Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan
bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.
Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi
epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola atau struktur
penduduk. Sedangkan transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan dalam
pola kesehatan dan pola penyakit dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit
infeksi sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
meningkat, salah satunya adalah penyakit osteoarthritis.Gejala yang paling umum
terjadi pada pasien osteoarthritis adalah kekakuan sendi sesaat pada pagi hari,
terjadinya penguncian pada sendi, ketidakstabilan pada sendi serta nyeri pada sendi.
Nyeri menjadi ciri utama serta penyebab dari berkurangnya kemampuan aktivitas
pasien. Rasa sakit atau nyeri biasanya cenderung memburuk pada saat aktivitas.
Hal inilah yang mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan saat melakukan
aktivitas.
Total knee replacement merupakan pengobatan yang aman untuk
mengurangi rasa sakit dan memulihkan fungsi fisik pada pasien dengan kondisi
osteoarthtritis parah yang tidak bisa di pelihara dengan terapi fisik. Setiap tahun ada
lebih dari 500.000 prosedur operasi Total knee replacement dilakukan di Amerika
Serikat, hal ini diperkirakan bahwa pada tahun 2030 volume prosedure operasi TKR
meningkat menjadi lebih dari 3,48 juta per tahun akibat penuaan dini dan
meningkatnya obesitas (Minesota, 2010). Pada operasi total knee replacement juga
menimbulkan beberapa problem setelah operasi, 37 % dari pasien merasakan nyeri
dan keterbatasan gerak fungsional setelah operasi, keterbatasan yang paling umum
adalah pasien kesulitan untuk berjalan, kesulitan untuk naik turun tangga dan
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas olahraga yang sama saat sebelum
operasi (Sara, 2010). Dibutuhkan penanganan yang tepat pada kasus post operasi
TKR sehingga tidak pasien dapat kembali beraktivitas dengan normal. Salah satu
hadist menjelaskan“Carilah obat wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya
Allah tidak memberikan satu penyakit pun melainkan Dia telah memberikan
penawar (obat) kecuali penyakit pikun" (HR Bukhari). Oleh karena itu penulis
mengambil judul “ Penatalaksanaan Fisioterapis pada Kasus Post Operasi Total
Knee Replacement et causa Osteoarthritis dengan Modalitas Terapi Latihan di RS
Orthopedi Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditemukan rumusan masalah sebagai
berikut: bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus post operasi Total Knee
Replacement di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus post operasi post operasi Total Knee Replacement di Rumah
Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: (1) bagi
fisioterapi untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus post operasi post operasi Total Knee Replacement, (2) bagi
masyarakat dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai gambaran
tentang post operasi Total Knee Replacement dan penanganannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. DEFINISI
Sendi lutut adalah hinge joint atau sendi engsel yang memfasilitasi gerakan
pada paha dan anggota gerak tubuh bawah. Sendi lutut terdiri dari 3 tulang, yakni tulang
paha (femur), tulang kering (tibia) dan tulang tempurung lutut (patella). Fungsi
tempurung lutut adalah untuk mengurangi atau menyerap daya tekanan pada otot-otot
tersebut.

Sendi lutut yang normal memiliki permukaan ujung tulang-tulang dilapisi


tulang rawan yang licin dan kenyal. Tulang rawan ini berfungsi untuk menghalangi
pertemuan langsung antara ujung tulang-tulang yang bersendi dan mengurangi gesekan
yang terjadi saat bergerak. Apabila tulang rawan rusak, ujung tulang-tulang tersebut
akan bertemu satu sama lain, yang akan menyebabkan gesekan, rasa nyeri dan akhirnya
kerusakan tulang rawan yang lebih lanjut lagi. Kerusakan pada tulang rawan biasanya
di sebabkan oleh berbagai jenis arthritis (radang sendi), yang paling umum yaitu
osteoarthritis. Tidak ada obat ataupun perawatan yang dapat memulihkan kembali
tulang rawan yang sudah rusak, selain dengan operasi penggantian tulang sendi
(arthroplasty). Salah satu tindakan arthroplasty adalah total knee replacement.
1. Osteoarthritis
a. Definisi
OA merupakan penyakit sendi degeneratif di mana keseluruhan struktur
dari sendi mengalami perubahan patologis, yang ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta
sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsul sendi, timbulnya peradangan dan melemahnya otot–
otot yang menghubungkan sendi. OA lutut adalah suatu kondisi inflamasi,
keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami
degenerasi secara perlahan. OA lebih sering mengenai lutut dibandingkan
lokasi sendi lainnya. Usia rata-rata saat diagnosa OAlutut adalah 50 tahun.
Insidensi OA meningkat berdasarkan usia dan merupakan penyebab utama
kecacatan pada kalangan lansia (Rini E, 2000).
Secara ringkasnya pada OA terdapat proses regradasi, reparasi dan
inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan
tulang subkondral. Pada saat penyakit aktif salah satu proses dapat dominan
atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda.
Perubahan yang terjadi sebagai berikut :
a. Degradasi rawan
Degradasi timbul sebagai akibat dari ketidak seimbangan antara
regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa
tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan
rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat
dalam waktu 10 - 15 tahun, sedang yang lambat 20 - 30 tahun. Akhirnya
permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi.
b. Osteofit
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi
berupa pembentukan osteofit di tulang subkondral.
c. Sklerosis subkondral
Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sklerosis (pemadatan
atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak).
d. Sinovitis
Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses
sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik rawan sendi yang terdiri
dari kondrosit yang menyimpan proteoglikan yang bersifat imunogenik
dan dapat mengaktivasi lekosit. Sinovitis dapat meningkatkan cairan
sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan
tertekan kedalam celah–celah rawan. Ini mempercepat proses
pengrusakan tulang rawan sendi. Pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi
dari cairan sendi tehadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan
didesak kedalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan
kantong yang di sebut kista subkondral (Parjoto,2000).
b. Anatomi sendi lutut
Sendi lutut merupakan sendi yang kompleks bila dibandingkan dengan
sendi sendi lainnya pada tubuh manusia karena berkaitan dengan tulang
yang membentuk sendi, aktivitas otot yang terintegrasi dan adanya
ligamentum yang memberi kesetabilan lutut. Sendi lutut terdiri dari 3 bagian
utama, yaitu sendi tibiofemoral medial dan lateral serta patellofemoral
Bangunan yang terdapat pada sendi lutut :
1) Tulang
Sendi lutut terbentuk dari tulang femur bagian distal, tibia bagian
proksimal, sedangkan fibula bukan merupakan bagian dari sendi
lutut.18
2) Ligamentum
Penahan statik primer pada gerakan tibiofemoral adalah ligamentum
cruciatum. Terdapat 2 ligamenti yaitu ligamentum cruciatum
anterior(ACL) dan ligamentum cruciatum posteriorum (PCL). ACL
berfungsi untuk mencegah luksasi lutut ke depan dan mengontrol
rotasi tibia terhadap femur. PCL berfungsi mencegah pergeseran
femur ke arah depan. Pada condilus tibia dan stabilitas rotasi sendi
lutut. PCL paling tegang pada saat internal rotasi tibia femur. Aksi
valgus dan varusdikontrol oleh ligamentum kolateral, yaitu
ligamentum cruciatum mediana (MCL) dan ligamentum cruciatum
laterale (LCL).
3) Otot
Otot yang paling penting adalah kuadrisep femoris yang merupakan
otot ekstensor terbesar dari tungkai, terdiri dari vastus lateralis,
vastus medialis, intermedius dan rectus femoris.Tendonya menyatu
dengan ligamentum patella menutupi patella dan berinsersi pada
tuberositas tibia. Otot kuadriseps merupakan stabilisator lutut dan
pelindung struktur sendi.
4) Bursa
Bursa secara normal berlokasi antara jaringan lunak yang bergerak
dan jaringan keras (tulang) untuk mencegah gesekan, mengurangi
keausan dan mencegah inflamasi.Pada lutut terdapat 14 bursa,
diantaranya bursa prepatellar yang memisahkan kulit dengan
patella, bursa infrapatellar superfisial terletak antara kulit dan bagian
proksimal ligamentum patellar, bursa infrapatellar profunda terletak
didistal dari ligamentum patellar. Bursa gastroknemius lokasinya di
posterior dan medial dari sendi lutut, di antara medial dari caput
gastroknemius dan kapsul sendi. Bursa semimembranosus terletak
di medial dan posterior sendi lutut, diantara otot semimembranosus
dan medial dari caput gastrocnemius. Bursa anserina terletak antara
ligamentum kolateral medialis dan tendon sartorius, grasilis dan
semitendinosus.
5) Meniscus
Meniscus adalah bangunan tulang rawan yang berfungsi sebagai
lubrikan dan membantu mengurangi guncangan. Meniscus juga
membantu tulang femur saat gerakan memutar (rolling) dan
menggeser (gliding), dimana gerakan ini dapat membatasi fleksi
dan ekstensi yang berlebihan dari lutut.Terdapat 2 buah meniskus
pada lutut yaitu meniskus medial dan lateral. Meniskus medial
bentuknya oval, dan bagian luar berhubungan dengan bagian dalam
ligamen collateral medial dan kapsul sendi di sekitarnya. Meniskus
lateral bentuknya sirkuler dan bagian luar hanya berhubungan
dengan kapsul lateral sendi.
c. Etiologi
OA dapat terjadi oleh beberapa hal, tetapi pada sebagian besar penderita
etiologinya tidak diketahui. Akan tetapi ada beberapa faktor etiologi yang
berhubungan dengan penyakit ini yaitu : (1) Usia, OA cenderung
menyerang pada lansia, hal ini terlihat dengan bertambahnya usia maka
bertambah pula prevalensi penderita OA. (2) Obesitas, pada keadaan normal
berat badan akan melalui medial sendi lutut yang diimbangi oleh otot-otot
paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah
sendi lutut. Pada obesitas resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga
beban gaya oyang diterima sendi lutut tidak seimbang. (3) aktifitas, semua
aktifitas yang membebani sendi lutut berlebih (4) trauma, trauma yang
menyerang persendian seperti fraktur dekat sendi lutut. (5) faktor hormonal,
perubahan degeneratif pada lutut lebih banyak ditemui pada penderita
diabetes melitus.
Osteoarthrtitis diklasifikasikan menjadi Primer dan Sekunder.
Osteoarthitis primer terjadi tanpa cedera yang dapat diidentifikasi.
Osteoarthritis sekunder terjadi karena penyakit lain. Penyebab paling umum
dari osteoarthritis sekunder yaitu kondisi metabolisme, cedera atau pun
karena gangguan peradangan seperti arthritis septik. Derajat osteoartritis
lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence.
0 : tidak ada gambaran osteoartritis.
1 : osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat
osteofit minimal.
2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik.
3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang,
dan celah sendi sempit
4 :osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah
sendi hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral

2. Total Knee Replacement (TKR


a. Definisi
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian
sendi lutut yang tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari
tulang femur akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari
tibia juga akan diganti dengan metal stem dan diantara keduanya
dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan. Tergantung dari
kondisi tempurung lutut pasien biasanya di belakang tempurung lutut juga
ditambahkan plastik.

Total knee replacement diberikaan untuk kondisi perkapuran stadium lanjut


atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk fisik dari kaki menyerupai
huruf ‘O’ atau ‘X’.
Tujuan total knee replacement yaitu :
a. Untuk membebaskan sendi dari rasa nyeri
b. Untuk menggembalikkan rentang gerak (ROM)
c. Untuk menggembalikkan fungsi normal bagi seorang pasien
d. Untuk membangun kembali akrivitas sehari-hari (ADL), dengan modifikasi
yang tetap menjaga ROM pasien.

b. Etiologi
Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR antara lain:
a) Pasien-pasien yang menderita osteoarthritis berat
b) Sakit lutut yang dialami pasien setiap hari, terutama bila berjalan >100m
c) Sakit sampai membatasi pergerakan untuk aktivitas sehari-hari
d) Kekakuan sendi yang signifikan
e) Ketidakstabilan sendi lutut saat berjalan
f) Kelainan deformitas yang menonjol seperti kaki O atau X
g) fraktur kolum femoralis
h) kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya (kerusakan prostesis,
osteotomi, penggantian kaput femoris)

Kontraindikasi total knee replacement:


a) Infeksi Lutut
b) Obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg)
c) Quadriceps sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan
lutut karena kelemahan.
d) Kerusakan atau penyakit pada kulit di sekitar lutut.
e) Cacat mental yang berat.
f) Aliran darah yang buruk di kaki untuk penyakit pembuluh darah perifer.
g) Sebuah penyakit, jenis kanker terminal, yang telah menyebar.

c. Patofisiologi
Tindakan TKR paling sering dilakukan pada pasien dengan penyakit
osteoarthritis tingkat lanjut. Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang
disebabkan oleh kerusakan progresif tulang rawan yang mengakibatkan
hilangnya pelapis permukaan tulang sehingga menimbulkan rasa nyeri jika
terjadi setuhan antara tulang dengan tulang.
Penghancuran osteoarthritis lutut adalah alasan umum untuk total knee
replacement. Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan. Gejala
osteoarthritis biasanya muncul pada usia tua. Kartilago yang terkena
menjadi kasar dan rata. Akan menjadi parah saat kartilago menghilang
ketika terjadi gesekan tulang. Spur pada tulang biasanya tumbuh di sekitar
sendi.
Operasi dilakukan dengan anastesi umum. Dokter ortopedi akan
membuat insisi di sendi lutut yang terkena. Patellanya dipindah (diambil
dari tempatnya) kemudian ujung femur dan tibia dipotong agar sesuai
dengan protesa. Demikian pula permukaan bawah patella dipotong untuk
memungkinkan penempatan protesa tersebut.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut(arthroplasty), bagian
ujung-ujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastic (polyethylene).
Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga bagian tulang pada sendi lutut
akan di buang. Kemudian permukaan tulang tersebut baru akan dilapisi
dengan implant.
Permukaan tulang atas akan diganti dengan suatu bagian logam bulat
yang hampir menyerupai lekuk tulang asli. Permukaan tulang bawah diganti
dengan logam yang datar dan dialasi pula dengan plastik (polyethylene)
yang berperan sebagai tulang rawan. Bagian bawah tempurung lutut juga
bisa diganti dengan plastik (polyethylene).

d. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis pasien yang memerlukan tindakan TKR adalah:
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis maupun kerusakan sendi lutut
dengan penyebab yang lain, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateral, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan
tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
e. Komplikasi
Komplikasi dari penggantian lutut total (TKR):
a) Dislokasi prosthese (akibat infeksi atau tidak kuatnya phrotesa menanggung
beban berat badan penderita serta akibat dari aktivitas yang dilakukan penderita)
b) Drainase Luka
c) Thrombosis (pembekuan darah di sekitar bidang operasi), thrombosis Vena
Profunda
d) Nabloding (infeksi akibat dari pembalutan yang berlapis-lapis)
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:
1. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi.

Gambar hasil foto rontgen pada pengkapuran sendi lutut

Gambar hasil foto rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan TKR
Gambaran radiografik yang menyokong adalah penyempitan celah sendi yang sering
kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan
densitas (sklerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan
perubahan struktur anatomi sendi.
BAB III

STATUS KLINIS

Tanggal Pembuatan Laporan : 19 Oktober 2019

Kondisi/kasus : Total Knee Replacement Dextra

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama :Ny.M

Umur : 51 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Godong Jati Grobogan Purodadi

No. CM : 00. 32. 87. 38

II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT

(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, radiologi,


dll)

Diagnosis medis : Total Knee Replacement e.c Osteoarthritis genu bilateral

Radiologi : - Sebelum operasi : tampak adanya pengapuran pada sendi


lutut bilateral

- Setelah operasi : tampak sudah adanya penggantian sendi


lutut dextra
Hasil lab : Dalam batas normal
III. SEGI FISIOTERAPI

A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang

(Termasuk didalamnya lokasi keluhan, onset, penyebab, factor-2 yang


memperberat atau memperingan, irritabilitas dan derajad berat keluhan, sifat
keluahan dalam 24 jam, stadium dari kondisi)

Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada pada kedua lututnya, tetapi
terasa lebih nyeri pada lutut kanannya.

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh nyeri pada lutut


kanannya bagian depan medial dan lateral. Nyeri pada lututnya sejak 5
tahun l a l u . Nyeri dirasakan bertambah saat dari posisi duduk yang
lama ke berdiri dan jika pasien berjalan jauh namun pasien hanya
mengabaikan rasa sakitnya. Untuk mengurangi rasa sakitnya pasien mulai
berobat ke RS terdekat rumah, pada bulan September 2019 pasien
dirujuk ke RSO, di RSO pasien dianjurkan untuk dilakukan tindakan
operasi penggantian sendi lutut. Pada tanggal 30 september pasien
dilakukan tindakan TKR dan dirawat di ruang rawat inap anggrek 1
selama 8 hari.

2. Riwayat Keluarga Dan Status Sosial

(Lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan diwaktu


senggang,aktivitas sosial)
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal dengan suami beserta
anaknya. Sehari –harinya kegiatan pasien melakukan aktivitas rumah tangga
seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah pasien juga sering
melakukan aktivitas mengangat kayu bakar yang ia cari di sekitar perkebunan
rumahnya. Pasien juga aktif di kemasyarakatan seperti mengikuti pengajian
di sekitar rumahnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta

Pasien tidak pernah merasakan sakit seperti


ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit jantung,diabetes militus (-), dan
darah tinggi (+).

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Tanda Vital

(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan)

Tekanan darah : 150 / 90mmHg


Denyut nadi : 78 x/menit o
Pernapasan : 18 x/menit o
Temperatur : 36⁰C
Tinggi badan : 160cm
Berat badan : 62Kg
2. Inspeksi / Observasi

a. Statis :
Pada posisi pasien tidur terlentang
di dapat hasil :

1) Pasien mampu menggerakkan jari jari


2) Tampak terpasang elastic bandage di lutut kanan
3) Struktur trunk pasien tidak ada masalah
4) Tampak bengkak pada lutut
b. Dinamis
1) Saat menggerakkan lutut kearah flexi knee pasien mengalami kesulitan.
2) Saat melakukan gerakan ektensi knee mengalami kesulitan.
3. Palpasi

- Palpasi ada spasme otot quadriceps, hamstring dan adduktor .


- Terdapat nyeri tekan pada tendon patella
- Suhu pada lutut kanan suhu lebih hangat dibanding lutut sebelah kiri.
- Non pitting udema pada lutut kanan
- Terdapat kontraksi minimal pada otot abdominal
4. Joint Test

a. Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik fisiologis)

o Gerak aktif

Gerak ROM NYERI


Flexi hip Tidak full ROM +
Extensi hip Tidak full ROM +

Fleksi knee Tidak full ROM +

Ekstensi knee Full ROM -


Dorsi flexi ankle Full ROM -
Plantar fleksi ankle Full ROM -

o Gerak pasif

Gerak ROM NYERI


Flexi hip Tidak full ROM ++
Extensi hip Tidak full ROM +
Fleksi knee Tidak full ROM ++

Ekstensi knee Full ROM +


Dorsi flexi ankle Full ROM -
Plantar fleksi ankle Full ROM -

o Gerak isometris melawan tahanan

Terdapat nyeri pada lutut kanan bagian depan sebelah medial. Terdapat
penurunan kekuatan otot.
c. Pemeriksaan Gerak Pasif Accessory

Tidak dilakukan.

5. Muscle Test

(kekuatan otot, kontrol otot, panjang otot, isometric melawan tahanan/provokasi


nyeri,

lingkar otot)

Kelompok otot Kanan Kiri

Fleksor Knee 3 4

Ekstensor Knee 3 4

Adductor hip 3 4

Abduksi 3 4

Ekstensor hip 3 4

Dorsi flexi ankle 4 4

Plantar flexi ankle 4 4

6. Neurological Test

(Pemeriksaan reflek, myotom tes, dermatom tes, Straight Leg Raising, dll)

Pemeriksaan dermatome

No Nama test Interpretasi


1 Pemeriksaan tajam tumpul Tidak ada gangguan

2 Diskriminasi dua titik Tidak ada gangguan

Dalam hal ini antara area lutut kanan dan kiri tidak mengalami gangguna
sensorik
7. Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas

o Kemampuan Fungsional

Pasien tidak mampu melakukan aktivitas duduk dari posisi berbaring.

Pasein sudah mampu mlakukan aktivitas miring ke kiri

o Lingkungan Aktivitas

Di rumah pasien tidak terdapat trap – trapan , rumah pasien menggunakan


WC duduk

8. Pemeriksaan Spesifik

Pemeriksaan nyeri dengan VAS

Posisi Derajat
Diam 1
Nyeri
Gerak 3
Tekan 3

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi dengan Goneometer

Kanan Kiri LGS Normal

LGS Aktif S 0º - 0º - 80º S 0º - 0º - 120º

LGS Pasif S 0º - 0º - 100º S 0º - 0º - 130º S 0º - 0º - 130º

Pengukuran antopometri

No Panjang tungkai Dextra Sinistra

1 Appereance length 37 cm 36 cm

IMT : Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 62 Kg

62/(1.6)2
= 24,21
Pemeriksaan Skala Jette

Bentuk Aktivitas Kemampuan beraktivitas Nilai

3
Nyeri
3
Kesulitan
2
Berdiri dari posisi duduk
Ketergantungan
3
Nyeri
2
Kesulitan
2
Berjalan 15 meter
Ketergantungan
3
Nyeri
3
Kesulitan
2
Naik tangga tiga trap
Ketergantungan
C. UNDERLYING PROCCESS
(CLINICAL REASONING)

DEGENERASI

Penipisan kartilago (rusak)

Terbentuk osteofit pada subkondral

Sklerosis (pemadatan tulang pada


kartilago yang rusak)

TKR

Nyeri LGS Terbatas Kesulitan transfer


ambulasi

Breathing Exercise - Ankle Pumping


- sitting exercise
Exrcise
- standing exercise
- Rom Exercise
- walking exercise
- active exercise

Peningkatan aktivitas fisik dan


kemampuan fungsional
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. impairment
 Nyeri pada lutut kanan
 keterbatasan LGS pada lutut kanan oedema.
 Spasme otot quadriceps, hamstring dan adductor
 Terdapat perbedaan panjang tungkai
 Penurunan kekuatan otot quadriceps dan abdominal
 Belum mampu menekuk lutut secara maksimal
2. Functional Limitation

Mengalami penurunan ADL karena kesulitan duduk dari posisi


berbaring, kesulitan duduk ongkang ongkang berdiri dari posisi duduk,
berdiri, kesulitan naik turun tangga, dan kesulitan aktivitas berjalan

3. Disability / Participation restriction

 Pasien belum mampu mengikuti kegiatan posyandu lansia disekitar tepat


tinggak pasien

E. PROGRAM FISIOTERAPI

1. Tujuan Jangka Panjang

 Meneruskan tujuan jangka pendek


 Menoptimalkan kemandirian fungsional pasien
2. Tujuan Jangka Pendek

 Mangurangi nyeri
 Peningkatan kekuatan otot
 Peningkatan lingkup gerak sendi
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi

a. Brething exercise
b. Ankle pumping exercise
c. ROM exercise
d. Active exercise
e. Core stability
f. Sitting exercise
g. Standing exercise
h. Walking exercise

F. RENCANA EVALUASI

 Pengukuran nyeri dengan skala VAS


 P engukuran kekuatan otot dengan MMT
 P engukuran LGS dengan goniometer
 Pengukuran kemampuan fungsional dengan Skala Jette,

G. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Bonam

- Quo ad sanam : Bonam

- Quo ad functionam : Bonam

- Quo ad cosmeticam : Dubia ad Bonam

H. PELAKSANAAN TERAPI

1. Hari rabu 2 oktober 2019


Pasien dalam posisi supine lying saat didudukkan pasien masih merasakan
pusing
Latihan yang dilakukan
a. Core stability exercise
Posisi pasien : berbaring terlentang diatas bed dengan nyaman
Penetalaksanaan : pasien diinturuksikan untuk menekuk kedua lutut
semampunya, pasien diminta untuk mengendorkan otot perut dan diminta
untuk mengangkat kepala. Terapis melakukan sedikit dorongan di area
pantat pasien.
b. Ankle pumping exercise
Posisi pasien : berbaring terlentang diatas bed dengan nyaman
Penatalaksanaan : pasien diminta untuk menggerakkan telapak kaki kerah
plantar fleksi dan dorsal fleksi. Latihan ini bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah yang bermanfaat untuk mengurangi bengkak.
c. Active exercise
Posisi pasien : berbaring terlentang diatas bed dengan nyaman
Pasien diminta melakukan gerakan secara aktif fleksi hip, abduksi dan
adduksi, fleksi knee dan ektensi knee.
d. Strengthening hip abduction
Posisi pasien : posisi pasien miring ke kiri diatas bed
Penatalaksanaan : pasien diminta untuk menganggak tungkai kea rah
abduksi dengan melaan gravitasi.
Latihan ini bertujuan untuk menngkatkan kekuatan otot pasien.

2. Hari kamis 3 oktober 2019


Penatalaksanaan fisioterapi sama dengan fisioterapi hari pertama. Dengan
penembahan latihan duduk ditepi bed.
Posisi pasien : half lying position
Tangan pasein diminta untuk memegang besi tepi tempat tidur untuk
membantu duduk, secara perlahan pasien diminta untuk menggeser tungkai
sampai ke luar bed sehingga posisi duduk ongakng – ongkang ditepi bed.
Sangga tungkai pasien menggunakan kursi, perlahan ambil kursi dan
gantikkan dengan tungkai sehat pasein yang diletakkan di belakang kaki yang
sakit. Pasein diminta untuk melakukan gerakan menekuk dan meluruskan lutut
dengan bantuan tungkai yang sehat.

3. Hari jum’at 4 oktober 2019


Penatalaksanaan aal fisioterapi sama dengan fisioterapi hari ke 2. Dengan
tambahan latihan berdiri.
Posisi pasien : duduk ongkang-ongkang ditepi bed
Pasien diminta untuk menggeserkan pantat secrara perlahan sampai ditepi bed
sampai menyentuh lantai, kemudian pasien diintruksikan membungkukkan
badan dan angkat pantat untuk bersiap melakukan aktivitas berdiri.
4. Hari sabtu 5 oktober 2019
Penatalaksanaan aal fisioterapi sama dengan fisioterapi hari ke 3. Dengan
tambahan latihan berjalan menggunakan walker.
Posisi pasein : berdiri dengan kedua tangan berada di pegangan walker, pasien
diminta untuk tidak menumou dengan kaki yang sakit, pasien diminta
perlahan menggeser walker ke depan dan mulai berjalan dengan posisi kaki
sehat yang menumpu.

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Evaluasi Nyeri dengan VAS

T1 T4
Nyeri diam 1 0
Nyeri gerak 3 3
Nyeri tekan 4 3

LGS dengan goneometer, setelah 4 kali terapi

FT1 FT4 LGS Normal

LGS Aktif S 0º - 0º - 80º S 0º - 0º - 85º

LGS Pasif S 0º - 0º - 100º S 0º - 0º - 110º S 0º - 0º - 130º

Kekuatan otot dengan MMT Hasil:

FT 1 FT 2
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kelompok otot
Fleksor knee 3 4 3 4
Ekstensor knee 3 4 3+ 4
Fleksor hip 3 4 3 4
Adductor hip 3 4 3 4
Abductor hip 3 4 3 4
Dorsi fleksi ankle 4 4 4 4
Plantar fleksi ankle 4 4 4 4
HASIL EVALUASI PEMERIKSAAN SKALA JETTE

Bentuk Aktivitas Kemampuan beraktivitas Nilai

2
Nyeri
1
Kesulitan
1
Berdiri dari posisi duduk
Ketergantungan
2
Nyeri
1
Kesulitan
1
Berjalan 15 meter
Ketergantungan
3
Nyeri
2
Kesulitan
2
Naik tangga tiga trap
Ketergantungan
J. HASIL TERAPI AKHIR

Pasein dengan nama ny M usia 51 tahun dengan diagnose fisioterapi mengalami nyeri,
keterbatasan LGS arah fleksi knee dikarenakan post TKR e.c osteoarthritis genu bilateral dengan
dilakukan interves=nsi fisioterapi sebanyak 4 kali didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Terdapat penurunan nyeri tekan dan gerak


2. Peningkatan LGS namun tidak signifikan
3. Peningkatan kemampuan fungsional.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pasien atas nama Ny. M umur 51 th dengan Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kondisi Pasca Operasi Total Knee Replacemant Sinistra dengan Modalitas
Terapi Latihan setelah mendapatkan terapi dengan modalitas terapi latihan
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Setalah mendapatkan 4x terapi nyeri gerak berkurang dan nyeri tekan
berkurang.
2. Setalah mendapatkan 4x terapi untuk lingkup gerak sendi ada perubahan
namun belum signifikan.
3. Setelah mendapatkan 4x terapi kemampuan fungsional yang di test dengan
skala jette terdapat perubahan
4. Setelah mendapatkan 4x terapi kekuatan otot pasien belum ada perubahan.

B. SARAN
Pada akhir makalah ini penulis ingin mengembangkan saran-saran berkaitan dengan
kondisi Pasca Operasi Total Knee Replacement agar keberhasilan dalam
penanganan tercapai.
1. Saran untuk fisioterapis
a. Hendaknya melakukan pemeriksaan dengan teliti sehingga dapat
menegakkan diagnosis, menentukan problematika, menentukan tujuan
fisioterapi yang sesuai dan memberikan intervensi yang tepat dan efektif
bagi penderita
b. Hendaknya meningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan kondisi TKR karena tidak menutup
kemungkinan adanya terobosan baru dalam suatu pengobatan yang
membutuhkan pemahaman lebih lanjut.
2. Saran untuk pasien
Disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, melakukan latihan-latihan
yang telah diajarkan fisioterapi dirumah, dan dianjurkan untuk menggunakan
WC duduk.
3. Saran untuk keluarga pasien
Keluarga pasien diminta terus memberikan motivasi kepada pasien untuk
melakukan terapi dan ikut mengawasi pasien dalam berlatih dirumah.

Anda mungkin juga menyukai