Anda di halaman 1dari 13

Cedera- cedera pada Shoulder Complex

A. Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum

1. Shoulder Complex

Soulder complex terdiri dari tujuh persendian dimana masing - masing sendi tersebut mempunyai
fungsi dan struktur pembentuk yang berbeda.

1. Glenohumeral Joint

Merupakan ball and socet joint (sendi putar) yang dibentuk oleh glenoid cavity yang berbentuk
concave menghadap ke lateral serong ke ventrocranial dengan head of humerus berbentuk
konveks.Gerak fisiologis fleksi-ekstensi dengan ROM fleksi 1800 dan ekstensi 600 dengan
stetch end feel (elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi dalam
bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic harder end feel, gerak arthrokinematicnya berupa
caudal translasi. Gerak fisiologi internal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 1000 dan
elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi eksternal rotasi
dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya
berupa ventral translasi. Gerak fisiologi horizontal abduksi dan adduksi dalam bidang transversal
ROM 1100 dan 300 dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi
dan dorsal translasi.Seluruh komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic traksi dengan arah
lateral sedikit serong ventrocranial.Capsular pattern adalah keterbatasan gerak sendi sebagai
pemendekan seluruh capsule ligamen, dengan pola ROM eksternal rotasi < abduksi < internal
rotasi.

2. Suprahumeral (joint)

Bukan merupakan sendi sebenarnya tetapi merupakan celah antara acromion pada bagian atas
dan head of humerus bagian bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator cuff muscle yang
terdiri dari m. Subscapular, m. Supraspinatus, m. Infraspinatus dan tendon biceps caput
longum.Pada saat abduksi-elevasi terjadi benturan anatara head of humerus dengan acromion,
kemudian diantisipasi dengan eksternal rotasi humerus dan atau scapular abduksi.

3. Acromioclavicular joint.

Merupakan plane joint dimana acromion konkav menghadap ke medial dan clavicula konveks,
dimana dalm klinis gerakan yang dijumpai adalah elevasi-depresi dan protaksi-retraksi. Karena
yang bergerak acromion yang merupakan permukaan konkav maka gerak arthrokinematicnya
mengikuti gerak osteokinematic tersebut yaitu saat elevasi terjadi translasi acromion ke cranial
dan saat depresi terjadi translasi acromion ke caudal.Demikian pula saat protaksi terjadi translasi
acromion ke ventral dan saat retraksi terjadi translasi acromion ke dorsal.Gerak arthrokinematic
traksi selalu kearah lateral searah acromion ditarik.

4. Sternoclavicular Joint

Merupakan jenis sendi saddle joint dimana clavicula konkav kearah anteroposterior dan konveks
kearah craniocaudal. Gerak fisiologis dalam klinis seperti AC joint sesuai gerak
osteokinematicnya.Gerak osteokinematicnya saat elevasi-depresi terdapat unsur
arthrokinematicnya caudal translasi-cranial translasi dan saat protaksi-retraksi terdapat unsur
arthrokinematic ventral-dorsal translasi.Gerak arthrokinematic traksi selalu searah dengan
tarikan sepanjang axis clavicula.

5. Scapulothoracal (joint)

Bukan merupakan sendi sebenarnya, tetapi merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding
thorak yang dibatasi oleh scapular dengan otot serratus anterior dan dipertahankan oleh otot
middle dan lower trapezius dan rhomboideus major-minor.Otot serratus anterior dan levator
scapula serta bersama AC joint merupakan tempat bertumpunya ekstremitas atas terhadap
tubuh.Gerakan yang terjadi apada scapulothoracal adalah elevasi-depresi sesuai dengan
translasinya dan abdusi-adduksi sesuai dengan translasinya. Gerak arthrokinematic traksinya
adalah gerak scapula menjayh terhadap dinding thorak

6. Intervertebral Joint

Sendi intervertebral yang ikut terlibat dalam cervikal bawah (C6-7-Th1) dan thoracal atas (Th1-
2-3-4) dimana saat gerak bahu fleksi atau abduksi penuh terjadi rotasi kearah ipsilateral dal
lateral fleksi jug kontralateral.

7. Costovertebral (transversal) Joint

Costa 1-2-3-4 secara bertahap mengikuti gerak lengan seperti pada intervertebral joint dengan
winging dan rotasi

Stabilitas sendi glenohumeral sebagian besar tergantung pada struktur jaringan disekitarnya.
Persendian scapulohumeral dikelilingi dan diperkuat oleh 3 lapisan yang berbeda dan yang satu
berada didalam lainnya (tumpah tindih) kapsul sendi, rotator cuff dan bursa subacromial-
subdeltoidea.

a) Bursa subacromia-subeltoidea

Berada diluar rotator cuff sebagai lapisan ke 3 tipis dan jaringan lunak yang melapisi bagian
permukaan anterior pada sendi glenohumeral.Sendi glenohumeral terdapat bursa subacromial
yang berada dibawah tulang processus acromion dan bursa subdeltoidea yang berada dibawah
otot deltoid. Burasa subacromia-subeltoidea secara actual merupakan satu struktur dengan dua
nama namun kedua bursa tersebut dijadikan satu.

b) Ligamenta Coracoacromial

Coracoacromial terdiri dari acromion , coracoid dan difiksasi secara angular oleh ligamenta
coracoacromial, lengkung coracoacromial merupakan atap untuk sendi glenohumeral.

c) Otot-otot Sendi Bahu

· M. supraspinatus berorigo di fossa supraspinata dan berinsertio dibagian tuberculum


majus, otot ini memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan capsula articularis dan
abduksi lengan dipersarafi oleh n. Suprascapularis C4-C6.

· M. infraspinatus berorigo pada fossa infraspinata dan berinsertio pada bagian posterior
dari tuberositas mayor, otot ini memperkuat capsula abrticularis sendi bahu. Fungsi utamanya
adalah eksternal rotasi lengan, dipersarafi oleh n. Suprascapularis C4-C6.

· M. subcsapularis mempunyai origo pada fossa subscapularis dan berinsertio pada


tuberculum minor, berfungsi sebagai rotasi edial lengan atas, dipersarafi oleh n. Suprascapularis
C5-C8.

· M. teres minor berorigo pada bagian pinggir lateral scapula inferior berjalan kepermukaan
inferior dari tuberositas major.Berfungsi sebagai rotasi lateralis lengan, dipersarafi oleh n.
Axillaris (circumflexus) C5-C6

· Keempat otot diatas merupakan kesatuan otot otot rotator cuff yang hampir menempti
bagian dalam antara caput humeri dan processus acromialis. Rotator cuff membungkus caput
humeri dan memfiksasi caput humeri dalam glenoid

· M. deltoideus dibagi atas tiga bagian yaitu pars clavicularis, pars acromialis dan pars
spinalis. Pars clavicularis berasal dari sepertiga lateral clavicula, pars acromialis berasal dari
acromion dan pars spinalis berasal dari pinggir bawah spina scapula. Ketiga bagian ini melekat
pada tuberositas subdeltoidea, yang berfungsi sebagai abductor sendi bahu dan dipersarafi oleh n.
Axillaris (circumflexus) C4-C6.
· M. ters mayor berorigo pada margo lateralis scpula dekat angulus inferior, berinsertio pada
crista tuberculi minoris. Fungsi utamanya adalah retroversi lengan atas kearah garis tengah. Otot
ini juga membantu gerakan adduksi dan dipersarafi oleh n. Thoracodorsalis C6-C7.

· M. latisimus dorsi merupakan otot yang paling lebar yang berorigo pada processus
spinosus sacrum, lumbal dan thorakal bawah (dibawah thorakal 6) dan pada ligamen supraspinal
melalui fascia thoracolumbalis, crista iliaca dan bagian bawah costae ke 3 atau 4 dan berinsertio
disulcus intertubercularis humeri. Persarafan oleh n. Thoracodorsalis C6-C8.

· M. coracobrachialis berasal dari pocessus coracoideus bersama sama dengan caput brevis
m. biceps brachii. Otot ini berinsertio pada fascies medialis humeri. Otot ini melakukan
anteversi lengan atas dan juga mempertahankan caput humeri pada lekuk sendi, dipersarafi oleh
n. Musculocutaneus C6-C7.

· M. pectoralis minor adalah otot bahu yang tidak berinsertio pada tulang tulang anggota
badan atas, yang berfungsi menurunkan dan rotasi scapula. Dipersarafi oleh n. Pectoralis
medialis C6-C8.

· M. pectoralis major merupakan otot yang kuat berfungsi sebagai adduksi dan diperasrafi
oleh n. Pectoralis lateralis dan medialis C5-Th1.

· Tendon biceps caput longum yang melintang sendi bahu dan dibungkus oleh selubung
synovial yang terbentang sepanjang sulcus intertubercularis humeri.

2. Definisi

Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum merupakan kondisi yang disebabkan
oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses degenerasi
akan mempercepat terjadinya injury. Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat
melakukan abduksi dan fleksi shoulder.

3. Gambaran Klinis

a. Tendinitis Supraspinatus

- Adanya nyeri tekan

- Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid

- Painful arc saat melakukan gerak abduksi 600-1200 , yang merupakan gambaran klasik
bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara acromion dan humerus
- Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc)

- Resisted abduksi pada out range kadang nyeri

b. Tendinitis Biceps Caput Longum

- Nyeri pada bagian depan caput humeri

- Fleksi lengan secara aktif maupun pasif dapat memprovokasi nyeri

4. Patologi

Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum dapat terjadi karena kecelakaan
(contoh jatuh pada sisi bahu), latihan yang berlebihan (contoh aerobic) atau minor stresses oleh
trauma yang berulang meskipun ringan tapi dalam waktu relatif lama.Tendinitis supraspinatus
disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang dan berkepanjangan
oleh tendon biceps dalam melakukan gerakan fleksi lengan.Tendon otot supraspinatus dan
tendon otot biceps betumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput
humeri yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan ligamen coracoacromial serta
acromion sebagai atapnya. Cidera teringan adalah jenis gesekan yang dapat menyebabkan reaksi
radang lokal atau tendinitis.Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai impingiment
yang lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi robekan kecil dan ini dapat diikuti
dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia fibrokartilageinous atau pengapuran tendon.
Tendon biceps caput longum yang terletak bersebelahan dengan supraspinatus juga dapat terlibat
dansering robekPada pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran, penyebabnya tidak
diketahui tetapi diperkirakan bahwa iskemik lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous
dan peluruhan kristal aktif oleh chondrosit.

A. Asuhan fisioterapi pada Penderita Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput
Longum

Untuk menentukan problem pada penderita Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum terlebih dahulu kita harus melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan
fisioterapi yang terdiri atas

1. Assesment

a. Anamnesa

Anamnesa adalah metode pengumpulan data dengan wawancara baik langsung pada pasien
maupun pada keluarga pasien.Anamnesa umum mencakup identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit, serta tindakan medis yang pernah dilakukan sedangkan anamnesis khusus yaitu
mengenai jenis, ketepatan waktu dan durasi nyeri; lokasi dan distribusi nyeri; provokasi sikap
posisi dan gerak yang menimbulkan nyeri.Pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis
biceps caput longum biasanya pasien mengeluh nyeri saat melakukan gerakan dan ketika
melakukan aktivitas fungsional seperti mengancingkan dan membuka BRA.

b. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum

Dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah, nadi, pernapasan dan
suhu.

2) Pemeriksaan Khusus

a). Inspeksi

Meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan
fungsinya.Inspeksi dimulai saat pertama pasien masuk ruangan.

b). Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan
membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri.Dilakukan untuk mengetahui
temperatur, oedem, spasme, dan lain sebagainya.

c). Pemeriksaan fungsi gerak dasar

Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif dan gerak pasif. Pada pasien tendinitis supraspinatus
dan tendinitis biceps caput longum umumnya ditemukan adanya rasa nyeri dan keterbatasan
gerak

d). ROM

Diperiksa seberapa jauh keterbatasan anggota gerak yang dicapai.Pemeriksaan ROM dilakukan
dengan menggunakan goniometer.

2. Problem Fisioterapi

Asuhan pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita tendinitis supraspinatus dan
tendinitis biceps caput longum dilakukan secara bertahap sesuai dengan problem yang ditemukan
pada saat dilakukan assessment.

- Adanya rasa nyeri

- Keterbatasan gerak abduksi dan fleksi shoulder


- Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.

- Gangguan aktivitas fungsional.

3. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan hasil dari
proses pemikiran klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencakup
gangguan/ kelemahan, limitasi fungsi, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas fungsional
sehari hari, sindroma

4. Perencanaan

Harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan problematic
fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.

Perencanaan jangka pendek penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum
meliputi pengurangan rasa nyeri, spasme dan menambah ROM. Perencanaan jangka panjang
yaitu untuk mengembalikan aktifitas fungsional pasien.

5. Intervensi Fisioterapi

Intervensi diimplementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan
dapat termsauk penanganan secara manual, peningkatan gerakkan, peralatan mekanis, pelatihan
fungsional, penentuan bantuan dan peralatan Bantu.

Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan pada penderita tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum

a. MWD (Microwave Diathermy)

Adalah suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikrodlm bentuk radiasi
elektromagnetik yang akan di konversi dalam bentuk panas, dengan frekuansi 2456 MHz dan
915 MHz, dengan panjang gelombang 12,25.

Kontra indikasi

- Adanya logam TBC, DM

- Alat elektromagnetik Gangguan sensibilitas

- Gangguan pembuluh darah Kemahilan

- Pakaian nylon CA

- Jaringan yang banyak cairan Saat menstruasi


- Gangguan sensibilitas

Indikasi

- Selektif pemanasan otot

- Jaringan kolagen, spasme otot, nodus myofibrositik

- Efektif untuk sendi IP, MCP dan pergelangan tangan

- Kelaian tulang, sendi, otot (RA, OA, spasme)

- Kelainan saraf perifer

Tujuan

- Relaksasi otot

- Melancarkan sirkulasi darah

- Perbaikan sistem metabolisme

- Mengurangi proses kontraktur jaringan

- Perbaikan konduktifitas jaringan syaraf

b. TENS (Transelectrical Nerve Stimulation)

TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk mengurangi nyeri dengan
merangsang system saraf melalui permukaan kulit dan terbukti secara efektif untuk merangsang
berbagai tipe nyeri karena mampu menstimulasi baik syaraf berdiameter kecil yaitu A gamma
dan tipe C mapun berdiameter besar yaitu A alpha dan A betha. Aktifnya syaraf berdiameter
besar ini akan mempermudah interneuron pada substansia gelatinosa untuk menghalangi input
syaraf yang berdiameter kecil ke sel-sel transmisi melalui inhibisi pre-sinaps, sehingga nyeri
dihambat oleh stimulasi elektrik dengan menutup gerbang bagi input nyeri.

c. US (Ultrasound)

Pengertian

Adalah terapi dengan menggunakan gelombang suara tinggi dengan frekuensi > 20.000 Hz.

Indikasi
- kondisi/ penyakit pada otot (spasme), tulang, sendi

- oedema

- RA

- Gangguan neurologis, : neuropati, HNP

- Jaringan parut

- Kontraindikasi

- Adanya gangguan sensibilitas

- Adanya protese

- Post laminektomi

Tujuan

- Meningkatkan sirkulasi darah

- Relaksasi otot

- Pengurangan rasa nyeri

- Peningkatan kemampuan regenerasi jaringan.

d. Massage dan friction

Massage adalah upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan atau alat (vibrator).

Indikasi

- Kondisi sehabis trauma atau segabis operasi sub akut dan kronik pada sistem
muskuloskeletal.

- Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, perlengketan dan pemendekan


jariangan otot dan jaringan lunak yang lain.

- Kondisi keluhan nyeri, penekanan atau penyempitan urat saraf

- Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe

Kontraindikasi

- Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang masih baru
- Kulit yang terkuak

- Kondisi cidera sistem muskuloskeletal (fractur, ruptur) belum direposisi dn pulih secara
baik dan kuat.

- Penderita panas tinggi

Tujuan

- Meningkatkan arus pengembalian cairan venous dan atau lymphatic

- Memperoleh penurunan tonus atau spasme otot

- Peregangan otot,tendon, ligamen

- Melepaskan perlekatan fibrous

- Merangsang kontraksi otot

Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan pada tendon
supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh sedangkan pada tendon
biceps caput longum friction dilakukan pada sulcus bicipitalis. Dengan adanya efek mekanik
yang dihasilkan dari transvere friction maka akan merangsang serabut afferen Aδ dan C yang
akan memicu pelepasan sistem analgesik endogen sehingga akan terjadi modulasi nyeri pada
level supraspinal sehingga nyeri akan menurun. Adanya vasodilatasi akibat aplikasi transvere
friction maka akan meningkatkan aliran darah yang mengalami kerusakan sehingga akan
membersihkan area ini dari iritan kimia yang dihasilkan dari proses radang, menghilangkan
jaringan fibrous, melemaskan dan melepaskan perlengketan pada jaringan lunak sehingga dapat
menyebabkan terjadinya sedative efek yang menurunkan nyeri. Serta vasodilatasi yang terjadi
juga akan meningkatkan transportasi endogenous opiate sehingga dari proses ini akan
menghasilkan penurunan nyeri.Aplikasi transvere friction massage akan membantu
menyesuaikan serabut kolagen ke arah linear dan akan membebaskan serabut afferen Aδ dan C
yang terjebak akibat tekanan jaringan fibrous sehingga nyeri dapat berkurang. Deep transvere
friction cukup efektif untuk digunakan untuk menghilangkan jaringan ikat dan cross link pada
tendon m. supraspinatus dengan tehnik tekanan kearah melintang dari serabut m. supraspinatus
yaitu lateral-medial, maka akan memprovokasi timbulnya inflamasi baru yang steril.

Karena inflamasi merupakan bagian penting dari healing proses maka dicoba untuk
meningkatkan inflamasi ke tahap dimana proses inflamasi telah sempurna dan dapat ditingkatkan
ketahap selanjutnya dari healing proses, dengan demikian setelah proses penyembuhan selesai
maka hasil yang diharapkan adalah nyeri pada kasus tendinitis supraspinatus kronik dapat
berkurang
d. Joint Mobilization

Osteokinematik adalah gerakan yang terjadi pada tulang.Pada glenohumeral joint mempunyai 3
derajat kebebasan gerak yaitu fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi. Gerak
fisiologis dari fleksi dan ekstensi merupakan gerak osteokinematik rotasi spin dalam bidang
sagital dengan ROM fleksi 1800 ekstensi 600 dengan elastic end feel. Gerak fisiologis abduksi
merupakan gerak osteokinematik pendular abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan
elastic end feel.Gerak fisiologis internal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam
bidang transversal dengan ROM 700 dan elastic end feel. Gerak fisiologis eksternal rotasi
memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan
elastic end feel.Arthrokinematiknya adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada
glenohumeral joint gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi terjadi karena rool slide caput
humeri pada fossa glenoidalis. Gerak arthrokinematik dari fleksi dan ekstensi berupa spin,
abduksi berupa caudal translasi, internal rotasi berupa dorsal translasi dan eksternal rotasi beupa
ventral translasi.Traksi adalah apabila geraka translasi tulang arahnya tegak lurus dan menjauhi
bidang terapi serta terjadi peregangan permukaan sendi yang arahnya lateral serong
ventrocranial. Pada saat translasi glenohumeral kecaudal akan terajdi peregangan permukan
sendi sehingga akan meningkatkan lingkup gerak abduksi

f. Contrax rilex and stretching Tiga Dimensi

Contrax rilex and stretching tiga dimensi merupakan kontraksi isometrik dengan resisten pada
otot yang mengalami keterbatasan (antagonis) yang diikuti dengan rileksasi dan gerakan untuk
meningkatkan jarak gerak dengan tujuan untuk menngkatkan passive ROM yang menggunakan
prinsip PNF untuk melatih grup otot dengan prinsip tahanan maksimal, stretch dan patron
diagonal. Stretching adalah suatu bentuk terapi yang dilakukan untuk memanjangkan otot yang
patologis berupa pemendekan otot yang menghambat jarak gerakan sendi yang normal.Ada dua
jenis bentuk terapi stretching yang digunakan yaitu passive stretching dan active inhibisi. Namun
dalam makalah ini tehnik yang akan digunakan yaitu passive stretching. Passieve stretching 3
dimensi digunakan bila pasien dalam keadaan rileks dengan menggunakan kekuatan dari luar
dari fisioterapis yang diaplikasikan secara manual atau dengan menggunakan alat-alat mekanik
untuk mengulur jaringan lunak yang mangalami pemendekan.

Indikasi

- Keterbatasan jarak gerak sendi akibat kontraktur, perlekatan dan pembentukan jaringan
parut y mengarah pada pemendekan otot.

- Keterbatasan yang mengarah pada kelainan struktural sgb tindakan pencegahan.

- Kontraktur yang berhubungan dengan aktifitas fungsional sehari-hari.


- Pada kelemahan otot di satu sisi dan ketegangan disisi lain.

Tujuan Contract rilex and stretching 3 dimensi

- Meningkatkan pasif ROM

- Mengurangi nyeri

- Mengulur otot-otot yang memendek

g. Terapi latihan

Latihan isotonik adalah suatu jenis latihan kontraksi pada otot dengan adanya perubahan panjang
otot.

Fungsi latihan isotonik :

- Meningkatkan kekuatan

- Memelihara sistem sirkulasi

- Mengulur jaringan perlengketan sendi

- Merileksasi otot

- Memelihara nitrisi pada sinovial sendi menjadi lebih baik

6. Home Program

Home program yang dapat disarankan pada pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps
caput longum antara lain

- Menghindari aktivitas yang memperberat keluhan.

- Melakukan latiahn latihan secara mandiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
fisioterapi.

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah diberikan
terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus
diubah.Meliputi analisa dan sintesa.

Anda mungkin juga menyukai