Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

Tennis elbow merupakan masalah yang sering terjadi yang menimbulkan

nyeri pada siku setiap kali pasien menggenggam sesuatu, lengan bawah pronasi,

atau pergelangan tangan flexi penuh. Setiap manuver tersebut memberi regangan

yang berasal dari tendon extensor communis pada epicondilus lateralis, Tennis

elbow atau epicondylitis lateral adalah kondisi menyakitkan yang melibatkan

tendon yang melekat pada tulang di bagian luar (lateral) siku. Otot yang terlibat

dalam kondisi ini adalah ekstensor carpi radialis brevis, yang berperan membantu

memperpanjang dan menstabilkan pergelangan tangan.

Tennis Elbow sudah dikenal sejak tahun 1873 oleh Runge yang

menyatakan periostitis sebagai penyebabnya. Sesuai dengan namanya, cedera ini

biasa terjadi pada pemain tennis.Tetapi cedera ini juga didapatkan pada olahraga

yang memakai raket (seperti: squash, bulutangkis, golf, dan olahraga yang bersifat

rekreasi seperti memancing). Bahkan cedera ini juga dapat terjadi pada pekerja,

seperti: montir listrik, tukang kayu dan penjahit. Pertolongan pertama yang

diberikan dengan tepat, cepat dan akurat pada tempat kejadian cedera akan

mencegah terjadinya cedera atau kecacatan tambahan. Tennis Elbow merupakan

keluhan yang paling sering terjadi, penelitian menunjukkan pada 45%

olahragawan yang bermain setiap hari dan 25 % yang bermain 1-2 kali

perminggu. Tennis Elbow sering terjadi pada usia antara 30-40 tahun, dimana

sering di dapatkan pada “Weekend Tennis Player”.

Tennis elbow adalah nyeri akibat cidera peradangan tendon extensor wrist

dengan gejala nyeri pada tendon pada extensor wrist pada daerah epicondilus
lateralis. Tennis elbow mempengaruhi 1% hingga 3% dari populasi keseluruhan

dan sebanyak 50% dari pemain tennis selama karir mereka. Kurang dari 5% dari

semua diagnosa tennis elbow terkait untuk benar – benar bermain tennis

Tennis Elbow disebabkan penggunaan yang berlebihan (overuse) karena

peningkatan frekuensi, kekuatan, kecepatan dan durasi yang mengakibatkan

perubahan patologis pada tendon ektensor lengan bawah.Otot utama yang terlibat

adalah ekstensor karpi radialis brevis, extensor digitorum komunis, karpi radialis

longus dan extensor karpi ulnaris. Dengan penanganan yang meliputi pencegahan,

terapi yang benar serta tindakan rehabilitasi maka akan didapatkan pemulihan

fungsi semaksimal mungkin untuk kembali ke asal. Hal ini perlu dilaksanakan

secara dini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kasus

1. Defenisi

Tennis Elbow adalah pembentukan jaringan abnormal pada otot-

otot ekstensor pergelangan tangan yang terjadi akibat adanya kontraksi

yang berlebihan. Keadaan ini akan menimbulkan rasa nyeri, adanya

keterbatasan gerak, dan adanya gangguan fungsional. Untuk lebih

mendalami atau mengetahui pato-logi dan penyebab terjadinya nyeri

pada siku, maka perlu diperhatikan aspek-aspek pada struktur sendi siku

yang mencakup anatomi terapan dan biomekanik. Hal ini sangat penting

sehingga dalam pemberian tindakan baik itu dalam modalitas ultrasound

maupun mani-pulasi dengan transverse friction dapat memberikan hasil

yang optimal.

Tennis elbow adalah nyeri akibat cidera peradangan tendon

extensor wrist dengan gejala nyeri pada tendon pada extensor wrist pada

daerah epicondilus lateralis. Tennis elbow mempengaruhi 1% hingga 3%

dari populasi keseluruhan dan sebanyak 50% dari pemain tennis selama

karir mereka. Kurang dari 5% dari semua diagnosa tennis elbow terkait

untuk benar–benar bermain tennis.

Tennis elbow disebut dengan nyeri Extensor Carpi Radialis Brevis,

namun sebagian besar otot ekstensor biasanya akan mengalami

pemulihan. Tennis elbow atau epicondylitis lateral adalah kondisi


menyakitkan yang melibatkan tendon yang melekat pada tulang di bagian

luar (lateral) siku. Otot yang terlibat dalam kondisi ini adalah ekstensor

carpi radialis brevis, yang berperan membantu memperpanjang dan

menstabilkan pergelangan tangan.

Gambar.2.1 Tennis Elbow

Tennis elbow ini terdiri dari 4 tipe yaitu: Tipe I; ekstensor carpi

radialis longus, Tipe II, ekstensor carpi radialis brevis tenno periosteal,

Tipe III , ekstensor carpi radialis brevis muscle junction, dan Tipe IV,

ekstensor carpi radialis brevis muscle belly.

2. Anatomi Elbow

Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus,

ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi

yang bersama-sama. Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua

gerakan yakni fleksi/ ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi.

Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan
bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena radius

berputar pada tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada

poros bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh

kepala radius dan incisura radialis ulna dan merupakan bagian dari

sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan

(Suharto, 2000:34).Sendi siku sangat stabil yang diperkuat oleh

simpai sendi yaitu ligamentcollateral medial dan lateral.

Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius.

Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah

brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator teres dan

supinator. Selain otot di atas, dari sikujuga berasal sejumlah otot yang

berfungsi untuk pergelangan tangan sepertiotot ekstensor carpi

radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi

pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6

-7, otot ekstensor carpi radialis brevis, berfungsi sebagai penggerak

utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh

saraf radialis akar saraf servikal 6 -servikal 7 (Suharto, 2000:34).Axis

transversal dari permukaan artikulasi deviasi sekitar 10º dari axis

longitudinal humeri bagian medial terbawah yang menyebabkan

supinasi pada tangan terjadi deviasi siku sebesar 10-15 derajat pada

laki-laki dan 20-30º pada wanita yang dikenal sebagai “carrying

angle” (Reyes, 1978) fleksi ekstensi siku, luas pergerakan sebesar

140º dan pronasi supinasi sebesar 90º.


Gambar 2.2
Otot Supervisial

1) Muskulus Biceps Brachii

Mulai dari caput longum, berasal dari tuberculum supra

gleinoidalis dan caput brevis, berasal dari processus coracoideus.

Kedua caput tersebut bersatu setinggi insersio otot deltoideus, ke

dalam otot biceps brachii dan bera khir dengan dua tendo. Tendo

yang lebih kuat berinsertio pada tuberositas radii yang ditutupi oleh

bursa bicipitoradialis. Tendo lain-nya berbentuk tipis yaitu

aponeurosis bicipitalis. Otot ini berorigo pada glenoid (caput

longum) dan processus coracoideus (caput brevis), berfungsi untuk


fleksi dan supinasi sendi siku, serta dipersarafi oleh nervus

musculocutaneus (C5, C6).

2) Muskulus Triceps Brachii

Otot ini mempunyai tiga kepala, yaitu: caput longum, caput

medial, dan caput lateral. Caput longum berasal dari tuberculum

infraglei-noidalis skapula dan membentang ke distalis ke depan otot

teres major. Caput medial mulai dari distalis sulcus nervus radialis,

facies dor-salis humeri, septum intermuscular lateral. Caput lateral

berasal dari facies dorsalis bagian lateralis humerus dan sulcus

nervus radialis bagian proksimal. Otot ini berorigo pada gleinoid dan

bagian belakang humerus, berin-sersio pada olecranon, yang

berfungsi untuk ekstensi siku, serta dipersarafi oleh nervus radialis

(C6, C8)

3) Muskulus Anconeus

Otot ini berasal dari facies dorsalis epicondylus lateralis dan

ligamen collateral radial. Berinsersio pada seperempat sisi dorsalis

ulna dekat dengan caput medial otot triceps bachii. Otot ini berfungsi

untuk membantu otot triceps brachii untuk menghasilkan gerak eks-

tensi dan menegangkan capsul articularis sendi siku, sertadi persarafi

oleh nervus radialis (C7, C8).

4) Muskulus Pronator Teres

Otot ini berasal dari caput humeral mulai dari epicondylus

medialis humeri dan septum intermuscular medialis dan yang ber-


asal dari caput ulnar mulai dari processus coronoideus ulna. Otot ini

berorigo pada epicondylus medialis humeri, fascia antebra-chii, dan

processus coronoideus ulna, berin-sersio pada tuberositas pronatoria

radii, dan berfungsi untuk pronasi lengan bawah dan membantu

fleksi siku, serta dipersarafi oleh nervus medianus (C6, C7).

5) Muskulus Ekstensor Carpi Radialis Longus

Otot ini berasal dari krista supracon-dylaris humeri dan septum

intermuskular lateral sejauh epicondylaris lateralis dan berjalan

bersama muskulus ekstensor carpi radialis brevis melalui rongga

tendo kedua. Otot ini berorigo pada distal margo lateralis humeri dan

septum intermuskular brachii lateral, berinsersio pada basis

metacarpalis II, berfungsi untuk ekstensi dan abduksi (radial deviasi)

pergelangan tangan dan membantu untuk ekstensi siku, serta

dipersarafi oleh nervus radialis (C6,C7).

6) Muskulus Ekstensor Carpi Radialis Brevis

Otot ini berasal dari caput bersama epicondylus lateralis, dari

ligamentum colla-teral radial dan dari ligamentum anulare radii. Otot

ini berjalan melalui rongga tendo kedua pada dorsalis pergelangan

tangan. Berorigo pada epicondylus lateral humerus, umumnya

tendon ekstensor, ligamen collateral radial elbow, berinsersio pada

basis metacarpalis III, berfungsi untuk ekstensi dan abduksi (radial

deviasi) pergelangan tangan, serta dipersarafi oleh nervus radialis

(C6,C7).
7) Muskulus Ekstensor Carpi Ulnaris

Otot ini berasal dari caput bersama dengan muskulus ekstensor

digitorum dan dari bagian ulna berjalan ke sisi medial dorsalis ulna

malalui keenam rongga tendo ke basis metacarpalis ke lima. Otot ini

berorigo pada epicondylus lateral humerus, umumnya melalui

tendon ekstensor, dibatasi bagian dorsal dari ulna, berinsersio pada

basis metacarpal V, berfungsi untuk ekstensi dan adduksi (ulnar

deviasi) pergelangan tangan, serta dipersarafi oleh nervus radialis

(C6,C7,C8).

8) Muskulus Ekstensor Digitorum Communis

Otot ini berbentuk gepeng dimulai dari epicondylus lateralis

humeri, ligamentum collateral radial, ligamentum anulare radii, dan

fascia antebrachii. Otot ini berjalan melalui empat rongga tendo,

bersama tendon-tendon otot membentuk aponeurosis dorsalis jari II

sampai jari V. Berorigo pada epicondylus lateral hume-rus umumnya

melalui tendon ekstensor berinsersio pada empat tendon sampai

basis phalang II dan III dari jari-jari tangan. Berfungsi untuk ekstensi

pergelangan tangan, serta dipersarafi oleh nervus radialis (C7). (Era

Riani Ramli.2017)

3. Etiologi

a. Adanya peradangan pada tendon extensor wrist(pergerakan otot


tulang tendon pada lengan terutama elbow/ sikut yang melekat
pada epicondilus lateral )
b. Akibat overuse atau gerakan berlebihan
c. Banyak terjadi pada otot extensor carpi radialis brevis
d. Faktor mekanikal pemain tenis akibat salah posisi memukul bola
dan terjadi perulangan sehingga menyebabkan tennis elbow
4. Penyebab Tennis Elbow
a. Over Use

Ini disebabkan karena adanya pembebanan yang berlebihan pada otot-

otot ekstensor carpi radialis. Contohnya pada ibu-ibu rumah tangga

atau seseorang yang mencuci pakaian. Ini disebabkan karena gerakan

ekstensi pergelangan tangan disertai pronasi lengan bawah yang

berulang-ulang dan kuat pada waktu memeras pakaian.

b. Trauma

Disebabkan karena adanya suatu kerja otot-otot ekstensor pergelangan

tangan yang berulang-ulang dan berat. Sebagai contoh pada pemain

tenis. Kesalahan yang dilakukan yaitu melakukan back hand dengan

siku menghadap net. Dalam posisi lengan demikian, otot-otot

ekstensor tangan dan pergelangan tangan harus berkontraksi di luar

kemampuannya untuk melakukan backhand yang berhasil. Akibat-nya

timbul nyeri setelah melakukan backhand yang salah. Disamping itu

dapat juga disebabkan oleh latihan yang terlalu berat. Misalnya sudah

terlalu lama tidak melakukan latihan tenis, kemudian mendadak

melakukan latihan yang terlalu banyak dan dalam tempo permainan

yang cepat dan keras.

c. Faktor Usia
Pada faktor penuaan, terjadi proses degenerasi. Pada proses ini, jumlah

elastin menurun, kolagen menurun, kelenturan menurun, jumlah

matriks jaringan ikat menurun dan menjadi rapuh, sehingga mudah

terjadi micro rupture. Akibat jumlah kapiler menurun pada usia lanjut,

maka proses penyembuhan menjadi lama dan bila terjadi degenerasi

pada tendon dan adanya pembebanan yang berlebihan akan terjadi

ruptur

5. Patofisiologi

Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi

karena trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para

pemain tenis, terutama pada mereka yang tidak profesional, dan belum

memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral terjadi

karena kontraksi repetitif pada otot-otot extensor lengan bawah,

terutama pada origo Epicondylus Carpi Radial Brevis, yang

mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang

imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang

mengakibatkan stres varus berlebihan pada Epicondylus Carpi Radial

Brevis , posisi anatomi tendon Epicondylus Carpi Radial Brevis yang

langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum menyebabkan

tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses

extensi elbow.

Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi

dalam proses degenerasi dan tendinosis. Pada pemeriksaan umum,


tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna abu-abu dan

rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi

karena adanya proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial,

synovium, dan ligamentum annular. Pada tahun 1979, Nirschl dan

Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen normal

akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif

vaskuler yang imatur, yang disebut juga dengan istilah “hiperplasia

angiofibroplastik”. Proses itu kemudian dikenal dengan nama “tendinosis

angiofibroplastik” karena tidak ada satu pun sel radang yang teridentifikasi. Karena

inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis,maka

istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk

menggambarkan tennis Elbow.


B. Tinjauan Tentang Assesment Dan Pengukuran Fisioterapi

1. Algoritma Pemeriksaan

History Taking:

Nyeri di rasakan setelah melakukan aktivitas mengergaji setelah


±2 jam lamanya pasien merasakan nyeri pada otot sebelah kanan.

. Inspeksi :

a. Statis
Pasien tampak menahan nyeri
b. Dinamis
Pasien tampak menahan rasa nyeri saat menggerakkan tangan ,dan
posisi mengayun saat berjalan

Pemeriksaan Fungsi
Gerak Dasar

Gerak Pasif2. Gerak Aktif Gerak TIMT


3.
Fleksi Elbow
4. :nyeri (-) tidak full Fleksi Elbow : nyeri (-)
ROM Fleksi Elbow :nyeri (-) tidak full Ekstensi Elbow :nyeri bagian
5. ROM
Ekstensi Elbow : nyeri (+) tidak
luar siku
full ROM 6. Ekstensi Elbow : nyeri (+) tidak full
Pronasi 7. : nyeri (+) tidak ROM Pronasi :nyeri bagian
full ROM 8. Pronasi : nyeri (+) tidak full luar siku
Supinasi 9. : nyeri (+) tidak ROM Supinasi :nyeri bagian
full ROM 10. Supinasi : nyeri (+) tidak full luar siku
Fleksi Wrist : nyeri (-)full ROM ROM
11. : nyeri (+) tidak Fleksi Wrist : nyeri (-)full ROM Fleksi Wrist : nyeri (-)
Ekstensi Wrist
full ROM 12. Ekstensi Wrist : nyeri (+) tidak full Ekstensi Wrist :nyeri bagian
13. ROM luar siku
14.

Tes Cepat

─ Fleksi Elbow :Gerak


siku kadang nyeri
─ Ekstensi Elbow:Nyeri
pada siku
Pemeriksaan Spesifik Dan Pengukuran

VAS
Palpasi Cozen Tes Mill Tes
Nyeri tekan pada
Nyeri tekan : 9
epicondylus lateral Positif (+) Positif (+)
Nyeri gerak : 5

ROM AKTIF Nyeri diam : 5

Fleksi Elbow : 1200


ROM PASIF
0
Eketensi Elbow : 65
Fleksi Elbow : 1500
Supinasi Elbow :600
Eketensi Elbow : 700
0
Pronasi Elbow : 130
Supinasi Elbow :750

Pronasi Elbow : 1350

Diagnosa ICF :

Gangguan aktivitas fungsional elbow et


causa tennis elbow dextra.”
2. Alat ukur /pengukuran Fisioterapi

a. Palpasi
Palpasi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara memegang,
menekan dan meraba bagian tubuh pasien. Bertujuan untuk mengetahui
adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu lokal, tonus, oedema dan
perubahan bentuk.

b. VAS
Visual Analog Scale (VAS) adalah alat pengukuran intensitas nyeri
efisien yang telah digunakan secara luas dalam penelitian dan pengaturan
klinis. Umumnya VAS merupakan alat dengan garis 10 cm, orientasi
biasanya disajikan secara horizontal, tapi mungkin bias disajikan secara
vertical, pada akhir poin dengan kata tidak nyeri, sampai pada nyeri
paling hebat yang tidak terbayangkan.
Tekhnik pelaksanaan : pasien diinstruksikan untuk menunjuk angka 0-
10 yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan oleh pasien.

c. Range of motion (ROM)


Range of Motion (ROM) adalah teknik dasar yang digunakan untuk
pemeriksaan gerak serta untuk memasukan gerak kedalam program
intervensi terapeutik. Gerakan yang diperlukan untuk melakukan aktifitas
fungsional dapat dianggap dalam bentuk yang paling sederhana sebagai
gaya otot atau eksternal yang menggerakan tulang dalam berbagai pola
atau lingkup gerak sendi. Ketika seseorang bergerak, kontrol aktivitas otot
sangat rumit sehingga yang mengendalikan gerakan berasal dari sistem
saraf pusat. Tulang bergerak menyesuaikan satu sama lain pada sendi
yang menghubungkan struktur sendi, integritas dan fleksibilitas jaringan
lunak yang melewati sendi memengaruhi luas gerak yang dapat terjadi
antara dua tulang (Kisner and Colby, 2014).
Gerak penuh yang dapat dilakukan ROM. Semua struktur didaerah
tersebut akan terpengaruh; otot, permukaan sendi, kapsul, ligamen, fasia,
pembuluh darah dan saraf.Aktivitas ROM paling mudah dijelaskan
dengan istilah lingkup sendidan lingkup otot. Istilah seperti fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi dapat digunakan untuk menjelaskan
lingkup sendi. ROM yang dapat dilakukan biasanya diukur dengan
goniometer dan di catat dalam derajat adalah lingkup otot yang
berhubungan dengan ekskursi otot fungsional (Kisner and Colby, 2007).
Untuk mengukur ROM normal, segmen tubuh harus di gerakkan
melalui lingkup gerak yang ada secara berkala, baik lingkup sendi
maupun lingkup otot. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan
penurunan ROM seperti penyakit sistemik, sendi, saraf, otot, trauma atau
immobilisasi (Kisner and Colby, 2014). Ada beberapa instrumen yang
digunakan untuk mengukur lingkup gerak sendi, yaitu goniometer,
inclinometer, dan electrogoniometer. Loebl pertama kali menggunakan
istilah “inclinometer” untuk menggambarkan instrumen pengukuran
lingkup gerak sendi yang mengandalkan pada prinsip gravitasi. Pada
umumnya, instrumen ini dikalibrasi atau menggunakan acuan dasar
gravitasi, dimana posisi awal/zero ditunjukkan oleh level cairan atau lebih
umumnya oleh jarum yang diberi beban (Nancy and William, 2002).
d. Tes Mill
Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan
pergelangan tangan, sambil memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada
epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien merasakan nyeri pada
epikondilus lateral.
e. Tes Cozen
Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari
pada epikondilus lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan
sambil mempronasikan lengan bawah secara radial lalu pasien
mengekstensikan pergelangan tangan sambil melawan tahanan yang
diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat memfleksikan dan
mengekstensikan lengan bawah pasien secara pasif. Semua tindakan itu
akan menimbulkan nyeri apabila pasoen menderita tennis elbow.
C. Tinjauan Interfensi Fisioterapi

1. Microwave Diathermy (MWD)

a. Definisi

Microwave Diathermy adalah modalitas fisioterapi yang

menggunakan gelombang micro dalam bentuk radiasi elektro

magnetikdengan frekuansi 2450 Mhz dan panjang gelombang 12,25

cm.Alat ini memiliki kedalaman penetrasi 3cm dengan radiasi pada

satu sisi tubuh dan pemanasan tertinggi pada jaringan vaskuler.

b. Efek Terapeutik

1) Nyeri, hipertonus dan gangguan vascularisasi

Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedatif,

serta perbaikan metabolisme.

2) Gangguan konduktivitas dan treshold jaringan syaraf

Apabila elastisitas dan treshold jaringan saraf semakin membaik,

maka konduktivitas jaringan. Ini dimaksudkan sebagai persiapan

sebelum pemberiam latihan

3) Kontraktur jaringan lemak

Dengan peningkatan elastisitas jaringan lemak, maka dapat

mengurangi proses kontraktur jaringan. Ini dimaksudkan sebagian

persiapan sebelum pemberian latihan.

c. Indikasi
Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk

sendi Inter Phalangeal, Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan,

Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer

(neuralgia neuritis)

d. Kontraindikasi MWD

Adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap

keringat, jaringan yang banyak cairan, gangguan sensibilitas,

neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes melitus), infeksi

akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran),

sesudah rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat

menstruasi.

2. Tapping

a. Defenisi

Kinesio taping adalah sebuah modalitas terapi yang berdasarkan

pada pendekatan penyembuhan secara alami dengan bantuan

pemberian

plester elastis. Kinesio taping dirancang untuk memfasilitasi proses

penyembuhan alami tubuh dengan menyangga dan menstabilkan

otot dan sendi tanpa membatasi gerak sendi. Mekanisme kerja

kinesio taping yaitu efek mengangkat kulit sehingga membebaskan

daerah subkutan dari penekanan sehingga dapat mengurangi

pembengkakan dan inflamasi, meningkatkan sirkulasi sehingga

aliran darah kaya oksigen meningkat, terjadi regenerasi area yang


diterapi,perlengketan berkurang, mengurangi sakit dengan

mengambil tekanan dari reseptor rasa sakit (mengurangi iritasi

nociceptor),terjadi peningkatan fleksibilitas kolagen yang secara

mekanis menyebabkan gerakan menjadi lebih leluasa.

b. Efek fisiologis kinesio taping

a) Skin

1)Stimulus sensoris terhadap reseptor mekanik

2) Mengurangi inflamasi dan tekanan pada reseptor kimiawi

3)ensory‐Motor Cortex communication

b) Fascia

•1)Merangsang gerakan dari fascia.

c) Circulatory/lymphatic systems

•1)Meningkatkan sirkulasi darah dan cairan limfe

2) Merangsang sistem drainase limpatic terbuka di bawah kulit.

3)Membuang energi panas dan bahan kimia dari jaringan

4)Mengurangi inflamasi

5)Mengurangi perasaan tidak nyaman (nyeri) pada kulit dan otot

d) Muscle

1)Meningkatkan kontraksi otot dari otot-otot yang mengalami

kelemahan(fasilitasi)

2) Stimulus rileksasi otot-otot yang berkontraksi secara

berlebihan(inhibisi)

3) Mengurangi kelelahan otot


4) Meningkatkan lingkup gerak sendi

5) Mengurangi nyeri

e) Joint

1) Meningkatkan biomekanik sendi dan alignment

2) Menyeimbangkan peran agonis dan antagonis

3) Meningkatkan lingkup gerak sendi

4) Mengurangi reaksi proteksi otot dan nyeri

5) Memfasilitasi fungsi ligamen dan tendon

c. Indikasikinesio taping antara lain :

- stimulasi otot yang hipotonus

- inhibisi otot yang hipertonus

- melindungi otot agar tidak terjadi cedera

- melindungi sendi

- mengurangi inflamasi

- mengurangi oedema

- mempengaruhi peningkatan range of motion

d. Kontraindikasi kinesio taping antara lain :

- trauma akut dengan tanpa disertai diagnosa yang jelas

- demam

- keluhan-keluhan dengan pola yang abnormal/tidak jelas

- luka terbuka

- alergi terhadap penggunaan taping

- thrombosis
3. Massage

Massage tubuh dengan cara manual adalah salah satu cara perawatan

tubuh dengan menggunakan kedua tangan pada bagian telapak tangan

maupun jari-jari tangan. Gerakan Massage dengan metode

stroking.friction Effleurage,vibratrion

a. Tujuan

- Memperlancar aliran darah

- Membantu memperlancar metabolism dalam tubuh.

- Meningkatkan aliran oksigen dalam darah.

b. Alasan Klinis

Treatment massage akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler

sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh

darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam

darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolic semakin lancar

sehingga memacu hormone endorphin yang berfungsi memberikan

rasa nyaman. Selain hal tersebut banyak sekali manfaat massage bagi

peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh. Efek kesembuhan secara

holistikpun bisa didapatkan dari massage yaitu menimbulkan

relaksasi pada pikiran, menghilangkan depresi dan perasaan panic

dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kontak khusus

yang ditimbulkan dari sentuhan massage.

c. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi
- Kelelahan sehabis berolahraga atau bekerja

- Cedera atau radang khronis

- Rehabilitasi setelah sembuh dari sakit atau cedera

Kontraindikasi

- Demam

- Cedera atau radang akut

- Varices
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Data-Data Medis

1. Diagnosa Medis : Tennis Elbow

B. Identitas Umum Pasien

Nama : Tn. D

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : TNI AD

Alamat : Jl. Abdullah dg Sirua

C. Anamnesis Khusus

Keluhan utama : Nyeri pada Elbow sisi Lateral

Lokasi Nyeri : Elbow

Frekuensi nyeri : saat sedang berjalan dan mengayunkan tangan

RPS : Nyeri elbow sisi lateral dirasakan sejak 3 bulan

yang lalu pada saat setelah pasien melakukan

aktivitas menggergaji.

Riwayat penyakit : -

Riwayat Operasi : -

D. Pemeriksaan Vital Sign

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Denyut Nadi : 78 x/menit


c. Pernapasan : 18 x/menit

d. Suhu : 36,7oC

C. Inspeksi / Observasi

a. Statis

Pasien tampak meringis dan menahan nyeri

b. Dinamis

Pasien merasakan nyeri pada saat berjalan dan mengayun tangan.

F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

1. Tes Kognitif : Pasien diajak berbicara dengan memberikan

beberapa pertanyaan.

Hasil : Pasien merespon dan berbicara dengan jelas

2. Palpasi : Suhu normal, tidak ada spasme, dan ada nyeri tekan

pada epicondylus lateral elbow.

Tes Vas

Menggunakan
 Skala 0-4 mm : Tidak nyeri (Tidak ada rasa sakit.

Merasa normal).

 Skala 5-44 mm : nyeri ringan (Masih bisa ditahan,

aktifitas tak terganggu).

 Skala 45-74 mm : Nyeri sedang (Mengganggu aktifitas

fisik).

 Skala 75-100 mm : Nyeri berat (Tidak dapat

melakukanaktifitas secara mandiri).

Hasil : Nyeri tekan : 8

Nyeri gerak : 6

a. Mill Test : Positif

b. Cozen’s Test : Positif

c. Pemeriksaan spesifik

Gerak Aktif Pasif TIMT

Fleksi Elbow ada nyeri,tidak Nyeri, tidak Tahanan sedang

dextra terbatas, terbatas

koordinasi baik

Ekstensi Nyeri, tidak Nyeri, tidak Tahanan sedang

elbow terbatas dan terbatas

koordinasi baik

pronasi ada nyeri, tidak Nyeri, tidak Tahanan sedang


terbatas dan terbatas

koordinasi baik

Supinasi Nyeri, tidak Nyeri,tidak Tahanan sedang

terbatas dan terbatas dan

koordinasi baik hard endfeel

Fleksi wrist Tidak ada nyeri, Tidak ada nyeri, Tahanan

tidak terbatas dan Full ROM maksimal

koordinasi baik

Ekstensi wrist Tidak ada nyeri, Nyeri, Full Tahanan

tidak terbatas dan ROM maksimal

koordinasi baik

D. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (Sesuai Konsep ICF)

- Diagnosa ICF : Gangguan Aktifitas Fungsional Elbow Dextra Et Causa

Tennis elbow.

- Problemtik Fisioterapi :

1. Impairment (Body structure and function)

Nyeri tekan pada epicondylus lateral elbow

2. Acivity Limitation

pasien kesulitan untuk mengambil sesuatu benda yang berada di

tempat yang tinggi

3. Participation Restriction

Mengalami keterbatasan aktivitas fungsional dan social sehari-hari


E. Tujuan Intervensi

1. Tujuan jangka pendek

- Mengurangi nyeri

- Meningkatkan kekuatan otot

2. Tujuan jangka panjang

- Dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa merasakan nyeri

F. Program Intervensi Fisioterapi.

1. Ultra Sound (US)

Tujuan : Efektifitas pemberian US pada terapi Fisioterapi pada kondisi

ini adalah untuk memberikan efek relaksasi pada otot, memperbaiki

jaringan dan melepaskan perlengketan.

Teknik : Posisi pasien tidur terlentang, nyalakan alat beri jelly US pada

bagian lateral epycondylus elbow pasien kemudian aplikasikan alat

selama 10 menit.

2. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)


Hidupkan alat pilih arus TENS, frekuensi 100 ppd, durasi 200
mikrodetik, tipe Asymetric, pola continue, dengan 2 chanel, dan waktu
10 menit. Lalu pasang pad di bagian lateral epyvondylus pasien serta di
muscle belly ecrl, monitori pasien saat terapi, setelah selesai matikan
alat dan rapikan.
3. Passive Stretching

Tujuan : Meningkatkan mobilitas send, memanjangkan otot dan

menjaga flesibilitas.
Teknik : Posisi duduk diatas kursi Kemudian menekuk pergelangan

tangannya bagian punggung tangan secara penuh kemudian

mendorongnya kearah flexi hingga pasien merasakan terulur pada

bagian atas lengan bawah.

Dosis : Tahan hingga 10 detik dan diulangi 6 hingga 8 kali.

4. Eccentric Exercise

Tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot

Teknik : Pemberian Eccentric Exercise dengan posisi pasien posisi

duduk kemudian tangan sandar di meja/bed dengan wrist bebas

hambatan, dan membuat pasien senyaman mungkin Pasien diajarkan

terlebih dahulu kemudian diinstruksikan menggenggam dumbbell yang

telah di sediakan, kemudian lengan mid posisi lalu wrist bergerak

secara eccentric dengan gerakan yang pelan ke arah fleksi dan ekstensi

wrist, lalu tangan yang sehat membantu menahan beban dumbbell ke

posisi awal untuk menghindari terjadinya gerakan concentric dan di

ulang 10-15 kali repetisi dan di lakukan 2 set dalam satu kali

pertemuan pada setiap sampel, dilakukan 3 kali dalam seminggu.

6. Massage

Tujuan : Untuk merileksasikan otot yang mengalami spasme dan

memperlancar aliran darah

Teknik : Posisi pasien tidur terlentang kemudian fisioterapis

memperikan Massage pada otot-otot yang mengalami spasme seperti


pada muscle belly extensor carpi radialis longus et brevis selama 5 –

10 menit.

G. Evaluasi Fisioterapi

No Hari/Tanggal Problematik Intervensi Evaluasi

1. 8 Mei 2019 -Kelemahan  TENS  Nilai

otot  Passive Kekuatan tetap

-Nyeri elbow Stretching  Nyeri

sisi lateral  Massage berkurang

2. 14 Mei 2019  Kelemaha  US  Nilai

n otot  TENS Kekuatan

 Nyeri sisi  Passive Meningkat

elbow Stretching  Nyeri

lateral  Eccentric berkurang

Exercise

21 Mei 2019  Kelemaha  TENS  Kekuatan otot

n otot  Ultra sound meningkat

 Nyeri sisi  PROMEX  Nyeri

lateral  Stetching berkurang

elbow

H. Edukasi

Pasien diingatkan untuk menghindari faktor-faktor risiko yang dapat

menambah rasa nyeri pada epicondylus lateral pasien.

Anda mungkin juga menyukai