PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan
bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.
Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi
epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola atau struktur
penduduk. Sedangkan transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan dalam
pola kesehatan dan pola penyakit dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit
infeksi sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
meningkat, salah satunya adalah penyakit osteoarthritis.Gejala yang paling umum
terjadi pada pasien osteoarthritis adalah kekakuan sendi sesaat pada pagi hari,
terjadinya penguncian pada sendi, ketidakstabilan pada sendi serta nyeri pada sendi.
Nyeri menjadi ciri utama serta penyebab dari berkurangnya kemampuan aktivitas
pasien. Rasa sakit atau nyeri biasanya cenderung memburuk pada saat aktivitas.
Hal inilah yang mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan saat melakukan
aktivitas.
Total knee replacement merupakan pengobatan yang aman untuk
mengurangi rasa sakit dan memulihkan fungsi fisik pada pasien dengan kondisi
osteoarthtritis parah yang tidak bisa di pelihara dengan terapi fisik. Setiap tahun ada
lebih dari 500.000 prosedur operasi Total knee replacement dilakukan di Amerika
Serikat, hal ini diperkirakan bahwa pada tahun 2030 volume prosedure operasi TKR
meningkat menjadi lebih dari 3,48 juta per tahun akibat penuaan dini dan
meningkatnya obesitas (Minesota, 2010). Pada operasi total knee replacement juga
menimbulkan beberapa problem setelah operasi, 37 % dari pasien merasakan nyeri
dan keterbatasan gerak fungsional setelah operasi, keterbatasan yang paling umum
adalah pasien kesulitan untuk berjalan, kesulitan untuk naik turun tangga dan
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas olahraga yang sama saat sebelum
operasi (Sara, 2010). Dibutuhkan penanganan yang tepat pada kasus post operasi
TKR sehingga tidak pasien dapat kembali beraktivitas dengan normal. Salah satu
hadist menjelaskan“Carilah obat wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya
Allah tidak memberikan satu penyakit pun melainkan Dia telah memberikan
penawar (obat) kecuali penyakit pikun" (HR Bukhari). Oleh karena itu penulis
mengambil judul “ Penatalaksanaan Fisioterapis pada Kasus Post Operasi Total
Knee Replacement et causa Osteoarthritis dengan Modalitas Terapi Latihan di RS
Orthopedi Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditemukan rumusan masalah sebagai
berikut: bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus post operasi Total Knee
Replacement di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus post operasi post operasi Total Knee Replacement di Rumah
Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: (1) bagi
fisioterapi untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus post operasi post operasi Total Knee Replacement, (2) bagi
masyarakat dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai gambaran
tentang post operasi Total Knee Replacement dan penanganannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. DEFINISI
Sendi lutut adalah hinge joint atau sendi engsel yang memfasilitasi gerakan
pada paha dan anggota gerak tubuh bawah. Sendi lutut terdiri dari 3 tulang, yakni tulang
paha (femur), tulang kering (tibia) dan tulang tempurung lutut (patella). Fungsi
tempurung lutut adalah untuk mengurangi atau menyerap daya tekanan pada otot-otot
tersebut.
b. Etiologi
Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR antara lain:
a) Pasien-pasien yang menderita osteoarthritis berat
b) Sakit lutut yang dialami pasien setiap hari, terutama bila berjalan >100m
c) Sakit sampai membatasi pergerakan untuk aktivitas sehari-hari
d) Kekakuan sendi yang signifikan
e) Ketidakstabilan sendi lutut saat berjalan
f) Kelainan deformitas yang menonjol seperti kaki O atau X
g) fraktur kolum femoralis
h) kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya (kerusakan prostesis,
osteotomi, penggantian kaput femoris)
c. Patofisiologi
Tindakan TKR paling sering dilakukan pada pasien dengan penyakit
osteoarthritis tingkat lanjut. Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang
disebabkan oleh kerusakan progresif tulang rawan yang mengakibatkan
hilangnya pelapis permukaan tulang sehingga menimbulkan rasa nyeri jika
terjadi setuhan antara tulang dengan tulang.
Penghancuran osteoarthritis lutut adalah alasan umum untuk total knee
replacement. Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan. Gejala
osteoarthritis biasanya muncul pada usia tua. Kartilago yang terkena
menjadi kasar dan rata. Akan menjadi parah saat kartilago menghilang
ketika terjadi gesekan tulang. Spur pada tulang biasanya tumbuh di sekitar
sendi.
Operasi dilakukan dengan anastesi umum. Dokter ortopedi akan
membuat insisi di sendi lutut yang terkena. Patellanya dipindah (diambil
dari tempatnya) kemudian ujung femur dan tibia dipotong agar sesuai
dengan protesa. Demikian pula permukaan bawah patella dipotong untuk
memungkinkan penempatan protesa tersebut.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut(arthroplasty), bagian
ujung-ujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastic (polyethylene).
Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga bagian tulang pada sendi lutut
akan di buang. Kemudian permukaan tulang tersebut baru akan dilapisi
dengan implant.
Permukaan tulang atas akan diganti dengan suatu bagian logam bulat
yang hampir menyerupai lekuk tulang asli. Permukaan tulang bawah diganti
dengan logam yang datar dan dialasi pula dengan plastik (polyethylene)
yang berperan sebagai tulang rawan. Bagian bawah tempurung lutut juga
bisa diganti dengan plastik (polyethylene).
Gambar hasil foto rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan TKR
Gambaran radiografik yang menyokong adalah penyempitan celah sendi yang sering
kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan
densitas (sklerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan
perubahan struktur anatomi sendi.
BAB III
STATUS KLINIS
Nama :Ny.M
Umur : 51 th
Agama : Islam
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada pada kedua lututnya, tetapi
terasa lebih nyeri pada lutut kanannya.
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan)
a. Statis :
Pada posisi pasien tidur terlentang
di dapat hasil :
o Gerak aktif
o Gerak pasif
Terdapat nyeri pada lutut kanan bagian depan sebelah medial. Terdapat
penurunan kekuatan otot.
c. Pemeriksaan Gerak Pasif Accessory
Tidak dilakukan.
5. Muscle Test
lingkar otot)
Fleksor Knee 3 4
Ekstensor Knee 3 4
Adductor hip 3 4
Abduksi 3 4
Ekstensor hip 3 4
6. Neurological Test
(Pemeriksaan reflek, myotom tes, dermatom tes, Straight Leg Raising, dll)
Pemeriksaan dermatome
Dalam hal ini antara area lutut kanan dan kiri tidak mengalami gangguna
sensorik
7. Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas
o Kemampuan Fungsional
o Lingkungan Aktivitas
8. Pemeriksaan Spesifik
Posisi Derajat
Diam 1
Nyeri
Gerak 3
Tekan 3
Pengukuran antopometri
1 Appereance length 37 cm 36 cm
Berat badan : 62 Kg
62/(1.6)2
= 24,21
Pemeriksaan Skala Jette
3
Nyeri
3
Kesulitan
2
Berdiri dari posisi duduk
Ketergantungan
3
Nyeri
2
Kesulitan
2
Berjalan 15 meter
Ketergantungan
3
Nyeri
3
Kesulitan
2
Naik tangga tiga trap
Ketergantungan
C. UNDERLYING PROCCESS
(CLINICAL REASONING)
DEGENERASI
TKR
1. impairment
Nyeri pada lutut kanan
keterbatasan LGS pada lutut kanan oedema.
Spasme otot quadriceps, hamstring dan adductor
Terdapat perbedaan panjang tungkai
Penurunan kekuatan otot quadriceps dan abdominal
Belum mampu menekuk lutut secara maksimal
2. Functional Limitation
E. PROGRAM FISIOTERAPI
Mangurangi nyeri
Peningkatan kekuatan otot
Peningkatan lingkup gerak sendi
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi
a. Brething exercise
b. Ankle pumping exercise
c. ROM exercise
d. Active exercise
e. Core stability
f. Sitting exercise
g. Standing exercise
h. Walking exercise
F. RENCANA EVALUASI
G. PROGNOSIS
H. PELAKSANAAN TERAPI
T1 T4
Nyeri diam 1 0
Nyeri gerak 3 3
Nyeri tekan 4 3
FT 1 FT 2
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kelompok otot
Fleksor knee 3 4 3 4
Ekstensor knee 3 4 3+ 4
Fleksor hip 3 4 3 4
Adductor hip 3 4 3 4
Abductor hip 3 4 3 4
Dorsi fleksi ankle 4 4 4 4
Plantar fleksi ankle 4 4 4 4
HASIL EVALUASI PEMERIKSAAN SKALA JETTE
2
Nyeri
1
Kesulitan
1
Berdiri dari posisi duduk
Ketergantungan
2
Nyeri
1
Kesulitan
1
Berjalan 15 meter
Ketergantungan
3
Nyeri
2
Kesulitan
2
Naik tangga tiga trap
Ketergantungan
J. HASIL TERAPI AKHIR
Pasein dengan nama ny M usia 51 tahun dengan diagnose fisioterapi mengalami nyeri,
keterbatasan LGS arah fleksi knee dikarenakan post TKR e.c osteoarthritis genu bilateral dengan
dilakukan interves=nsi fisioterapi sebanyak 4 kali didapatkan hasil sebagai berikut:
A. KESIMPULAN
Pasien atas nama Ny. M umur 51 th dengan Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kondisi Pasca Operasi Total Knee Replacemant Sinistra dengan Modalitas
Terapi Latihan setelah mendapatkan terapi dengan modalitas terapi latihan
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Setalah mendapatkan 4x terapi nyeri gerak berkurang dan nyeri tekan
berkurang.
2. Setalah mendapatkan 4x terapi untuk lingkup gerak sendi ada perubahan
namun belum signifikan.
3. Setelah mendapatkan 4x terapi kemampuan fungsional yang di test dengan
skala jette terdapat perubahan
4. Setelah mendapatkan 4x terapi kekuatan otot pasien belum ada perubahan.
B. SARAN
Pada akhir makalah ini penulis ingin mengembangkan saran-saran berkaitan dengan
kondisi Pasca Operasi Total Knee Replacement agar keberhasilan dalam
penanganan tercapai.
1. Saran untuk fisioterapis
a. Hendaknya melakukan pemeriksaan dengan teliti sehingga dapat
menegakkan diagnosis, menentukan problematika, menentukan tujuan
fisioterapi yang sesuai dan memberikan intervensi yang tepat dan efektif
bagi penderita
b. Hendaknya meningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan kondisi TKR karena tidak menutup
kemungkinan adanya terobosan baru dalam suatu pengobatan yang
membutuhkan pemahaman lebih lanjut.
2. Saran untuk pasien
Disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, melakukan latihan-latihan
yang telah diajarkan fisioterapi dirumah, dan dianjurkan untuk menggunakan
WC duduk.
3. Saran untuk keluarga pasien
Keluarga pasien diminta terus memberikan motivasi kepada pasien untuk
melakukan terapi dan ikut mengawasi pasien dalam berlatih dirumah.