Anda di halaman 1dari 11

Judul ROLE OF ELECTRICAL STIMULATION ADDED TO CONVENTIONAL THERAPY IN PATIENTS WITH

IDIOPATHIC FACIAL (BELL) PALSY

Jurnal American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Volume &Halaman Vol. 94, No. 3

Tahun Maret 2015

Penulis Figen Tuncay, MD, PNnar Borman, MD, Burcu Tas$er, MD, Ilhan U nlu , MD, Erdal Samim, MD

1. Alfian Indrayuda (1702631005)


2. Ni Wayan Mira Resdiani (1702631013)
Reviewer
3. Dewa Ayu Puspitasari
4. Ni Putu Dyan Padmayani (1702631051)

Tanggal 24 Oktober 2017

Idiopatik Bells Palsy adalah lesi saraf perifer dari nervus cranialis dan mononeuropati yang paling sering terjadi.
Tujuan Penelitian Gejala klinis yang muncul dari facial nerve palsy tergantung dari lokasi, patofisiologi dan keparahan dari lesi.
Meskipun duapertiga pasien mengalami penyembuhan dengan baik dalam waktu 3 bulan, gejala sisa mungkin
terjadi sekitar sepertiga dari pasien dan sekitar 5% mengalami kecacatan yang serius dan sekuele permanen.
Terapi pemanasan lokal, exercise wajah, massage atau tapping untuk mengangkat otot wajah yang lemah adalah
terapi yang dapat dipilih untuk pasien Bells Palsy. Electrical Stimulation (ES) kemudian ditambahkan (atau
paling tidak digunakan oleh praktisi di beberapa negara) sebagai intervensi klinis pada Bells Palsy, tetapi
evidence atau dasar untuk mendukung penggunaan Electrical Stimulation masih terbatas dan ada kontroversi
mengenai apakah ES dengan berbagai bentuk dapat sangat membantu, tidak memiliki efek substansial, atau dapat
membahayakan pasien dengan Bells Palsy.
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengevaluasi efek dari penambahan Electrical Stimulation pada fisioterapi konensional pada masa
awal pemulihan Bells Palsy secara klinis, fungsional, dan pengukuran hasil elektrofisiologis
2. Sebagai pedoman untuk fisioterapis agar terjadi keseragaman treatment dalam program pemulihan Bells
Palsy
Subjek penelitian ini adalah 60 pasien Bells Palsy, yang direkrut dari Department of Physical Medicine and
Rehabilitation and the Department of Otorhinolaryngology, Ankara Training and Research Hospital dari Maret
2010 sampai Mei 2012. 73 pasien dengan Bells Palsy direkrut dalam penelitian ini, dan 60 pasien secara
berurutan terdaftar. 6 pasien dikeluarkan sebelum penelitian dimulai dan 7 pasien dikeluarkan saat follow-up visit.
Subjek Penelitian Pasien diacak menjadi dua kelompok dengan cara memilih amplop tertutup dalam kotak. Seluruh pasien telah
diassesment oleh dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan yang sama
Semua pasien diobati dengan oral corticosteriod, dimulai dari dosis 60mg/hari dalam 48 jam awal setelah onset
dari gejala dan secara progresif diturunkan dalam 10 hari.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :
- Pasien dengan idiopatik Facial Paralysis dengan onset 48 jam
- Jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan usia 18 79 tahun
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
- Pasien dengan penyakit saraf pusat
- Pasien dengan diabetes militus
- Pasien dengan infeksi virus varicella zoster
- Pasien dengan facial paralysis berulang
- Pasien yang tidak patuh dan pasien yang tidak datang saat follow-up
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pedoman randomized controled trial yang merupakan
Metode Penelitian
sebuah studi prospektif

Definisi Operasional Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Hasil Rehabilitasi pasien Bells Palsy. Hasil rehabilitasi yang
Dependen mencakup: 1) Functional outcome, 2) Electrophysiologic outcome, 3) Physical and social/well-being function.

Cara & Alat Mengukur Variabel Untuk mengukur variabel dependen dilakukan tes sebagai berikut:
Dependen - House-Brackmann (HB) scale and Facial Disability Index (FDI) digunakan untuk mengukur kemampuan
fungsional wajah / Functional outcome
- Compound Muscle Action Potentials (CMAPs) untuk mengukur Electrophysiologic outcome yang
didefinisikan dalam latency dan amplitudo dari otot frontalis dan orbicularis oris
- Facial Disability Index (FDI) digunakan untuk mengukur fungsi fisik dan kemampuan sosial
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

Definisi Operasional Variabel - Electrical Stimulation adalah suatu teknik yang memanfaatkan arus listrik untuk mengaktifkan saraf

Independen penggerak otot dan ekstremitas. Stimulasi listrik menyebabkan otot tunggal atau sekumpulan otot
berkontraksi. Arus searah adalah arus listrik yang arahnya selalu tetap terhadap waktu. Arus listrik ini
bergerak dari kutub yang selalu sama, yaitu dari kutub positif ke kutub negative.
Langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Pelaksanaan
Seluruh pasien diinstruksikan untuk menjaga mata mereka dan diedukasi mengenai strategi kompensasi,
postur dan modifikasi diet. Pasien juga diinstruksikan untuk melakukan latihan ekspresi wajah yang benar
dan meniup balon serta mengunyyah permen karet pada sisi wajah yang lemah. Perlakuan dengan physical
Langkahlangkah Penelitian therapy dan Electrical Stimulation dimulai pada minggu ke-4 setelah diagnosa dilakukan. Pasien pada
kelompok 1 (n=28) mendapatkan treatment fisioterapi konvensional yaitu pemberian hot pack, massage
pada otot wajah dan latihan ekspresi wajah didepan cermin sebanyak 5 kali seminggu. Pasien pada
kelompok 2 (n=32) mendapatkan Electrical Stimulation dan fisioterapi konensional seperti pada kelompok
1. Electrical Stimulation yang diberikan dengan gelombang monophasic dengan pulse duration 100msec,
interpulse interval 300msec dan pulse rate 2,5 pulse/sec. Electrical Stimulation diproduksi oleh Dynatron
438 device (Enraf, Germany) yang dihantarkan dengan elektoda karet-karbon, anoda 3cm ditempatkan
diatas otot dan katoda 7cm ditempatkan pada proksimal arm yang sesisi. ES diaplikasikan pada 11 otot
wajah (frontalis, corrugator supercilii, palpebral part of orbicularis oculi, levator labii superioris alaeque
nasi, levator labii superioris, levator anguli oris, risorius, orbicularis oris, depressor anguli oris, depressor
labii inferioris, and levator menti) dilakukan 3 set dengan minimal 30 kontraksi, 5 kali seminggu.
Perlakuan pada kedua kelompok dilakukan oleh fisioterapis yang sama.
2. Evaluasi klinis dan fungsional
Selama pemeriksaan klinis kemampuan pasien untuk mengerutkan dahi, menutup mata dan tersenyum
dievaluasi. Ketidak simetrisan stasik dan dinamis dari wajah diperiksa dan kekuatan otot dites secara
manual. Penilaian fungsional nervus fasialis menggunakan skala HB (grade 1 normal sampai grade VI
paralisis total). Penilaian fungsional fisik dan sosial / kesejahteraanndilakukan dengan menggunakan FDI.
FDI adalah sebuah laporan individu, instrumen khusus tentang penyakit yang dirancang untuk
memberikan informasi tentang kecacatan kepada klinisi dan berhubungan dengan kesejahteraan sosial dan
emosional pada pasien dengan facial nerve palsy. Gerakan volunter / gerakan sadar dinilai pada skala 1
sampai 5, dengan 1 mewakili tidak ada gerakan dan 5 menunjukkan gerakan wajah sama dengan
pergerakan sisi yang sehat. Hasil pengukuran dikumpulkan sebelum terapi pada minggu keempat setelah
terjadinya kelumpuhan dan 12 minggu setelah terapi.
3. Evaluasi Elektrofisiologis
Penilaian konduksi saraf motorik dan electromyigraphy dilakukan antara hari ke 21 dan hari ke 30 untuk
mengetahui adanya tanda denerasi dan menentukan adanya degenerasi aksonal. Konduksi saraf motorik
direkam melalui dua jarum elektroda konsentrik dimana salah satu jarum tersebut ditempatkan pada 2 cm
diatas level otot frontalis dan 2 cm dibawal bibir dan 2 cm disamping garis tengah otot orbicularis oris.
Elektroda yang lain ditempatkan pada bagian proksimal ekstremitas pada sisi yang sama. Penempatan
jarum elektroda menggunakan prinsip tendon-belly. Distal motor latency diukur dari onset stimulus dari
CAMP. Semua subjek dites dalam posisi supinasi menggunakan Nihon Kohden Neuropack M1 QP-954
BK equipment (Tokyo, Japan) dengan standar pengaturan filter 2-10 kHz. Semua penilaian menggunakan
jarum electromyographic dilakukan oleh satu orang yang sama yang sama sekali tidak tau identitas dan
data klinis pasien.
Dari 60 pasien (rata-rata usia 44.8 17.6 tahun, range 18-79 tahun) yang diteliti didapatkan hasil sebagai berikut::

Hasil Penelitian

Rata-rata usia, indeks masa tubuh, jenis kealamin, sisi yang mengalami kelamahan, dan durasi dari gejala dari
kedua grup dapat dilihat pada tabel 1.
Pada tabel 2 untuk hasil post treatment dari HB score, didapatkan bahwa kelompok kedua lebih baik dari
kelompok pertama (p=0.03)
Nilai dari FDI memperlihatkan fungsional status mengalami peningkatan yang signifikan pada kedua kelompok
tetapi nilai posttreatment dari kelompok 2 secara statistik lebih besar dari kelompok 1. Kemampuan gerak aktif
dari otot wajah juga meningkat pada kedua kelompok yang ditunjukan oleh hasil penilaian dari FDI. Pada tabel 4
dijelaskan bahwa terjadi penurunan latency yang signifikan pada kelompok 1 dan terjadi peningkatan amplitudo
serta penurunan latency yang significan pada kelompok 2. Dimana perbandingan pretreatment dan posttreatmen
dari kedua kelompok sangat singnifikan.

Pembahasan ES telah mencapai pengakuan sebagai metode yang sesuai pada parsial nerve palsy dan telah digunakan untuk
meminimalkan atrofi dan mempertahankan sifat kontraktil dari otot-ototnya. Jika memang ada manfaat ES, ini
mungkin merupakan hasil dari peningkatan reinnervation dan / atau membantu mempertahankan unit motor yang
ada. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Targan et al yang meneliti monophasic short-duration 86-Hsec
pulses dengan intensitas rendah hanya pada 4 otot wajah pada pasien bells palsy kronik. Setelah 6 bulan terjadi
peningkatan fungsional yang signifikan yang dinilai menggunakan HB score. Penelitian serupa juga dilakukan
oleh Farragher et al yang meneliti electrical stimulation pada chronic Bells palsy. Farragher et al menyebutkan
keuntungan dari ES ketika ditambahkan pada facial exercise dam massage, namun dalam penelitian ini tidak
memiliki kelompok kontrol. Mosforth et al meneliti 86 pasien dengan akut Bells Palsy menggunakan ES dengan
duration pulse 100 msec diberikan selama 6 bulan dan tidak ada kelompok kontrol. Hasil dari penelitian tersebut
adalah terjadinya recovery yang lebih baik pada pasien yang mendapatkan terapi ES.
Kekuatan penelitian ini adalah Tinjauan hasil yang mencakup evaluasi fungsional dan evaluasi electrophysiologic
Kekuatan Penelitian pada pasien Bells Palsy memberikan bukti-bukti ilmiah sehingga penelitian ini bisa dijadikan acuan/pedoman
untuk praktek klinis rehabilitasi Bells Palsy
Kelemahan penelitian ini adalah belum mencakup untuk menentukan dosis yang benar, intensitas stimulasi,
Kelemahan Penelitian
frekuens atau jumlah perawatan ES yang dibutuhkan pada pasien BP untuk memaksimalkan pemulihan

Anda mungkin juga menyukai