekstremitas dan klonus yang terjadi pada anggota
gerak bawah.
Pada kasus cerebral palsy tipe quadriplegy permasalahan utama yang terjadi
adalah gangguan motoris berupa spastisitas antara lain peningkatan ketegangan otot
pada keempat anggota gerak seperti lengan atas, lengan bawah, wrist, trunk, tungkai
atas, tungkai bawah, dan kaki. Selain itu juga menghambat tumbuh kembang
motorik pada anak dimana terjadi keterbatasan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan umur perkembangan anak.
dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (Permenkes No. 80 Tahun 2013). Maka
dari itu peranan fisioterapi sangat penting pada kasus diatas dalam membantu
2
pasien untuk dapat beraktifitas secara mandiri melalui latihan dan penanaman pola
B. Identifikasi Masalah
Masalah fisioterapi yang ditemukan pada kasus pasien Cerebral Palsy Diplegi
yaitu:
a. Spastik pada extensor elbow bilateral, flexor finger bilateral, extensor knee
2. Pembatasan masalah
Pada kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi yang kami gambarkan di atas,
a. Spastik pada extensor elbow bilateral, flexor finger bilateral, extensor knee
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
3
Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
Palsy Diplegi
Palsy Diplegi
D. Manfaat
perkuliahan.
3. Bagi Pasien
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan postur tubuh yang non-
progressif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan disel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen
menetap, tidak progresif, yang terjadi karena kerusakan otak akibat trauma lahir.
seperti athetoid paraplegic, spastic atau tetraplegic, yang sering disertai dengan
retardasi mental, kejang atau ataxia (Dorland WA, 2010) Menurut Hidayat (2010),
Kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan atau
lemahnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan dan bahkan tidak terkontrol.
mempunyai koordinasi yang buruk pada gerak tubuh, keseimbangan yang buruk,
kerusakan otak yang mempengaruhi gerakan tubuh, kontrol otot, koordinasi otot,
dan keseimbangan tubuh. Hal ini juga dapat mempengaruhi motorik halus, motorik
kasar dan fungsi motorik oral (Komunitas Cerebral Palsy, 2011). CP merupakan
5
menyebabkan keterbatasan aktivitas yang sering dikaitkan dengan gangguan pada
2. Klasifikasi
topografi.
a. Motor Types
1) Spastic, adalah type cerebral palsy yang paling sering. Spastisitas adalah
Ditandai dengan stiffness yang berlebih pada otot ketika anak mencoba
adanya nyeri.
menggeliat.
keseimbangan.
4) Mixed, adalah dimana terdapat lebih dari satu gangguan motor type,
misalnya spastic dan dystonic, biasanya aka nada satu yang lebih dominan.
6
b. Distribusi Topografi
1) Unilateral
3) Bilateral
Sistem saraf manusia terdiri dari tiga, yaitu sistem saraf pusat otak (otak dan
medula spinalis), sistem saraf tepi (saraf cranialis dan spinalis) dan sistem saraf
autonom (simpatik & parasimpatik). Disini ditekankan mengenai sistem saraf pusat.
1) Otak
Otak merupakan bagian pertama dari sistem saraf pusat yang mengalami
perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung
(meningen) dan berada di dalam rongga tulang tengkorak. Otak terdiri dari
7
empat bagian besar yaitu cerebrum (otak besar), cerebelum (otak kecil), dan
Cerebrum terdiri dari dua hemisfer cerebri, corpus colosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan
informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan
area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung
3) Korteks Serebri
subtansia alba. Korteks serebri yang berlipat disebut gyrus dan celah diantara
8
Gambar 2. Area Brodman
4) Ganglia Basalis
Terdiri dari beberapa kumpulan substansia nigra yang padat. Bagian dari ganglia
basalis yaitu, nukleus kaudatus, nukleus lentikularis (putamen dan globus palidus),
9
5) Sistem Limbik
Sistem limbik yaitu daerah kortikal dalam lobus limbik. Yang termasuk
sistem limbik yaitu Lobus limbik, Formatio Hippocampal dan Fornix, Amigdala,
6) Diencepalon
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari
bagian posterior cerebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
10
8) Brainstem (Batang otak)
Terdiri dari tiga bagian, dari bawah ke atas yakni medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
Gambar 5. MRI anatomi otak anak normal dan terkena Cerebral Palsy
Pada gambar 1 merupakan contoh gambar MRI otak anak normal dengan gray
matter berwarna abu-abu pucat dan white matter berwarna abu-abu gelap. Pada
gambar 2 MRI otak seorang anak dengan cerebral Palsy : panah merah
11
menunjukkan jaringan parut diatas materi abu-abu pucat yang menyebabkan
a. Disfungsi Motorik
1) Spastisitas
Tonic neck reflex muncul lebih lama dari normal namun jarang
panggul dan lutut flexi, kaki plantar-flexi dengan tapak kaki berputar
cerebral palsy.
tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
12
(b) Hemiplegia / hemiparesis: kelumpuhan lengan dan tungkai di
tungkai.
pada brain stem. bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak
flaccid dan berbaring dengan posisi seperti katak terlentang dan mudah di
tahun barulah terjadi perubahan tonus otot daari rendah hingga tinggi. Bila
dibiarkan berbaring tampak flaksid dan sikap seperti katak terlentang namun
bila dirangsang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis
.reflex otot normal atau sedikit meningkat dan klonus jarang ditemukan.
Tanda Babinski bisa positif maupun tidak. Karakteristik dari cerebral palsy
tipe ini adalah reflex neonatus dan tonic neck reflex menetap, kadang
terbawa hingga masa kanakkanak. Reflex tonus otot dan reflex moro sangat
choreoathetosis dan ataxia. Sekitar 10-25 persen anak dengan cerebral palsy
13
3) Choreoathetosis
Pasien biasanya flaccid pada 6 bulan pertama lahir dan kadang di salah
diagnosiskan dengan gangguan motor unit. Gerakan yang tidak disadari dan
normal eksremitas.
4) Ataxia
Pasien dengan kondisi ini biasanya flaccid ketika bayi dan menunjukkan
mereka memulai menjangkau suatu objek dan mencoba berdiri, itu mulai
tonus otot menetap hingga kanak-kanak. Reflex otot normal dan reflex
14
5) Bentuk campuran
tonus adalah tipe campuran yang paling sering dari disfungsi motorik, tapi
b) Disfungsi Nonmotorik
(2) Konvulsi
15
hemiparesis, ukuran tangan,kaki, kuku yang tidak sama adalah tanda
hemiparesis.
otot.
16
B. Epidemiologi
GMFCS pada level IV dan V adalah 76% untuk CP spastik diplegi, 2% untuk CP
diplegi, serta 1% untuk CP hemiplegi. (Novak, 2014) Hal ini didukung oleh
pernyataan Freeman Miller (2007), bahwa pola CP telah bergeser ke arah diplegi
dan diplegi spastik dari hemiplegi dan athetoid. Perubahan ini mungkin
dan beberapa peningkatan korban yang selamat dari unit perawatan intensif
neonatal. Juga, kelahiran kembar meningkat dengan meningkatnya usia ibu, dan
kelahiran kembar juga memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk terjadi CP.
Tingkat prevalensi yang dilaporkan per kehamilan satu bayi adalah 0,2%, kembar
1,5%, untuk kembar tiga 8%, dan untuk kembar empat 43%.
Berdasarkan informasi yang penulis dapat, diketahui bahwa jumlah pasien anak
25% athetoid, 5% hemiplegi, 40% diplegi, 30% diplegi, dan 0% ataxia pada tahun
2018.
C. Etiologi
Penyebab lain, penyakit berat seperti tifus, kolera, malaria kronis, sifilis,
17
jaringan otak. Jadi, saat bayi lahir jaringan otaknya tak berkembang
2. Natal:
caesar.
kelumpuhan spastik.
bulan, lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan usia kelahiran
3. Post Natal: Kerusakan yang terjadi pada jaringan otak yang mengganggu
18
meningitis,ensepalitis dan luka parut pada otak pasca bedah. Bayi dengan
D. Patofisiologi
gejala pada wanita hamil, tetapi dapat menimbulkan dampak yang parah pada janin.
Lesi pada otak yang berkaitan dengan CP dapat diidentifikasi pada sebagian besar
kasus. Lesi biasanya terjadi pada daerah yang sangat sensitif terhadap gangguan
Ada lima jenis hipoksia ensefalopati iskemik yang masingmasing memiliki tanda
dan multifokal iskemik nekrosis otak, status marmoratus dan nekrosis neuronal
dan kerusakan pada area pola gerak. Sebuah gangguan perkembangan pada level
kortikal jarang diamati: misalnya proliferasi yang abnormal dan generasi neuronal
seperti yang diamati pada microcephaly, serta migrasi neuronal yang abnormal.
memediasi pengaruh motoneurons dari batang otak dan sumsum tulang belakang
dari hampir semua eferen serebelum dan ganglia basal (semua melalui perantara
19
relay di talamus). Otak kecil dan ganglia basal juga berpengaruh dalam menentukan
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan
perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua
5. Retardasi mental Ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy
terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy
yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia
serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh.
Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami
kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan
20
6. Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan
F. Prognosis
dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Anak dengan
hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun, kadang diperlukan
short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya tangan dengan ukuran
lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan adanya disfungsi sensoris
di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik halus pada tangan tersebut.
Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi
cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu.
Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak
dengan tipe diplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat berjalan,
otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini.
Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar berjalan,
sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck reflex,
ekstensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat belajar
berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun akan belajar
21
G. Teknologi Fisioterapi
sebagai berikut :
1. Bobath
teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun
sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Metode NDT mempunyai
untuk memposisikan anaknya pada saat dirumah, baik itu dari cara
otak. Stimulasi yang diberikan berupa sentuhan dengan pola gerak yang
22
terstruktur. Stimulasi ini diharapkan mampu memperbaiki hubungan
H. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Assesment
diperhatikan adalah
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
2) Keluhan utama
23
Disampaikan oleh pihak pasien tentang permasalahan
c) Adanya gerakan
3) Riwayat kehamilan
dari diri ibu maupun permasalahan yang ada dari kondisi janin),
saat usia berapa ibu saat hamil, apakah ibu mengalami ketuban
4) Riwayat kelahiran
24
anak saat kelahiran, bagaimana kondisi anak saat lahir (normal
kronologi dari awal perjalanan penyakit itu ada dan disadari oleh
tertentu.
8) Riwayat obat
25
Riwayat obat adalah penjelasan dari orang tua anak tentang
9) Riwayat imunisasi
b. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran
acuh.
kadang berhayal.
26
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
2) Denyut Nadi
3) Respiratory Rate
4) Tekanan darah
5) Lingkar Kepala
27
Bertujuan untuk melihat pertumbuhan anak dilihat dari
6) Suhu Tubuh
7) Berat Badan
8) Tinggi Badan
c. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.
2) Palpasi
28
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata
Physical Therapy.
Perkembangan Usia
Hand support pada posisi prone, kepala 90˚ chin tuck 4 bulan
29
Ring sitting, unsupport 6 bulan
4) Tes Khusus
a. Asworth Scale
30
b. GMFM
c. Reflek Primitif
TLRS - Normal
31
TLRP - Normal
Walking - Normal
5) Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Fisioterapi
Problematika Fisioterapi
1) Adanya spastisitas
b. Activity Limitation
32
1) Belum bisa meraih objek
c. Participation Restriction
sebayanya.
3. Prognosa
4. Perencanaan Fisioterapi
termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui pasien atau
tujuan jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana tujuan atau
33
kondisikondisi seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan
masalah utama atau segera. Tujuan jangka panjang harus sesuai realistis
sesuai dengan patologi dan kondisi pasien. Tujuan jangka pendek dan
c. Intervensi
gerakan dan kontrol postural karena lesi dari sistem saraf pusat (SSP),
dan dapat diterapkan untuk individu dari segala usia serta semua derajat
34
Fokus NDT adalah memfasilitasi kontrol postural dan sikap postur
yang optimal. Teori yang mendasari konsep Bobath adalah sistem motor
(Tecklin, 2001).
d. Home Program
35
e. Evaluasi
36
BAB III
STATUS KLINIS
Nama : A.n F
Agama : Islam
Pekerjaan :-
1. Diagnosis Medis
Tidak ada
3. General Treatment:
C. SEGI FISIOTERAPI
1. Pemeriksaan Subjektif
37
a) Keluhan Utama
2. Pemeriksaan Objektif
1) Tekanan Darah :-
3) Pernafasan : 27x/menit
4) Temperatur : 36,5oC
5) Tinggi Badan : 95 cm
6) Berat Badan : 17 kg
B. Inspeksi
1) Statis
2) Dinamis
C. Palpasi
38
1) Tonus postural: hipotonus
2) Spastisitas: terdapat spastisitas pada siku kiri, kedua lutut dan kedua
ankle.
D. Joint test
Gerak Pasif :
39
Dorsi Full Full Elastic
E. Muscle test
1) Gerak aktif
oleh terapis.
anggota 1 2 3 4
gerak Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki
Shoulder X X X X X X X X
Elbow X X X X X X X X
Wrist X X X X X X X X
Hip X X X X X X X X
Knee T X T X T X T X
Ankle X X X X X X X X
F. Neurogical Test
40
Spinal (Phasic Moro Reflex - Normal
TLRS - - Normal
TLRP - - Normal
Walking - - Abnormal
41
G. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas
1. Kemampuan pasien
H. Pemeriksaan spesifik
1. Kemampuan sensori
2. Pemeriksaan GMFM
b. Dari hasil pemeriksaan GMFM anak berada pada Level III, karena
No Dimensi Nilai
1 A 92,1 %
2 B 81,6 %
3 C 71,4 %
4 D 0%
5 E 0%
Total 49,2%
42
3. Pemeriksaan spastisitas menggunakan asworth
Shoulder Flexi O O
Extensi O O
Adduksi O O
Abduksi O O
Elbow Flexi 1 1
Extensi O O
Wrist Flexi O O
Extensi O O
Hip Flexi O O
Extensi O O
Adduksi O O
Abduksi O O
Knee Flexi 1 1
Extensi 1 1
Ankle Plantar 1 1
Dorsi 1 1
I. Diagnosis Fisioterapi
1. Impairment
43
a. Body structure impairment
Dari segi body structure didapatkan: (1) adanya atrofi pada lengan
c. Functional limitation
2. Participation restriction
3. Program Fisioterapi
a. Jangka pendek
b. Jangka panjang
maksimal.
J. Penatalaksanaan Fisioterapi
mungkin.
Penatalaksanaan fisioterapi
44
dari dada sampai pelvic lanjutkan dari paha sampai ujung
b. Terapi Latihan
mungkin.
Penatalaksanaan fisioterapi:
45
Terapis mengarahkan pelvic tilting anterior sehingga terjadi
2. Latihan berdiri
Posisi pasein: jongkok dengan hip dan knee flexi, kaki menapak
pada kedua knee pastikan knee extensi dan postur pasien tegak.
K. Rencana evaluasi
a. XOTR
b. GMFM
c. ASWORTH
L. Prognosis
M. Evaluasi
1) XOTR
empat.
46
2) Evaluasi kemampuan fungsional dengan GMFM
Ft ke-1 Ft ke-4
d) Dimensi D 0% 0%
e) Dimensi E 0% 0%
245,1% 248,8%
Total = 49,02% = 49,76%
5 5
Ft ke-1 Ft ke-4
Siku Kiri 1 1
Tungkai 1 1
N. Hasil akhir
Pasien dengan nama FHN umur 4,8 tahun dengan diagnosa fisioterapi
spastisitas pada siku kiri dan tungkai dan hipotonus mendapatkan fisioterapi
47
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
heteroanamnesis dengan ibu pasien. Dari anamnesa tersebut diperoleh data dengan
yang sekarang pasien belum mampu berjalan. Dari anamnesis juga diperoleh data
riwayat penyakit sekarang yaitu pasien tidak langsung menangis saat lahir, berarna
Pasien atas nama FHN berumur 4,8 tahun berjenis kelamin perempuan
uraian dari kasus ini sendiri terapis menggunakan GMFM untuk mengetahui
beberapa proses pemeriksaan yang terdiri dari : (1) anamnesis, (2) kesan awal saat
bertemu pasien, (3) kemampuan sensorik, (4) kemampuan dan tidak kemapuan
terapis serta kerjasama yang baik dari pasien dan orang tua pasien. Dalam
48
A. Pemeriksaan dan pengukuran
untuk menggali data pasien melalui anamnesis dan pemeriksaan yang bertujuan
diperlukan waktu yang cukup lama karena dalam melakukan pengkajian fisioterapi
diperlukam ketelitian dari terapis serta kerja sama yang baik antara pasien dan orang
tua pasien.
a. Vital sign
b. Anamnesis
orang tua pasien yang kurang antusias dan sedikit cuek ketika ditanya
tentang anaknya, dan juga tidak ada data penunjang seperti CT-Scan.
c. Pemeriksaan spesifik
d. Pemeriksaan GMFM
49
dimensi B adalah dimensi duduk, dimensi C adalah dimensi merangkak
dan berdiri dengan lutut, dimensi D adalah dimensi berdiri dan dimensi
B. Penatalaksanaan Terapi
Terapi yang dilaksanakan pada kasus cerebral palsy spastik diplegi yaitu
dengan Bobath, Neurosenso, terapi latihan yang terdiri dari latihan kneeling, dan
sudah ada, karena melihat kondisi pasien yang spastisitas yang masih ringan dan
menjaga vital sign pasien maka terapis memberikan mobilisasi pada persendian
anggota gerak atas maupun bawah agar kondisi pasien semakin membaik dan agar
beberapa hambatan yaitu pasien dengan umur 4,8 tahun sudah berbadan besar dan
agak sulit kesulitan ketika melakukan terapi, anak sering kembali ke pola nya.
C. Hasil terapi
Pasien Cerebral palsy Spastik Diplegi didalam makalah ini telah diberikan
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan pemberian tindakan fisioterapi sebanyak 4 kali berupa Bobath,
Neurosenso, terapi latihan yaitu latihan kneeling dan latihan berdiri pada a.n FHN
yang menderita Cerebral palsy Spastik Diplegi belum memberikan effek berupa
fungsional.
B. Saran
fisioterapi, dari kendala yang ditemukan dapat dijelaskan beberapa saran untuk
adalah, pada saat latihan anak sering kali tidak semangat dan cenderung malas,
saran untuk fisioterapis yaitu sebaiknya fisioterapis menganjurkan kepada orang tua
agar bisa turut andil dalam pelaksanaan terapi karena anak akan merasa nyaman
51
DAFTAR PUSTAKA
Aker, J., & Anderson, D. (2007). AANA Journal Course - Perioperative care of
Kesehatan R.I.
Miller ED, F. (2007). Physical therapy of cerebral palsy. New York. Rogers &
http://phatophys.org/cerebralpalsy/#Pathophysiology.Tecklin, S. (2001).
52