Anda di halaman 1dari 17

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DAPA KASUS POST OP ACL DI

KLINIK FISIOTERAPI UNIERSITAS ESA UNGGUL.

Makalah

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Kelulusan di stase


olahraga di klinik fisioterapi universitas esa unggul

Diajukan Oleh :

Yudha Andara

20190607028

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2019
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi yang terjadi dengan sebab atau akibat dari
perbuatan tersendiri (Syamsuri, 2011). Cedera olahraga merupakan cedera yang terjadi
akibat kegiatan olahraga baik langsung atau tidak langsung, mengenai sistem
muskuloskeletal dan sistem tubuh lain atau organ yang mempengaruhi muskuloskeletal,
sehingga menimbulkan gangguan sistem fungsi item muskuloskeletal (Rahmadian,
2014).
Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah cedera lutut tersering yang
dialami oleh atlet. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-
gerakan zig-zag, perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak
(akselerasi-deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera
yang terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika
mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama trauma langsung
pada lutut dengan arah gaya dari samping (Palleta, 2013).
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada sendi
lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran ke depan
yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, ataumencegah
pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang tibia yang stabil.
Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan kestabilan
pada sendi lutut (Zein, 2013).
ACL adalah ligament yang paling sering mengalami cedera pada lutut.
Penyebab utama terjadinya ACL adalah aktifitas olah raga berat. Olah raga yang sering
menyebabkan cedera adalah olah raga dengan badan berubah arah dengan cepat,
misalnya pada pemain sepak bola atau basket (Muttaqin,2011). Anterior cruciate
ligament (ACL) adalah ligament yang menjaga kestabilan sendi lutut. Cedera ACL
sering terjadi pada olah raga highimpact, seperti sepak bola, futsal, tenis, badminton,
bola basket dan olahraga bela diri (Shaharuddin, 2009)
3

Ligament merupakan jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan berfungsi


sebagai stabilisasi pasif pada sendi. Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi lutut
adalah ligamen cruciatum yang terdiri dari ligamen cruciatum anterior dan ligamen
cruciatum posterior, ligamen collateral yang terdiri dari ligamen collateral medial dan
ligamen collateral lateral, ligamen patellaris, ligamen popliteal oblique, dan ligamen
transversal.
Rupture ACL dapat disebabkan karena kontak langsung maupun tidak langsung
pada lutut. Kontak langsung dapat terjadi karena adanya gaya dari samping atau luar
seperti benturan langsung pada lutut. Kontak tidak langsung contohnya seperti
mendarat setelah melompat dengan lutut dalam keadaan hiperekstensi dengan rotasi
panggul dan kaki yang berlebihan. Hal ini dapat mengakibatkan sendi lutut menjadi
tidak stabil sehingga tulang tibia dapat bergerak terlalu bebas.
Jumlah penderita ACL injury diantara atlet muda meningkat selama 2 dekade
ini. Diperkirakan sebanyak 47 dari 100.000 laki-laki usia 10-19 tahun akan melakukan
operasi untuk ACL injury setiap tahunnya (LaBella et al, 2014).
Pencegahan terjadinya cedera ACL dengan cara identifikasi berbagai faktor
resiko yang meningkatkan terjadinya cedera menjadi titik penting untuk mengurangi
angka kejadian cedera ACL. Putusnya ACL menyebabkan lutut tidak dapat bekerja
secara optimal, walau telah ada prosedur rekontruksi ACL per arthroskopi dengan hasil
yang memuaskan, penyembuhan pasien rata-rata 6-8 bulan pascaoperasi untuk kembali
latihan (Zaffagnini et al, 2015). Hal tersebut membuat produktivitas atlet terganggu.
Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament Merupakan suatu tindakan operasi
untuk menyambung kembali ligamen ACL. Standar operasi Arthroscopy ACL
Reconstruction yang dipakai adalah Arthroscopic ACL Double Bundle Reconstruction.
Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik operasi ini
sangat populer di USA, Eropa, dan Jepang karena dengan tehnik ini, hasilnya sangat
memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai sebagai standard untuk operasi
cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia (Boucher, L : 2016).
4

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu cedera ACL?
2. Bagaimana mekanisme cedera ACL?
3. Bagaimana peran fisioterapi pada kasus post operasi ACL?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu cedera ACL
2. Untuk mengetahui mekanisme cedera ACL
3. Untuk mengetahui peran serta proses fisioterapi pada kasus post operasi ACL

D. Manfaat
Untuk mengetahui penanganan apa saja yang lebih berpengaruh dalam
permasalahan yang dialami oleh pasien dengan kondisi post operasi rekontruksi ACL
sehingga dapat digunakan dan diterapkan dalam praktek klinis.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Anatomi
1. Anatomi Knee Joint
a) Knee Joint
Anggota bawah khusus untuk menopang berat badan, mengatur gaya
berat dan berjalan (Quinn, E: 2016). Persendian atau artikulasi adalah suatu
hubungan antara dua tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus
jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi
dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi
secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh (Edward, 2010).
Lutut memiliki beberapa persendian antara lain adalah tibiofemoral
joint, patellofemoral joint, proximal tibiofemoral joint. Meskipun sendi lutut
memiliki konstruksi yang baik, fungsinya sering terganggu bila terjadi gerakan
berlebihan pada lutut. Sendi lutut tersusun atas tulang, otot, ligamen, bursa,
meniskus, kapsul sendi, saraf, dan vaskularisasi (Thompson, 2010).
Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu femur,tibia, fibulla, dan
patella. Pergerakan utama dari sendi lutut terjadi antara tulang-tulang tersebut.
Setiap tulang yang berhubungan tersebut dibungkus oleh kartilago articular
yang keras, namun halus dan didesain untuk mengurangi resiko terjadinya
cedera antar tulang.
Sendi lutut juga memiliki beberapa ligamen yang terbagi menjadi
ekstrakapsuler dan intrakapsuler. Ligamen ekstrakapsuler terletak dibagian luar
kapsul. Sedangkan ligamen intrakapsuler terletak dibagian dalam kapsul.
Ligamen termasuk material keras dan tidak akan putus dengan mudah.
Kerusakan paling umum pada ligamen pada titik pertemuan dengan tulang.
Ligamen akan mengulur ketika terjadi gerakan persendian misalnya fleksi
lutut,dan kembali ke semula ketika rileksasi. Akan tetapi ligamen tidak dapat
mempertahankan bentuk aslinya apabila terjadi gerakan yang berlebihan di
dalam persendian dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan ligamen yang
akan menimbulkan ketidakstabilan sendi misalnya akan terjadi ruptur (robek)
ligament (Beardshaw, et. al : 2015).
6

b) Otot – Otot Knee Joint


Kelompok otot fleksor lutut adalah hamstring yang terdiri dari biceps
femoris, semitendinosus, semimebranosus. Selain itu juga dibantu otot- otot
gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus dan plantaris (Marieb EN, et. al :
2012). Kelompok otot ekstensor lutut adalah quadriceps yang terdiri dari: rectus
femoris, vastus medialis, vastus intermedius, vastus lateralis. Keempat otot
quadriceps bersatu membentuk tendon dan melekat pada tulang tibia
(tuberositas tibialis) melalui ligamen patella (Marieb EN, et. al : 2012).
1) M. Quadriceps
(a) M. Rectus femoris
Origo : Spina iliaca anterior inferior dan bagian superior lekukan
acetabulum
Insersio : Tuberositas tibia
Fungsi : Fleksi hip dan ekstensi knee
Inervasi : Nervus femoral (L2-L4)
(b) M. Vastus lateralis
Origo : Trochanter major dan permukaan lateral atas linea aspera
Insersio : Tuberositas tibia
Fungsi : Ekstensi sendi lutut
Inervasi : Nervus femoris (L2-L4)
(c) M. Vastus intermedius
Origo : 2/3 atas bagian anterior dan permukaan lateral os femur
Insersio : Tuberositas tibialis
Fungsi : Ekstensi sendi lutut (knee joint)
Inervasi : Nervus Femoral (L2-L4)
(d) M. Vastus medialis
Origo : Linea intertrochanterica dan bagian medial linea aspera
Insersio : Tendon patella dan tuberositas tibia
Fungsi : Ekstensi sendi lutut
Inervasi :Nervus Femoris (L2-L4)
2) M. Hamstring
(a) M. Biceps femoris
Origo : Linea Aspera Femur
Insersio : permukaan lateral caput fibula
7

Fungsi : Fleksi knee, rotasi tibia ke arah lateral (eksorotasi), ekstensi hip
Inervasi : n.Ischiadicus (L5, S1, S2)
(b) M. Semitendinosus
Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar dengan
semitendinosus dan biceps femoris
Insersio : Permukaan medial dari superior tibia melalui tendon pes
anserinus
Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)
Inervasi : nervus tibial (L5-S2)
(c) M. Semimembranosus
Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar dengan
semitendinosus dan biceps femoris
Insersio : Permukaan posterior medial condylus tibia
Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)
Inervasi : Nervus tibial (L5-S2)
3) M. Sartorius
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insersio : Permukaan antero medial atas os tibia tepat di pes anserinus
Fungsi : Fleksi, abduksi dan external rotasi hip joint. Fleksi dan internal
rotasi knee joint
Inervasi : Nervus Femoral (L2-L3)
4) M.Gastrocnemius
Origo : Caput medial dan lateral dari permukaan posterior condylus
femoralis
Insersio : Permukaan posterior calcaneus membentuk tendon achiles
Fungsi : Plantar fleksi kaki, fleksi knee
Inervasi : Nervus tibial (S1-S2)

2. Cedera pada Anterior Cruciatum Ligament


a) Pengertian Anterior Cruciatum Ligament
Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut
meskipun tidak menutupi kapsul sendi. Dinamakan ligamen cruciatum karena
saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada di bagian
depan dan belakang sesuai perlekatannya pada tibia. Ligamen cruciatum
8

anterior membentang dari bagian anterior fossa intercondyloid tibia lalu


melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi untuk mencegah
gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada
saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan
gliding sendi lutut. Ligamen ini memiliki panjang kira kira 31 hingga 38 mm.
ACL merupakan penahan secara pasif untuk mencegah terjadinya
translasi anterior dari tibia terhadap femur. Selain itu juga berperan penting
dalam mencegah rotasi tibia yang berlebihan. ACL terdiri atas dua bundle yang
diberikan nama sesuai tempat melekat atau insertionya pada tibia, yaitu
anteromedial (AM) dan posterolateral (PL). Bundle AM cenderung mengalami
ketegangan saat fleksi, karna hal ini bundle AM dianggap sebagai pusat rotasi
dari ACL Bundle PL lemah saat posisi fleksi dan menjadi tegang saat ekstensi
( fleksi 15 hingga 0 derajat). Hal ini memungkinkan bundle AM untuk
memberikan stabilitas saat rotasi dan translasi (bidang sagital), sedangkan
bundle PL memberikan tambahan stabilitas saat rotasi (Stannard et al, 2017).
Cedera anterior cruciate ligament (ACL) termasuk cedera yang sering
terjadi terutama pada atlet. Angka kejadian cedera ACL sekitar 30-78 kasus
dalam 100.000 orang (Todd et al, 2010). Cedera pada ACL akan menyebabkan
efusi sendi, perubahan kinematik lutut dan gait, kelemahan otot dan penurunan
performa fungsional, dan berkaitan dengan gangguan jangka panjang seperti
meniscus tear, chondral lession dan early posttraumatic osteoarthritis (Raines et
al, 2017).
Cedera ACL berkaitan dengan cedera artikuler lainnya, dan dapat
mengakibatkan peningkatan risiko awal OA pasca-trauma pada sepuluh hingga
15 tahun pasca-cedera (setinggi 80%), terutama ketika ada kerusakan meniscal
yang terjadi bersamaan. Terjadi gerakan yang berlebihan di pada sendi dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan ligamen yang akan menimbulkan
ketidakstabilan sendi misalnya akan terjadi ruptur (robek) ligament. Penyebab
cedera ACL karena adanya mekanisme trauma dengan posisi lutut rotasi,
hiperekstensi (non-pivoting injury) atau karena kontraksi dari otot quadriseps
femoris secara tiba-tiba (Chambat el al, 2013).
Rekonstruksi ACL telah menjadi standar emas saat ini untuk
mengembalikan stabilitas dari lutut. Dalam rekonstruksi ACL, jaringan ACL
yang robek dikeluarkan dari lutut dengan pembedahan dan diganti dengan
9

tendon yang diambil dari hamstring medial atau sepertiga tengah tendon patela.
Meskipun demikian, masalah yang signifikan akan tetap muncul. Dalam jangka
pendek, rekonstruksi ACL secara konvensional gagal mengembalikan
kinematika dan kinetika sendi normal.
b) Etiologi Anterior Cruciatum Ligament
Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera ACL terjadi karena cedera non-
kontak, sementara 30 diantaranya yaitu:
1) Olahraga berat: sepak bola, voli, marathon
2) Gerakan berubah arah cepat
3) Gerakan berhenti mendadak
4) Mendarat tidak benar saat melompat
5) Cedera akibat kontak langsung atau bertabrakan dengan pemain lain
6) Atlit perempuan cenderung lebih beresiko mengalami cedera ACL, hal ini
di karenakan adanya perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot dan kontrol otot.
c) Tanda dan Gejala Anterior Cruciatum Ligament injury
Terjadinya rupture ligament dan meniscus akan ditemui berbagai tanda dan
gejala yaitu, sebagai berikut (Marieswaran, 2018):
1) Nyeri pada bagian lutut.
2) Haemoarthrosis yang terjadi karena pendarahan ligament.
3) Adanya suara “POP” dari lutut.
4) Lutut akan terasa longgar atau tidak stabil.
5) Terjadi pembekakan terutama pada bagian lutut.
6) Lutut terasa terkunci dan kaku.
7) Terjadinya rupture ligament dapat dikarenakan gerakan yang dilakukan
secara tiba-tiba dan gerakan memutar.
d) Klasifikasi Cedera Anterior Cruciatum Ligament
Cedera pada ligamen dapat diklasifikasikan seperti berikut ini
(Fischer,2014):
1) Grade 1 : Ligamen sedikit teregang namun masih dapat menjaga kestabilan
sendi. Sedikit serabut yang putus disertai nyeri ringan dan bengkak tetapi
tidak ada kerusakan pada ligamen.
2) Grade 2 : Titik dimana regangan ligamen semakin lebar dan sudah terjadi
robekan parsial ligamen atau robek lengkap dengan perdarahan. Ada
pembengkakan yang moderat dengan beberapa hilangnya fungsi. Ligamen
10

biasanya akan sembuh tanpa operasi. Dapat berfungsi terbatas dengan


sedikit ketidakstabilan. Nyeri dan sakit meningkat dengan Lachman dan
anterior drawer stress test.
3) Grade 3 : Pada grade ini sudah terjadi robekan komplit ligamen. Ligamen
telah terpisah menjadi dua bagian dan sendi lutut menjadi tidak stabil dan
seringkali sangat sulit untuk menyangga meskipunnmenggunakan tongkat,
operasi sering diperlukan untuk perbaikan.
e) Mekanisme Cedera Anterior Cruciatum Ligament
Hampir seluruh cedera ligamen lutut terjadi saat lutut sedang dalam
posisi fleksi, dimana kapsul sendi dan ligamen dalam keadaan rileks dan femur
dapat dengan bebas berotasi pada tibia. Dorongan dari femur dapat
mengakibatkan tibia terdesak dan menghasilkan tekanan yang dapat
menyebabkan cidera pada ligamen pada sendi lutut. Salah satu contoh dari
mekanisme tersebut adalah saat seorang pemain sepakbola melakukan tackle
dimana terdapat kombinasi desakan femur dan rotasi femur pada tibia. Cedera
ligamen cruciatum dapat terjadi tersendiri maupun bersamaan dengan cedera
pada bagian yang lain. Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah yang lebih
sering terkena cedera.
Cidera ACL dan meniscus medial sering terjadi karena olahraga.
Mekanisme ini biasanya mencakup valgus pada fleksi yang terlalu dalam dan
dikombinasi dengan rotasi atau hiperekstensi atau kedua-duanya. Mekanisme
cidera juga dapat dikategorikan sebagai tipe gaya rotasi dan kompresi. Tipe
kompresi mungkin akan menimbulkan lebih banyak luka pada meniscus dan
fraktur osteochondral. Mekanisme yang sering terjadi yaitu gerakan berhenti
yang tiba-tiba dari kaki yang disertai gerakan rotasi lutut secara tiba-tiba.

B. Diagnosis Fisioterapi pada Anterior Cruciatum Ligament Pre Op


1. Anterior drawer test
Tes ini dilakukan dengan posisi lutut fleksi 90º dan pasien dalam posisi
telentang. Lalu dilakukan penekanan tibia ke femur sehingga akan terjadi
perpindahan atau displacement. Jika perpindahan yang terjadi terukur lebih dari 6
mm maka diduga terjadi robekan ACL. Tes ini kurang sensitif dan hanya positif
sebesar 77% pada pasien ruptur ACL komplit.
2. Lachman test
11

Tes Lachman merupakan tes yang paling sensitif untuk mendiagnosis robekan
ACL akut. Tes ini dilakukan dengan posisi lutut fleksi 30º dengan posisi tubuh
telentang. Besaran perpindahan diukur dalam satuan mm dan kualitas dari ujung
ligamen dinilai. Kelemahan pada ligamen atau terasa lunak pada ujung ligamen
mengindikasikan adanya robekan ACL. Besar perpindahan lebih dari 3 mm
menunjukan abnormalitas pada ACL.
3. Pivot shift test
Tes ini dilakukan dengan meluruskan tungkai yang diduga menderita
cedera. Lalu lutut difleksikan dengan satu tangan sedangkan satu tangan yang lain
menahan kaki pada bagian paha. Saat lutut difleksikan, kemampuan fleksi akan
berkurang dan pada akhirnya akan terjadi gerakan rotasi ke dalam dari tibia
terhadap femur.

C. Intervensi Fisioterapi
1. Strengthening
Strengthening merupkan suatu bentuk latihan yang penguatan otot dengan melawan
tahanan, dengan kontraksi otot secara dinamik maupun statik. Tujuan dilakukan
strengthening yaitu untuk meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot. Karena
dengan memberikan latihan strengthening maka akan terjadi penambahan jumlah
sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin yang diperlukan dalam
kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-serabut otot yang baru maka
kekuatan otot dapat meningkat. Terdapat 3 tipe resistance exercise yaitu : Isotonik
Resistance Exercise yang merupakan latihan dinamis dengan melawan beban yang
menetap atau berubah – ubah. Isokinetik Exercise Suatu bentuk latihan dinamis
dimana kecepatan otot memendek atau memanjang dikontrol oleh alat yang
mengatur kecepatan gerakan dari bagian tubuh tersebut.

2. Isometrik Resistance Exercise


Merupakan bentuk latihan statik yang terjadi bila otot berkontraksi tanpa
berubah panjangnya otot atau tanpa terjadi gerakan sendi. Kekuatan otot akan
meningkat bila otot berkontraksi isometrik melawan tahanan dan dipertahankan
paling sedikit 6 detik. Pada kasus yang dibahas dimakalah ini strengthening yang
digunakan adalah QSE dan HSE.
12

QSE bagian dari isometric exercises yang melibatkan kontraksi isometrik


dengan intensitas rendah tanpa beban. Latihan digunakan untuk mengurangi spasme
dan nyeri pada otot quadriceps dan meningkatkan rileksasi post injury jaringan
lunak pada penyembuhan yang masih akut.
HSE salah satu latihan penguatan pada m.hamstring. Latihan ini merupakan
latihan penguatan isometrik dimana otot berkontraksi dan menghasilkan force tanpa
perubahan panjang otot dan tanpa adanya pergerakan sendi.

3. ROM Excercises
Latihan Range of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Latihan ROM diberikan
untuk mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk
meminimalkan kehilangan kelenturan jaringan dan pembentuk kontraktrur. Latihan
ROM terdiri dari:
a) Aktif ROM merupakan gerakan yang disebabkan oleh gerakan aktif dari otot
itu sendiri
b) Pasif ROM merupakan gerakan yang sepenuhnya disebabkan oleh gerakan dari
luar dengan sangat sedikit ataupun tidak ada gerakan sadar dari otot. Sumber
gerakan dapat berasal dari gravitasi, mesin, individu yang lain maupun bagian
tubuh individu itu sendiri.

Kontraindikasi latihan ROM yaitu jika latihan tersebut menggangu proses


penyembuhan, harus dilakukan dengan hati-hati serta latihan yang tidak tepat
adalah timbulnya nyeri dan peradangan
13

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Tn. H
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Kebun Jeruk
Pekerjaan : Karyawan swasta

B. Asesment Fisioterapi
1. History taking
a) Pada 2 bulan yang lalu pasien bermain bola pada saat pasien berlari dan pasien
berbalik badan dengan lutut memutar pada lutut kanan, saat itulah terjadi cedera
pada lutut, kemudian pasien terjatuh .
b) Pada bulan November pasien pada saat lari dan berjalan merasa tidak setabil di
lutut kananya dan masih terasa sakit di area lututnya dan melakukan MRI di
RSPAD dan di dapakan hasil ACL Putus Pada tanggal 25 November melakukan
operasi ACL Knee dextra,. Jaringan yg diambil pada m. hamstring dextra, terapi
1 minggu kemudian di klinik Esa unggul
c) kemudian sekarang memasuki minggu ke 2 terapi, seminggu 3x terapi.

HOAC II
Apakah saat terjadi cedera terdengar suara di lutut kanannya ? YA
Apakah langsung terasa lemas ? Ya
Apakah masih dapat melanjutkan pertandingan ? Tidak
Apakah ada nyeri di daerah lutut ? Ya
Apakah tidak lama setelah terjadinya cedera terjadi bengkak besar ? Ya
Apakah ketika Berjalan Terjadi merasa lutut kanan yang cedera merasa tidak stabil
? Ya
14

2. Pemeriksaan Vital Sign


- HR : 60x/menit
- TB : 192 cm
- RR : 22x/menit
- BB : 92 kg
3. Inspeksi
 Statis : Semi fleksi knee
Nampak Odem di kaki sebelah Kanan
 Dinamis :
Pasien datang ke Klinik dengan mengkunakan 2 tongkat
Pola jalan lutut kanan semi Fleksi dan NWB
4. PFGD
Palpasi
 penurunan otot quadriceps dan hamstring dan m.gastrocnemius
 adanya Guarding spasme Hamstring
 adanya Odema di bekas luka oprasi ‘
 patella Hipomobility
Tes Gerak Aktif :
Nyeri dan kaku pada saat Fleksi lutut kanan .
Tidak dapat Extensi Lutut
Tes Gerak Pasif :
Nyeri dan ROM terbatas dengan Spring end Feel
Tes Isometrik : Tidak ada masalah
Vas diam : 5 Vas aktif Fleksi Knee : 8 Vas Pasif Fleksi Knee : 8

5. Quick test
 Duduk berdiri : tidak ada nyeri
 Berdiri satu kaki : belum mampu berdiri satu kaki 1 menit
 Berjalan : menggunakan 2 cruck
15

1. Pengukuran Objektif
a. Antropometrik lingkar sendi lutut dan otot
Kiri Kanan
20 60 58
15 58 55
10 49 47
5 40 42
Basis patella 38 41
5 37 40
10 39 37
15 33 32

b. Rom knee
 Fleksi : 800
 Ekstensi : 00
c. Keseimbangan
One leg standing : pasien belum mampu untuk berdiri satu kaki karena
kemampuan proprioceptive dan kekuatan otot belum bagus
d. Pemeriksaan penunjang
 MRI
16

Table ICF

Post op rekontruksi Anterior Cruciate


Ligament (ACL)

BODY STRUCTURE AND


FUNCTIONAL
FUNCTION IMPAIRMENT
LIMITATION

PARTICIPATION
 Bengkak dan nyeri RESTRICTION
 Berdiri dengan
 Guarding satu kaki
Hamstring
 Naik dan turun  Ibadah belom
 Keseimbangan tangga bisa duduk
menurun diantara dua
 Berjalan
sujud
 Hipomobility
 berlari
Pattela  berolahraga
 Felxi knee terbatas

 Extensi tidak bisa

 Penurunan
Propioseptip

 Kekuatan otot
menurun
17

2. Diagnosis Fisioterapi :
Adanya gangguan gerak dan fungsi pada sendi lutut yang diakibatkan robeknya
aterior cruciate ligament dengan adanya Odem nyeri dan Guarding spasme
Hamstring serta penurunan otot2 tungkai kanan dan penurunan mobilitas sendi,
stabilitas sendi dan fungsi otot pola gerak jalan dan lari serta koordinasi pada
aktivitas olahraga.
3. Perencanaan
Jangka pendek :
 Menurunkan Nyeri dan Odem
 Menurunkan Guarding Spasme M.hamstring
 Menambah derajat ROM
 Meningkatkan kekuatan otot
 Meningkatkan kemampuan proprioceptif
 Meningkatkan keseimbangan
Jangka panjang :
 Dapat beraktivitas olahraga kembali
4. Intervensi
 Kompres es 15 menit
 Quadricep set 10 x 3 set
 Hamstring set 10 x 2 set
 Gluteus set 10 x 2 set
 Eccentrik hamstring
 Hip exercise dengan beban 10 x 3 set
 Ankle theraband 10 x 3set
 Mobilisasi patella
 Wall slide 100 x
 Weight bearing
 Gait training
 Kompres es 15 menit

Anda mungkin juga menyukai