Makalah
Diajukan Oleh :
Yudha Andara
20190607028
FAKULTAS FISIOTERAPI
JAKARTA
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi yang terjadi dengan sebab atau akibat dari
perbuatan tersendiri (Syamsuri, 2011). Cedera olahraga merupakan cedera yang terjadi
akibat kegiatan olahraga baik langsung atau tidak langsung, mengenai sistem
muskuloskeletal dan sistem tubuh lain atau organ yang mempengaruhi muskuloskeletal,
sehingga menimbulkan gangguan sistem fungsi item muskuloskeletal (Rahmadian,
2014).
Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah cedera lutut tersering yang
dialami oleh atlet. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-
gerakan zig-zag, perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak
(akselerasi-deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera
yang terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika
mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama trauma langsung
pada lutut dengan arah gaya dari samping (Palleta, 2013).
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada sendi
lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran ke depan
yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, ataumencegah
pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang tibia yang stabil.
Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan kestabilan
pada sendi lutut (Zein, 2013).
ACL adalah ligament yang paling sering mengalami cedera pada lutut.
Penyebab utama terjadinya ACL adalah aktifitas olah raga berat. Olah raga yang sering
menyebabkan cedera adalah olah raga dengan badan berubah arah dengan cepat,
misalnya pada pemain sepak bola atau basket (Muttaqin,2011). Anterior cruciate
ligament (ACL) adalah ligament yang menjaga kestabilan sendi lutut. Cedera ACL
sering terjadi pada olah raga highimpact, seperti sepak bola, futsal, tenis, badminton,
bola basket dan olahraga bela diri (Shaharuddin, 2009)
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu cedera ACL?
2. Bagaimana mekanisme cedera ACL?
3. Bagaimana peran fisioterapi pada kasus post operasi ACL?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu cedera ACL
2. Untuk mengetahui mekanisme cedera ACL
3. Untuk mengetahui peran serta proses fisioterapi pada kasus post operasi ACL
D. Manfaat
Untuk mengetahui penanganan apa saja yang lebih berpengaruh dalam
permasalahan yang dialami oleh pasien dengan kondisi post operasi rekontruksi ACL
sehingga dapat digunakan dan diterapkan dalam praktek klinis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Anatomi
1. Anatomi Knee Joint
a) Knee Joint
Anggota bawah khusus untuk menopang berat badan, mengatur gaya
berat dan berjalan (Quinn, E: 2016). Persendian atau artikulasi adalah suatu
hubungan antara dua tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus
jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi
dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi
secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh (Edward, 2010).
Lutut memiliki beberapa persendian antara lain adalah tibiofemoral
joint, patellofemoral joint, proximal tibiofemoral joint. Meskipun sendi lutut
memiliki konstruksi yang baik, fungsinya sering terganggu bila terjadi gerakan
berlebihan pada lutut. Sendi lutut tersusun atas tulang, otot, ligamen, bursa,
meniskus, kapsul sendi, saraf, dan vaskularisasi (Thompson, 2010).
Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu femur,tibia, fibulla, dan
patella. Pergerakan utama dari sendi lutut terjadi antara tulang-tulang tersebut.
Setiap tulang yang berhubungan tersebut dibungkus oleh kartilago articular
yang keras, namun halus dan didesain untuk mengurangi resiko terjadinya
cedera antar tulang.
Sendi lutut juga memiliki beberapa ligamen yang terbagi menjadi
ekstrakapsuler dan intrakapsuler. Ligamen ekstrakapsuler terletak dibagian luar
kapsul. Sedangkan ligamen intrakapsuler terletak dibagian dalam kapsul.
Ligamen termasuk material keras dan tidak akan putus dengan mudah.
Kerusakan paling umum pada ligamen pada titik pertemuan dengan tulang.
Ligamen akan mengulur ketika terjadi gerakan persendian misalnya fleksi
lutut,dan kembali ke semula ketika rileksasi. Akan tetapi ligamen tidak dapat
mempertahankan bentuk aslinya apabila terjadi gerakan yang berlebihan di
dalam persendian dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan ligamen yang
akan menimbulkan ketidakstabilan sendi misalnya akan terjadi ruptur (robek)
ligament (Beardshaw, et. al : 2015).
6
Fungsi : Fleksi knee, rotasi tibia ke arah lateral (eksorotasi), ekstensi hip
Inervasi : n.Ischiadicus (L5, S1, S2)
(b) M. Semitendinosus
Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar dengan
semitendinosus dan biceps femoris
Insersio : Permukaan medial dari superior tibia melalui tendon pes
anserinus
Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)
Inervasi : nervus tibial (L5-S2)
(c) M. Semimembranosus
Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar dengan
semitendinosus dan biceps femoris
Insersio : Permukaan posterior medial condylus tibia
Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)
Inervasi : Nervus tibial (L5-S2)
3) M. Sartorius
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insersio : Permukaan antero medial atas os tibia tepat di pes anserinus
Fungsi : Fleksi, abduksi dan external rotasi hip joint. Fleksi dan internal
rotasi knee joint
Inervasi : Nervus Femoral (L2-L3)
4) M.Gastrocnemius
Origo : Caput medial dan lateral dari permukaan posterior condylus
femoralis
Insersio : Permukaan posterior calcaneus membentuk tendon achiles
Fungsi : Plantar fleksi kaki, fleksi knee
Inervasi : Nervus tibial (S1-S2)
tendon yang diambil dari hamstring medial atau sepertiga tengah tendon patela.
Meskipun demikian, masalah yang signifikan akan tetap muncul. Dalam jangka
pendek, rekonstruksi ACL secara konvensional gagal mengembalikan
kinematika dan kinetika sendi normal.
b) Etiologi Anterior Cruciatum Ligament
Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera ACL terjadi karena cedera non-
kontak, sementara 30 diantaranya yaitu:
1) Olahraga berat: sepak bola, voli, marathon
2) Gerakan berubah arah cepat
3) Gerakan berhenti mendadak
4) Mendarat tidak benar saat melompat
5) Cedera akibat kontak langsung atau bertabrakan dengan pemain lain
6) Atlit perempuan cenderung lebih beresiko mengalami cedera ACL, hal ini
di karenakan adanya perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot dan kontrol otot.
c) Tanda dan Gejala Anterior Cruciatum Ligament injury
Terjadinya rupture ligament dan meniscus akan ditemui berbagai tanda dan
gejala yaitu, sebagai berikut (Marieswaran, 2018):
1) Nyeri pada bagian lutut.
2) Haemoarthrosis yang terjadi karena pendarahan ligament.
3) Adanya suara “POP” dari lutut.
4) Lutut akan terasa longgar atau tidak stabil.
5) Terjadi pembekakan terutama pada bagian lutut.
6) Lutut terasa terkunci dan kaku.
7) Terjadinya rupture ligament dapat dikarenakan gerakan yang dilakukan
secara tiba-tiba dan gerakan memutar.
d) Klasifikasi Cedera Anterior Cruciatum Ligament
Cedera pada ligamen dapat diklasifikasikan seperti berikut ini
(Fischer,2014):
1) Grade 1 : Ligamen sedikit teregang namun masih dapat menjaga kestabilan
sendi. Sedikit serabut yang putus disertai nyeri ringan dan bengkak tetapi
tidak ada kerusakan pada ligamen.
2) Grade 2 : Titik dimana regangan ligamen semakin lebar dan sudah terjadi
robekan parsial ligamen atau robek lengkap dengan perdarahan. Ada
pembengkakan yang moderat dengan beberapa hilangnya fungsi. Ligamen
10
Tes Lachman merupakan tes yang paling sensitif untuk mendiagnosis robekan
ACL akut. Tes ini dilakukan dengan posisi lutut fleksi 30º dengan posisi tubuh
telentang. Besaran perpindahan diukur dalam satuan mm dan kualitas dari ujung
ligamen dinilai. Kelemahan pada ligamen atau terasa lunak pada ujung ligamen
mengindikasikan adanya robekan ACL. Besar perpindahan lebih dari 3 mm
menunjukan abnormalitas pada ACL.
3. Pivot shift test
Tes ini dilakukan dengan meluruskan tungkai yang diduga menderita
cedera. Lalu lutut difleksikan dengan satu tangan sedangkan satu tangan yang lain
menahan kaki pada bagian paha. Saat lutut difleksikan, kemampuan fleksi akan
berkurang dan pada akhirnya akan terjadi gerakan rotasi ke dalam dari tibia
terhadap femur.
C. Intervensi Fisioterapi
1. Strengthening
Strengthening merupkan suatu bentuk latihan yang penguatan otot dengan melawan
tahanan, dengan kontraksi otot secara dinamik maupun statik. Tujuan dilakukan
strengthening yaitu untuk meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot. Karena
dengan memberikan latihan strengthening maka akan terjadi penambahan jumlah
sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin yang diperlukan dalam
kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-serabut otot yang baru maka
kekuatan otot dapat meningkat. Terdapat 3 tipe resistance exercise yaitu : Isotonik
Resistance Exercise yang merupakan latihan dinamis dengan melawan beban yang
menetap atau berubah – ubah. Isokinetik Exercise Suatu bentuk latihan dinamis
dimana kecepatan otot memendek atau memanjang dikontrol oleh alat yang
mengatur kecepatan gerakan dari bagian tubuh tersebut.
3. ROM Excercises
Latihan Range of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Latihan ROM diberikan
untuk mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk
meminimalkan kehilangan kelenturan jaringan dan pembentuk kontraktrur. Latihan
ROM terdiri dari:
a) Aktif ROM merupakan gerakan yang disebabkan oleh gerakan aktif dari otot
itu sendiri
b) Pasif ROM merupakan gerakan yang sepenuhnya disebabkan oleh gerakan dari
luar dengan sangat sedikit ataupun tidak ada gerakan sadar dari otot. Sumber
gerakan dapat berasal dari gravitasi, mesin, individu yang lain maupun bagian
tubuh individu itu sendiri.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Tn. H
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Kebun Jeruk
Pekerjaan : Karyawan swasta
B. Asesment Fisioterapi
1. History taking
a) Pada 2 bulan yang lalu pasien bermain bola pada saat pasien berlari dan pasien
berbalik badan dengan lutut memutar pada lutut kanan, saat itulah terjadi cedera
pada lutut, kemudian pasien terjatuh .
b) Pada bulan November pasien pada saat lari dan berjalan merasa tidak setabil di
lutut kananya dan masih terasa sakit di area lututnya dan melakukan MRI di
RSPAD dan di dapakan hasil ACL Putus Pada tanggal 25 November melakukan
operasi ACL Knee dextra,. Jaringan yg diambil pada m. hamstring dextra, terapi
1 minggu kemudian di klinik Esa unggul
c) kemudian sekarang memasuki minggu ke 2 terapi, seminggu 3x terapi.
HOAC II
Apakah saat terjadi cedera terdengar suara di lutut kanannya ? YA
Apakah langsung terasa lemas ? Ya
Apakah masih dapat melanjutkan pertandingan ? Tidak
Apakah ada nyeri di daerah lutut ? Ya
Apakah tidak lama setelah terjadinya cedera terjadi bengkak besar ? Ya
Apakah ketika Berjalan Terjadi merasa lutut kanan yang cedera merasa tidak stabil
? Ya
14
5. Quick test
Duduk berdiri : tidak ada nyeri
Berdiri satu kaki : belum mampu berdiri satu kaki 1 menit
Berjalan : menggunakan 2 cruck
15
1. Pengukuran Objektif
a. Antropometrik lingkar sendi lutut dan otot
Kiri Kanan
20 60 58
15 58 55
10 49 47
5 40 42
Basis patella 38 41
5 37 40
10 39 37
15 33 32
b. Rom knee
Fleksi : 800
Ekstensi : 00
c. Keseimbangan
One leg standing : pasien belum mampu untuk berdiri satu kaki karena
kemampuan proprioceptive dan kekuatan otot belum bagus
d. Pemeriksaan penunjang
MRI
16
Table ICF
PARTICIPATION
Bengkak dan nyeri RESTRICTION
Berdiri dengan
Guarding satu kaki
Hamstring
Naik dan turun Ibadah belom
Keseimbangan tangga bisa duduk
menurun diantara dua
Berjalan
sujud
Hipomobility
berlari
Pattela berolahraga
Felxi knee terbatas
Penurunan
Propioseptip
Kekuatan otot
menurun
17
2. Diagnosis Fisioterapi :
Adanya gangguan gerak dan fungsi pada sendi lutut yang diakibatkan robeknya
aterior cruciate ligament dengan adanya Odem nyeri dan Guarding spasme
Hamstring serta penurunan otot2 tungkai kanan dan penurunan mobilitas sendi,
stabilitas sendi dan fungsi otot pola gerak jalan dan lari serta koordinasi pada
aktivitas olahraga.
3. Perencanaan
Jangka pendek :
Menurunkan Nyeri dan Odem
Menurunkan Guarding Spasme M.hamstring
Menambah derajat ROM
Meningkatkan kekuatan otot
Meningkatkan kemampuan proprioceptif
Meningkatkan keseimbangan
Jangka panjang :
Dapat beraktivitas olahraga kembali
4. Intervensi
Kompres es 15 menit
Quadricep set 10 x 3 set
Hamstring set 10 x 2 set
Gluteus set 10 x 2 set
Eccentrik hamstring
Hip exercise dengan beban 10 x 3 set
Ankle theraband 10 x 3set
Mobilisasi patella
Wall slide 100 x
Weight bearing
Gait training
Kompres es 15 menit