Anda di halaman 1dari 33

Muscle Energy Technique

By
Sudaryanto, S.ST
Introduksi

• Muscle Energy Technique suatu kelompok metode


manipulasi osteopathic soft tissue yang menggabungkan
arah dan kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi
isometrik dan/atau isotonik, yang didesain untuk
memperbaiki fungsi muskuloskeletal dan menurunkan
nyeri.
• Berbagai pendapat dari pelopor MET :
– T.J. Ruddy ; rangkaian kontraksi cepat & low amplitudo
melawan tahanan  metode kerja dari Ruddy adalah
menggunakan usaha kontraksi isometrik pulsasi yang
melibatkan otot-otot intrinsik mata dalam pendekatannya.
– Fred Mitchell Snr ; mengembangkan suatu sistem metode
manipulasi dengan menggunakan otot pasien dari posisi
kontrol yang tepat dalam arah yang spesifik, melawan gaya
lawanan terapis.
– Philip Greenman ; fungsi setiap sendi dapat bergerak melalui
aksi otot yang voluntary, baik secara langsung maupun tidak
langsung dimana dapat dipengaruhi oleh prosedur muscle
energy  bertujuan untuk memanjangkan otot yang
memendek, kontraktur atau spastik; untuk memperkuat secara
fisiologis otot/group otot yang lemah; untuk menurunkan
edema yang terlokalisir; untuk menurunkan kongesti pasif dan
untuk memobilisasi sendi dengan keterbatasan mobilitasnya.
– Sandra Yale : Muscle energy techniques secara khusus efektif
pada pasien nyeri berat dari disfungsi somatic acute, seperti
pada kasus whiplash injury, atau pasien dengan spasme otot
berat dari trauma jatuh. Muscle energy techniques juga dapat
digunakan pada pasien usia tua yang memiliki keterbatasan
gerak berat akibat arthritis, atau yang memiliki tulang
osteoporosis yang rapuh.
– Edward Stiles : mengembangkan metode MET dalam praktek
klinik, dimana sekitar 80% pasiennya menggunakan metode
MET dan sisanya menggunakan metode SCS, kadang-kadang
menggabungkang antara MET dan SCS.
– J. Goodridge and W. Kuchera : menekankan pada kontraksi
yang sangat ringan, dengan pertimbangan : Lokalisasi gaya
adalah lebih penting daripada intensitas  menekankan pada
kontraksi suatu otot atau group otot yang sangat ringan dan
bergerak dalam arah spesifik, dimana usaha pasien tersebut
dilawan oleh usaha terapis sehingga tidak ada gerakan yang
terjadi (kontraksi isometrik).
Bentuk Aplikasi MET
• Ada 2 bentuk aplikasi MET yaitu postisometrik relaksasi
dan reciprocal inhibition.
– Post isometrik relaksasi ;
• Setelah otot berkontraksi maka secara automatik akan terjadi keadaan
relaks secara singkat pada fase akhir.
• Penurunan tonus akan terjadi pada otot atau group otot setelah jangka
waktu singkat dari kontraksi isometrik.
• Dengan kontraksi isometrik akan mencapai derajat kenyamanan pada
otot dan terciptanya potensial gerakan tambahan pada jaringan yang
memendek
– Reciprocal inhibition ;
• Ketika otot berkontraksi maka secara automatik antagonis akan
terinhibisi.
• Ketika suatu otot berkontraksi secara isometrik maka antagonis akan
terinhibisi dan akan menunjukkan penurunan tonus dengan cepat
setelah kontraksi tersebut.
PNF Stretching versus MET

• PNF stretching menekankan pada kontraksi kuat dan


penggunaan pola diagonal
• MET lebih menekankan pada kontraksi ringan dengan
pertimbangan :
– Derajat kekuatan kontraksi yang lebih besar dari 25 – 35%
dari gaya yang ada akan mengaktivasi atau merekrut lebih
banyak serabut otot phasic daripada serabut postural yang
cenderung memendek dan memerlukan stretching.
– Jauh lebih mudah bagi terapis untuk mengontrol kontraksi
ringan daripada kontraksi kuat, sehingga membuat MET
menjadi lebih mudah dalam penerapannya bagi terapis dan
pasien.
– Ketika kontraksi ringan diaplikasikan maka kemungkinan
sangat kurang terjadi provokasi kram, nyeri atau kerusakan
jaringan sehingga membuat MET menjadi metode yang lebih
aman dan lembut (gentle).
– Kontraksi isometrik yang sangat ringan dengan menggunakan
pernapasan dan gerakan mata itu sendiri seringkali
menghasilkan derajat relaksasi jaringan yang besar sehingga
memberikan gerakan yang bebas, serta memfasilitasi efek
stretching selanjutnya
Elemen Dasar MET (Greenman)

• Kontraksi aktif dari pasien, mulai dari posisi terkontrol


dan dalam arah yang spesifik (kearah hambatan
keterbatasan atau menjauhi hambatan keterbatasan).
• Terapis mengaplikasikan gaya lawanan yang jelas untuk
mengatasi gaya kontraksi dari pasien.
• Derajat usaha yang dihasilkan harus terkontrol yaitu
cukup untuk memperoleh efek tetapi tidak cukup besar
untuk menyebabkan trauma atau kesulitan dalam
mengontrol usaha tersebut.
• Intisari MET :
– Menggunakan energi dari pasien dan dilakukan dengan
berbagai cara/metode.
– Bergantung pada kebutuhan tertentu dari kasus.
• Keberhasilan aplikasi MET bergantung pada :
– Akurasi diagnosis.
– level gaya yang tepat.
– Lokalisasi gaya yang cukup.
Aplikasi MET pada Sendi

• Ada berbagai penghambat gerak berdasarkan endfeel


yang ditemukan seperti nyeri/inflamasi, muscle guard,
atau kontraktur kapsul-ligamen.
• Lewit menjelaskan bahwa ketegangan otot itu sendiri
dapat membatasi gerak pasif, dan lesi artikular secara
reguler berhubungan dengan peningkatan ketegangan
otot.
• Beberapa fakta menunjukkan bahwa beberapa
keterbatasan sendi bukan dihasilkan oleh perubahan
jaringan lunak, tetapi karena terdapat joint play yang
terbatas.
• Problem jaringan lunak pada keterbatasan sendi lebih
besar sebagai problem sekunder daripada sebagai faktor
primer pada kondisi disfungsi pola nyeri dan/atau
keterbatasan lingkup gerak sendi (blockage).
• Dengan melibatkan penghambat tersebut melalui MET
(derajat usaha isometrik yang tepat) maka hambatan
tersebut umumnya dapat terlepas kembali.
• Mekanisme pelaksanaan MET pada sendi masih
menggunakan PIR dan reciprocal inhibition, kemudian
digunakan mobilisasi sendi setelah kontraksi isometrik
sampai mencapai pembatas baru (ROM baru) tanpa
adanya force/paksaan.
• Manfaat dari MET pada sendi yang terbatas oleh
berbagai patologi adalah
– Melepaskan jaringan lunak yang guarding atau spasme
melalui PIR atau reciprocal inhibition
– Melepaskan hambatan gerak joint play melalui mobilisasi
sendi pasca kontraksi.
• Kriteria sederhana aplikasi MET pada keterbatasan
sendi (Sandra Yates) :
– Sendi harus diposisikan pada hambatan fisiologis (spesifik
pada 3 bidang gerak jika terjadi pada segmen spinal : fleksi
atau ekstensi, lateral fleksi dan rotasi).
– Pasien harus diminta untuk mengontraksikan otot secara
statik kearah kebebasan gerak sambil terapis memberikan
tahanan secukupnya  Yates menganjurkan bahwa kontraksi
harus dipertahankan selama 3 detik, ahli MET lainnya 10
detik.
– Pasien diminta untuk relaks selama 2 detik diantara usaha
kontraksi ; waktu tersebut digunakan terapis untuk
memberikan mobilisasi sendi kearah hambatan gerakan baru.
– Proses ini diulang sampai tercapai kebebasan gerakan, atau
sampai tidak ada pencapaian yang lebih jauh setelah
kontraksi.
MET Cervical
Prosedur pelaksanaan
MET untuk disfungsi CO-C1 • Pasien tidur terlentang.
• Satu tangan terapis menyanggah occiput,
dan tangan lain terapis pada bagian inferior
dagu pasien.
• Segmen C0-C3 dibawa kearah patologi
barrier.
• Pasien diminta menggerakkan occiput
kearah ekstensi sambil terapis memberikan
tahanan isometrik, tarik napas dan gerakkan
kedua mata keatas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif tangan terapis
melakukan mobilisasi occiput kearah fleksi
sambil kedua mata pasien menghadap ke
bawah.
MET untuk disfungsi C0-C1

Prosedur pelaksanaan
• Pasien tidur terlentang.
• Satu tangan terapis menyanggah occiput,
dan tangan lain terapis pada bagian
inferior dagu pasien.
• Segmen C0-C3 dibawa kearah patologi
barrier.
• Pasien diminta menggerakkan occiput
kearah ekstensi sambil terapis
memberikan tahanan isometrik, tarik
napas dan gerakkan kedua mata keatas
secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif tangan
terapis melakukan mobilisasi occiput
kearah fleksi sambil kedua mata pasien
menghadap ke bawah.
MET untuk disfungsi C1-C2

Prosedur pelaksanaan
• Pasien bisa duduk atau tidur terlentang.
• Kepala pasien diposisikan fleksi, satu tangan
terapis di occiput dan tangan lainnya pada
segmen C3-C7 (posisi duduk) ; satu tangan
terapis disegmen C2-3 dan tangan lainnya pada
sisi mandibula (posisi terlentang).
• Segmen C1-C2 dibawa kearah patologi barrier
(kearah rotasi).
• Pasien diminta menggerakkan occiput kearah
rotasi kontralateral sambil terapis memberikan
tahanan isometrik, tarik napas dan gerakkan
kedua mata kesamping secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5 detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis melakukan
mobilisasi occiput kearah rotasi sambil kedua
mata pasien mengikuti gerak rotasi tersebut.
MET untuk disfungsi rotasi C3-C7

Prosedur pelaksanaan
• Pasien bisa duduk atau tidur terlentang.
• Kepala-leher pasien dirotasikan sampai pada
patologi barrier, satu tangan terapis di segmen
cerivcal yang patologi dan tangan lainnya pada
segmen dibawahnya (duduk) ; satu tangan
terapis pada segmen yang patologi dan tangan
lainnya pada mandibula – dagu pasien (tidur).
• Pasien diminta menggerakkan kepala-leher
kearah rotasi kontralateral sambil terapis
memberikan tahanan isometrik, tarik napas
dan gerakkan kedua mata kesamping secara
simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5 detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis
melakukan mobilisasi leher (segmen yang
patologi) kearah rotasi sambil kedua mata
pasien mengikuti gerak rotasi tersebut (duduk)
; satu tangan melakukan glide pada pilar
articular sambil rotasi pasif segmen tersebut.
MET untuk disfungsi lateral fleksi C3 – C7

Prosedur pelaksanaan
• Pasien tidur terlentang.
• Satu tangan terapis di occiput dan tangan
lainnya pada segmen cervical yang patologi ;
kepala-leher pasien diposisikan fleksi atau
ekstensi + lateral fleksi sampai pada patologi
barrier.
• Pasien diminta menggerakkan kepala-leher
kearah lateral fleksi kontralateral sambil terapis
memberikan tahanan isometrik, tarik napas
secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5 detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis di occiput
melakukan mobilisasi cervical kearah lateral
fleksi disertai lateral glide pada segmen yang
patologi oleh tangan lainnya.
MET untuk disfungsi ekstensi C6-T4

Prosedur pelaksanaan
• Pasien tidur terlentang dengan ke2 tangan
dibelakang leher untuk menyanggah leher.
• Satu tangan terapis dibawah segmen upper
Thoracal (e.g. T3-T4), tangan lain di elbow
pasien ; segmen C6-T4 digerakkan sampai
pada patologi barrier.
• Pasien diminta melawan dorongan tangan
terapis pada elbow pasien (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis di
elbow mendorong ke bawah sampai terjadi
ekstensi upper thoracal dan memberikan
tekanan.
MET Thoracal
MET untuk disfungsi extensi T4-T10 MET untuk disfungsi extensi T4-T10
(posisi awal) (langkah kedua)
MET untuk disfungsi extensi T4-T10 Prosedur pelaksanaan
(posisi akhir)
• Pasien tidur terlentang dengan ke2 tangan
dibelakang leher untuk menyanggah leher.
• Satu tangan terapis dibawah segmen
Thoracal (e.g. T6-T7), tangan lain di elbow
pasien ; segmen T4-T10 digerakkan sampai
pada patologi barrier.
• Pasien diminta melawan dorongan tangan
terapis pada elbow pasien (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif tangan
terapis di elbow mendorong ke bawah
sampai terjadi ekstensi thoracal dan
memberikan tekanan.
MET untuk disfungsi costotransversal MET untuk disfungsi costotransversal
(posisi awal) (langkah kedua)
Prosedur pelaksanaan

MET untuk disfungsi costotransversal • Pasien tidur terlentang dengan ke2 tangan
(posisi akhir) menyilang didepan dadanya.
• Satu tangan terapis dibawah
costotransversal (tergantung segmen yang
patologi), tangan lain di elbow pasien ;
segmen costotransversal digerakkan
sampai pada patologi barrier.
• Pasien diminta melawan dorongan tangan
terapis yang melakukan rotasi melalui
elbow pasien (tahanan isometrik), tarik
napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif tangan
terapis di elbow mendorong ke bawah
sampai terjadi rotasi-ekstensi thoracal dan
memberikan tekanan.
Prosedur pelaksanaan
MET untuk disfungsi rotasi-anterior
costotransversal
• Pasien tidur miring dengan badan
dirotasikan sampai patologi barrier.
• Satu tangan terapis memfiksasi shoulder
pasien, tangan lain pada segmen
costotransversal yang patologi.
• Pasien diminta melawan tangan terapis
yang melakukan rotasi thoracal +
costotransversal (tahanan isometrik), tarik
napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif tangan
terapis pada segmen costotransversal yang
patologi mendorong ke rotasi ventral.
MET untuk disfungsi rotasi T4-T10

Prosedur pelaksanaan

• Pasien tidur miring dengan badan dirotasikan


sampai patologi barrier.
• Satu ibu jari tangan terapis memfiksasi
segmen Th diatas segmen yang patologi,
tangan lain pada segmen yang patologi.
• Pasien diminta melawan lengan terapis yang
melakukan rotasi thoracal (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis pada
segmen yang patologi mendorong ke rotasi
ventral.
MET Lumbal
MET untuk disfungsi fleksi lumbal

Prosedur pelaksanaan

• Pasien tidur miring dengan badan


difleksikan sampai patologi barrier.
• Satu tangan terapis memfiksasi segmen
lumbal atas, tangan lain pada segmen
lumbal bawah (L5-S1).
• Pasien diminta melawan lengan terapis
yang melakukan fleksi trunk (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif tangan
terapis pada segmen lumbal bawah
menggerakkan kearah fleksi-rotasi ventral.
MET untuk disfungsi extensi-rotasi lumbal

Prosedur pelaksanaan

• Pasien tidur miring dengan badan dirotasikan


sampai patologi barrier.
• Satu ibu jari tangan terapis memfiksasi
segmen lumbal diatas segmen yang patologi,
tangan lain pada segmen lumbal yang
patologi.
• Pasien diminta melawan lengan terapis yang
melakukan rotasi thoracolumbal (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis pada
segmen yang patologi mendorong ke rotasi
ventral.
MET SIJ
MET untuk disfungsi nutasi sacrum

Prosedur pelaksanaan

• Pasien tidur miring dengan badan


difleksikan + rotasi sampai patologi barrier.
• Kedua tangan terapis memfiksasi segmen
lumbosacral dan sacrum.
• Pasien diminta melawan lengan terapis yang
melakukan rotasi pelvic (tahanan isometrik),
tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif kedua tangan
terapis menggerakkan pelvic kearah rotasi
ventral.
MET untuk disfungsi nutasi sacrum Prosedur pelaksanaan
• Pasien tidur terlentang dengan fleksi hip
pada sisi yang sehat dan dan extensi hip
pada sisi yang sakit.
• Satu tangan terapis pada ventral proximal
tibia, tangan yang lain pada ventral distal
femur.
• Pasien diminta melawan tangan terapis
yang melakukan extensi hip (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif satu tangan
terapis menggerakkan hip kearah extensi
sejauh mungkin.
MET untuk disfungsi anterio Prosedur pelaksanaan
innominate pelvic
• Pasien tidur tengkurap.
• Satu tangan terapis memfiksasi ilium
dorsal sisi SIJ yang sakit, tangan yang lain
pada ventral distal paha untuk melakukan
extensi hip.
• Pasien diminta melawan tangan terapis
yang melakukan extensi hip (tahanan
isometrik), tarik napas secara simultan.
• Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
• Pasca kontraksi hembuskan napas dan
relaks, kemudian secara pasif satu tangan
terapis menggerakkan hip kearah extensi
sejauh mungkin sambil menekan ilium ke
antero-lateral.

Anda mungkin juga menyukai