Anda di halaman 1dari 217

13/08/2021

Fisioterapi pd
PROGRAM REHABILITASI
JANTUNG

Oleh : Nur Basuki, M.Physio

Program Rehabilitasi Jantung adalah merupakan


pelayanan kesehatan yg komprehensif bagi pasien
penyakit Jantung dengan tujuan :
➢ Mengoptimalkan penurunan resiko penyakit jantung,
➢ Mendorong perilaku hidup sehat,
➢ Menurunkan disability, and
➢ Menggalakkan gaya hidup aktif.

(Balady et al., 2007)

1
13/08/2021

Imobilisasi → menghambat
penyembuhan dan beresiko terjadinya
➢ venous thrombosis,
➢ pulmonary embolism,
➢ muscle atrophy,
➢ lung infection, and
➢ deconditioning
Aktivitas fisik → Sebelum TH 70an
meningkatkan kerja jantung
→:
➢ ventricular aneurysm
formation,

Imobilisasi
➢ cardiac rupture,

Mobilisasi
➢ heart failure,
dysrhythmias,
reinfarction,

Dini
➢ sudden death

Saat ini

Rehabilitasi jantung telah terbukti dapat:


➢ ↓ mortality dan morbidity,
➢ ↑ exercise capacity,
➢ ↑ QoL

Anderson et al., 2016; Franklin, Lavie, Squires, & Milani, 2013; Heran et al., 2011; Taylor et al., 2015

2
13/08/2021

TIPE LATIHAN

Aerobic exercise

Aerobic exercise adalah aktivitas fisik yang melibatkan


kerja dari kelompok otot yg besar dengan intensitas
rendah sd sedang yg dapat dilakukan dalam kurun waktu
yang lama.
Exercise ini membutuhkan oksigen untuk mencukupi
kebutuhan energy selama exercise.

3
13/08/2021

AHA dan ACC merekomendasikan bahwa semua pasien pasca MI


dianjurkan untuk melakukan aktivitas aerobic spt jalan, jogging,
bersepeda, atau jenis aktivitas aerobic yg lain.

Antman et al, 2004

Jika diaplikasikan dengan tepat, latihan penguatan juga bermanfaat bagi


penderita PJK.

Marzolini et al, 2010

4
13/08/2021

Program Rehab Jantung dibagi menjadi 3 fase:

1. Fase I (rawat inap)


2. Fase II (rawat jalan)
3. Fase III (stable long-term
maintenance)

FASE I (Rawat inap)


▪ Merupakan awal program rehab jantung, yg dilakukan di
fase akut.

▪ Mengingat masa rawat inap semakin pendek → PRJ fase I


memiliki peran yg sangat penting dan merupakan
tantangan bagi Tim professional .

▪ Dimulai ketika kondisi pasien telah stabil dari MI, CABG,


PTCA, Valve repair, transplantasi jantung, atau CHF

▪ Rawat Inap, < 7 -10 hari

5
13/08/2021

TUJUAN:
1. Memulai latihan dengan intensitas rendah
2. Mencegah kemungkinan timbulnya komplikasi paru
3. Edukasi pasien

Sternal Precautions

1. Jangan mengangkat beban lebih dari 3.6 kg


2. Pada saat bangun dari bed, jangan gunakan tangan
untuk menarik atau mendorong
3. Jangan mengangkat lengan melebihi bahu
4. Hindari menjangkau sesuatu yg jauh
5. Hindari gerak memutar badan atau membungkuk yg
dalam
6. Jangan tahan napas selama aktivitas

6
13/08/2021

Sternal Precautions (cont)

• Berikan fiksasi pada dada saat batuk atau bersin (ini


sangat penting sekali)
• Tidak boleh mengemudi
• Hindari aktivitas dimana lengan diatas bahu yg lama
• Jika kamu merasakan adanya sesuatu yg merarik, atau
mengulur dada kamu, hentikan gerakan tersebut, jangan
diulang lagi.
• Laporkan segera jika terdengar bunyi klik atau suara
berisik dari tulang dada ke dokter anda

Impairment & Functional limitation pasca


operasi jantung

7
13/08/2021

Bedah vs non-bedah

8
13/08/2021

9
13/08/2021

10
13/08/2021

Dasar peningkatan latihan


➢ Peningkatan HR yg sesuai (≤30 bpm, tidak ada
chronotropic incompetence)
➢ Respon Tekanan darah systolic (SBP) yg sesuai
terhadap aktivitas (saat aktivitas meningkat 10-40
mmHg dari saat istirahat.
➢ Tidak ditemukan perubahan ST-segment dalam
telemetry
➢ Tidak ada cardiovascular symptom yg baru seperti:
berdebar-debar, sesak, kelelahan yg berat, nyeri
dada pada latihan sebelumnya

11
13/08/2021

12
13/08/2021

FASE II (Rawat jalan)

TUJUAN PROGRAM FASE II

1.  kapasitas exc & daya tahan dengan cara yg aman & progresif
2. Melanjutkan program exc → masa transisi dg lingkungan rumah
3. Mengevaluasi respon kardiovaskuler terhadap beban kerja external mulai ringan s/d
sedang
4. Mengajari penderita tehnik-2 untuk memonitoring sendiri aktivitas di rumah
5. Memonitor efektivitas obat-2 an
6.  Kecemasan & depresi
7.  pengetahuan penderita → perilaku hidup sehat

Six minutes walking test

13
13/08/2021

It is recommended that for walking training a starting intensity


should be 80% of the average 6MWT speed (see below how to
calculate walking intensity from the results of a 6MWT)
To calculate an appropriate intensity for walking laps: 80% ([6MWD ÷ 6] x
prescribed duration)
Six-minute walk distance (6MWD) ÷ 6 = Distance in one minute

For distance in 30 minutes = one minute distance x 30

For distance in 20 minutes = one minute distance x 20

For distance in 10 minutes = one minute distance x 10 etc...

Note: The patient would not be expected to keep up the same walking pace
throughout the walking training session that they achieved in the 6MWT. Therefore,
prescribe approximately 80% of the calculated distance. 27

Contoh:
Jika pasien berjalan sejauh 220 dalam 6 min :
Jarak yg ditempuh permenitnya = 220 ÷ 6 = 36.7 m.
Jarak yg di tempuh dalam 30 min= 36.7 x 30 = 1100 m.
▪ 80% of 1100 = 880 m in 30 minutes.
▪ 70% X 1100 = 770
▪ 60% X 1100 = 660
28

14
13/08/2021

15
13/08/2021

16
13/08/2021

17
13/08/2021

Tujuan latihan dengan beban


(weight training/lifting)

➢ Memperbaiki kekuatan otot & daya tahan


➢ Meningkatkan rasa percaya diri
➢ Meningkatkan ADL
➢ Mempertahankan independence
➢ Menurunkan beban kerja otot saat melakukan ADL
➢ Mencegah berkembangnya penyakit lain spt
osteoporosis, type 2 diabetes mellitus & obesity
➢ Memperlambat penurunan kekuatan otot krg
menua

18
13/08/2021

Kriteria pasien yg boleh mengikuti


strength training

1. Pasien dg resiko rendah dan sedang, bisa juga pada resiko


tinggi tetapi dg supervisi
2. Mereka yg membutuhkan kekuatan otot untuk bekerja
maupun aktivitas rekreasi
3. Dimulai min 5 minggu post MI atau cardiac surgery, dan
pernah mengikuti 4 minggu program rehab jantung

4. Dimulai min 2 - 3 minggu pasca transcatheter


procedure (i.e., PTCA or other), dan pernah mengikuti
2 minggu program rehab jantung

5. Tidak ditemukan kondisi2 berikut:


➢Congestive heart failure (CHF),
➢Uncontrolled dysrhythmias,
➢Severe valvular Disease
➢Uncontrolled hypertension,
➢Unstable symptoms (AP)

19
13/08/2021

FASE III
(Long term maintenance)

20
13/08/2021

21
10/02/2022

Dasar-dasar EKG

Nur Basuki, M.Physio


(Senior Lecturer)

EKG adalah merupakam gambaran aktivitas


elektris jantung yang direkam dalam krestas
grafik EKG yang mempunyai ukuran 1 mm
tiap-2 kotak kecil dengan kecepatan 25
mm/det.
Pada kecepatan tersebut tiap 1 mm mendatar,
membutuhkan waktu 0,04 det, sedangkan
untuk voltase diukur pd garis vertikal → 1 mm
= 0,1mV

1
10/02/2022

2
10/02/2022

3
10/02/2022

4
10/02/2022

5
10/02/2022

FREKWENSI JANTUNG

6
10/02/2022

7
10/02/2022

8
10/02/2022

9
10/02/2022

Sinus Aritmia

10
10/02/2022

11
10/02/2022

12
6/24/2019

Designing Exercise Training


(Basic Principles)
Nur Basuki, M.Physio
(Senior Lecturer)

What is exercise training?

Exercise training can be defined as maintaining a regular habit


of exercise at levels greater than those usually performed.

Tubuh akan merespon secara spesifik terhadap latihan yg


diberikan
 Aerobic exercise  perub pd cardiovascular
 Weight training  perub pd massa otot dan kekuatan

1
6/24/2019

Prinsip Dasar Latihan


OVERLOAD
Sebuah system atau jaringan harus dilatih pada level melebihi level
yang sudah ada.

SPECIFICITY
Efek khusus latihan hanya didapatkan oleh tubuh yg terlibat dalam
latihan

REVERSIBILITY
Hasil peningkatan yg telah dicapai akan kembali lagi bila TIDAK
dipertahankan

F rekwensi

I ntensity

T ime

T ype

2
6/24/2019

LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN


CARDIORESPIRATORY FITNESS

JENIS LATIHAN: Aerobic exercise

Intensitas Latihan

 Merupakan bagian terpenting dalam menyusun program


latihan

 Untuk orang sehat intensitas yg sesuai SEDANG –


TINGGI

 Pada kasus deconditioning  RINGAN - SEDANG

3
6/24/2019

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam


menentukan intensitas
• Obat-obatan yg dapat mempengaruhi HR (mis:Beta
blocker)

• Level fitness

• Resiko terhadap penyakit kardiovaskuler dan orthopedic


injury

• Klien preference

• Tujuan program

4
6/24/2019

Rumus untuk menghitung perkiraan Max HR

Author Rumus Populasi

Fox (1971) 220-usia Grup kecil dari laki2 dan wanita

Astrand (1952) 216.6 – (0.84 X Usia) Laki-2 dan wanita umur 4-34 th

Tanaka (2001) 208 – (0.7 X Usia) Laki-2 dan wanita sehat

Metode untuk menghitung Intensitas latihan

Metode HRR {(HR max – HR rest) X % intensity} + HR rest


Metode VO2R {(VO2 max – VO2 rest) X % intensity} + VO2 rest
Metode HR HR max X % intensity
Metode VO2 VO2 max X % intensity
Metode MET {(VO2max)/3.5mL.kg-1.min-1} X % intensity

5
6/24/2019

Contoh menentukan Intensitas latihan


Dengan Metode HR
Seorang laki-laki umur 45TH
Intensitas yg diharapkan = 70% - 80%
Rumus THR = HR max X Intensitas yg diharapkan%

 Lakukan penghitungan estimasi HR max, jika data pengukuran Hrmax


tidak tersedia.
 HR max = 220 – 45 = 175
 Tentukan THR range:
 THR = 175 X 0.7 = 123 bpm (batas bawah)
 THR = 175 X 0.8 = 140 bpm (batas atas)
 THR range = 123 – 140 bpm

Contoh menentukan Intensitas latihan


Dengan Metode HRR (Heart Rate Reserve)
Seorang laki-laki umur 45 tahun, HR rest = 70 bpm
Intensitas yg diharapkan 50% - 60%
Rumus = {(Hrmax – HR rest) X % intensity} + HR rest

1. Hitung HR max (jika penghitungan HR max tidak tersedia


 HR max = 220 – Usia = 175 bpm
2. Hitung HRR
 HRR = HR max – HR rest = 175 – 70 = 105
3. Tentukan intensitas latihan
 %HR = 0.5 X 105 = 52.5
 %HR = 0.6 X 105 = 63
4. Tentukan target HR range
 Batas bawah = 52.5 + 70 = 122.5
 Batas atas = 63 + 70 = 133

6
6/24/2019

Contoh menentukan Intensitas latihan


Dengan Metode RPE (Rate of Perceived Exertion)

1. Dikembangkan oleh Gunnar Borg


2. Pasien diminta untuk mempersepsikan beratnya aktivitas
3. Sering digunakan pada pasien yg menggunakan B-blocker
4. Ada 2 versi
 Original (6-20)
 Revisi (1 – 10)

7
6/24/2019

Contoh menentukan Intensitas latihan


Dengan Metode Talk test

 The talk test is one of the easiest ways monitor your exercise intensity.
 You don't need any equipment, like a heart rate monitor
 If you can talk and sing without puffing at all, you're exercising at
a low level.
 If you can comfortably talk, but not sing, you're doing moderate intensity
activity.
 If you can't say more than a few words without gasping for breath, you're
exercising at a vigorous intensity

8
6/24/2019

High Intensity Interval Training

Moderate Continuous Training has been proven in increasing


physical fitness (VO2 max) of patients with coronary artery
diseases (CAD) (Clark et al, 2005).

However, it was argued that Conventional Cardiac


rehabilitation (continuous endurance exercise)  might be
suboptimal for CAD patients with higher level of fitness
(Conraads et al, 2015)

The effectiveness of High Intensity Interval Training for patients with


coronary heart disease have been studied, however the results is still
conflicting [12-18]. (Warburton et al, 2005; Moholdt et al, 2012; Moholdt
et al, 2009; Currie etal, 2013; Keteyian et al, 2014; Pattyn et al, 2016)

Warburton et al (2005) studied 14 patients with CAD 6 months after


having CABG or angioplasty. They found that Aerobic Interval Training
(AIT) had similar effect in increasing VO2 max with Aerobic
Continuous Training (ACT). However interval training resulted in a
greater improvement in time to exhaustion during High intensity test

9
6/24/2019

10
6/24/2019

Moholdt et al (2009) and Mohold et al (2012) also found


similarly. However Moholdt et al (2009) also found that after
following for 6 months, AIT was better than ACT.

On the other hand, Keteyian et al (2014) in a study of 18


patients more than three weeks post Myocard Infract or
more than four weeks post CABG found that high intensity
interval training is better in increasing VO2 max compare
to moderate intensity continuous training.

Aerobic Interval Training Protocol

2 2 2 2 2 2 2 2

8 X 2 min @ 85-95% HR max


90

80

2 2 2 2 2 2 2
70
5 min 5 min
WA CD
60

WA = Warming Up
CD = Cooling Down

11
6/24/2019

12
6/24/2019

Frekwensi Latihan

Menurut American College of sport medicine dan American


Heart Association :

> 5hr/minggu (intensitas sedang)

> 3hr/minggu (intensitas tinggi)

Intensitas yg tinggi berhubungaan dengan peningkatan


resiko cidera

Durasi Latihan

 Intensitas sedang > 30 menit secara kontinyu


 Intensitas tinggi > 20 menit secara kontinyu
 Jika dipenggal minimum 10 menit

13
6/24/2019

Progressivitas Latihan

 Peningkatan dosis latihan tergantung pada status kesehatan


individu

 Peningkatan dosis latihan dapat dilakukan pada semua


komponen FITT

 Pada fase awal, peningkatan durasi yg direkomendasikan

 Peningkatan durasi 5-10 min per sesi setiap 1-2 minggu dalam
4-6 minggu pertama wajar untuk semua org dewasa
ACSM, 2011

Weight Training

At the beginning of early mobilization


concept, dynamic exercise/aerobic
exercise is a type of exercise that is
recommended.
On the other hand, isometric exercise
is not recommended

14
6/24/2019

Tujuan latihan dengan beban


(weight training/lifting)

 Memperbaiki kekuatan otot & daya tahan


 Meningkatkan rasa percaya diri
 Meningkatkan ADL
 Mempertahankan independence
 Menurunkan beban kerja otot saat melakukan ADL
 Mencegah berkembangnya penyakit lain spt osteoporosis, type 2
diabetes mellitus & obesity
 Memperlambat penurunan kekuatan otot krg menua

15
6/24/2019

Kriteria pasien yg boleh mengikuti strength


training

1. Pasien dg resiko rendah dan sedang, bisa juga pada


resiko tinggi tetapi dg supervisi
2. Mereka yg membutuhkan kekuatan otot untuk bekerja
maupun aktivitas rekreasi
3. Dimulai min 5 minggu post MI atau cardiac surgery, dan
pernah mengikuti 4 minggu program rehab jantung

4. Dimulai min 2 - 3 minggu pasca transcatheter procedure


(i.e., PTCA or other), dan pernah mengikuti 2 minggu
program rehab jantung

5. Tidak ditemukan kondisi2 berikut:


Congestive heart failure (CHF),
Uncontrolled dysrhythmias,
Severe valvular Disease
Uncontrolled hypertension,
Unstable symptoms (AP)

16
9/22/2019

Coronary Heart Disease

Oleh:
Nur Basuki, M.Physio

Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit arteri


koroner, juga dikenal sebagai penyakit jantung
aterosklerosis, adalah penyakit kronis yang progresif yang
ditandai oleh penurunan relatif perfusi miokard yang
berkaitan erat dengan FAKTOR RISIKO.

1
9/22/2019

Penyebab paling umum dari penurunan perfusi miokard adalah


aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah pengerasan dan penyempitan progresif


dari pembuluh arteri akibat dari penumpukan plaque di dalam
pembuluh arteri

Meskipun mekanisme proses berkembangnya


aterosklerosis masih dalam penelitian, namun dalam study
epidemiologi menemukan adanya interaksi beberapa faktor
risiko dan sensitivitas individu terhadap faktor-faktor yang
memiki peran dalam terjadinya arterosklerosis

2
9/22/2019

Coronary Heart 8.9 million people die 75% global dead


Disease 82% disability
129 million disability
adjusted life year lost =============
============= Occurred in
=============
Number 1 Cause by CHD Low & Middle
Cause of dead globally income Country
The world health statistics , 2015 The world health report , 2002
The world Health Statistics, 2014 The Global Burden of Disease Study, 2010

INDONESIA
2.5 million people
have been
diagnosed of CHD
in 2013
(Cannon, 2013) (Depkes RI, 2013)

3
9/22/2019

10 BESAR PENYEBAB KEMATIAN DI INDONESIA


(WHO statistical profile)

4
9/22/2019

 Social security
Leading cause of benefits
 Welfare support
CHD ACTIVITY LIMITATION &  Disability
DAYS LOST FROM WORK insurance income
 Unemployment
compensation

Britton, 2011 Stewart, 2013 Duruturk, 2015 Antman, 2004

Faktor Resiko PJK

Sebuah penelitian epidemiologi besar yang dikenal


dengan “Penelitian Framingham”, yang malibatkan 5209
laki-laki dan perempuan, merupakan penelitian yang
mengawali investigasi terhadap hubungan genetik dan
gaya hidup dalam perkembangan atheroskeloris di
pembuluh darah koroner dan PJK

5
9/22/2019

Modifiable risk factors Unmodifiable risk factors

 Merokok  Umur
 kurang aktivitas fisik  jenis kelamin
 Obesitas  riwayat keluarga
 Hipertensi
 kadar kolesterol yang tinggi
 DM

Emerging risk factor (vascular aging)

Modifiable risk factors Unmodifiable risk factors

 Merokok  Umur
 kurang aktivitas fisik  jenis kelamin
 Obesitas  riwayat keluarga
 Hipertensi
 kadar kolesterol yang tinggi
 DM

Emerging risk factor (vascular aging)

6
9/22/2019

Apakah kebiasaan melakukan olah


raga dapat mengurangi resiko
“PJK” ?

Dapatkah exercise kita gunakan


untuk memodifikasi faktor resiko ?

7
9/22/2019

SMOKING

 Sejak tahun 1958, merokok telah diketahui dapat meningkatkan resiko


PJK.
 Kurang lebih 15% dari seluruh kematian dari penyakit jantung sebagai
akibat dari merokok
 Beberapa penelitian menemukan bahwa sedikitnya empat batang
rokok sehari dapat meningkatkan risiko perokok untuk timbulnya PJK
lebih dari bukan perokok atau mantan perokok

 Merokok akan merangsang pelepasan katekolamin yang


mengarah ke respons hemodinamik yang mungkin berbahaya
dengan adanya PJK.
 Selama merokok, HR dan BP akan meningkat yang akan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan iskemia jika sirkulasi
koroner tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen

8
9/22/2019

Hypercholesterolemia

 Sejak publikasi pertama studi Framingham telah ditemukan bahwa


tingkat kolesterol tinggi memiliki hubungan langsung dengan
perkembangan PJK
 Low-density lipoprotein, lipoprotein densitas menengah, lipoprotein
densitas sangat rendah dan lipoprotein (a) telah terbukti memiliki
kontribusi dalam mengembangkan atherosclerosis

 Selanjutnya, penelitian lain juga mendokumentasikan bahwa


HDL adalah prediktor independen untuk PJK.
 Nilai kurang dari 40 mg / dL untuk pria dan kurang dari 50 mg /
dL untuk wanita dianggap rendah. Namun, mekanisme
peningkatan HDL yang dapat memberikan perlindungan
terhadap terjadinya PJK masih belum jelas.

9
9/22/2019

10
9/22/2019

Ann N Y Acad Sci 1977;301:748-763

11
9/22/2019

Hypertention

 Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan mekanis


pada endotel vaskular yang menyebabkan area yang
dilepaskan dari sel-sel endotel normal. Hal ini akan
memfasilitasi proses aterogenik yang mengarah untuk
meningkatkan pembentukan trombus dan plak.

 Hipertensi, baik sistolik dan diastolik telah dipercaya


merupakan faktor risiko independen untuk
pengembangan PJK dan penyakit vaskular perifer dan
serebral

12
9/22/2019

KLASIFIKASI HIPERTENSI

13
9/22/2019

14
9/22/2019

21.252.000

52.500.000

15
9/22/2019

Tanda-tanda kesuksesan dalam


mempertahankan BB

 Diet rendah kalori dan lemak


 Sarapan setiap hari
 Memonitor BB secara regular
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik level tinggi

Am J Clin Nutr 2000, 72:1451-4

16
9/22/2019

Sedentary life style as a

Global Health Risk

17
9/22/2019

18
9/22/2019

 Sedentary behavior is not simply a lack of physical activity but


is a cluster of individual behaviors where sitting or lying is the
dominant mode of posture and energy expenditure is very low.

 Sedentary behaviors are multi-faceted and might include


behaviors at work or school, at home, during transport, and in
leisure-time.

 Typically, key sedentary behaviours include screen-time (TV


viewing, computer use), motorised transport, and sitting to
read, talk, do homework, or listen to music.

19
9/22/2019

There is a greater risk of obesity in young people with high


amounts of sedentary behaviour and TV viewing at a young age
being predictive of overweight as a young adult.

Sedentary behaviour for adults is associated with all-cause and


cardiovascular mortality, diabetes, some types of cancer and
metabolic dysfunction.

20
9/22/2019

21
9/22/2019

Early Vascular Aging


(EVA)

22
9/22/2019

INDONESIA
2.5 million people
have been
diagnosed of CHD
in 2013
(Cannon, 2013) (Depkes RI, 2013)

23
9/22/2019

24
9/22/2019

10 BESAR PENYEBAB KEMATIAN DI INDONESIA


(WHO statistical profile)

25
9/22/2019

Faktor Resiko PJK

 “Framingham study”  penelitian epidemiologi besar yg


melibatkan 5209 laki-laki dan perempuan.
 Merupakan penelitian yang mengawali investigasi terhadap
hubungan genetik dan gaya hidup dalam perkembangan
atheroskeloris

26
9/22/2019

Modifiable risk factors Unmodifiable risk factors

 Merokok  Umur
 kurang aktivitas fisik  jenis kelamin
 Obesitas  riwayat keluarga
 Hipertensi
 kadar kolesterol yang tinggi
 DM

Emerging risk factor (vascular aging)

Vascular Aging
(Emerging Risk Factor)

 Peningkatan kekakuan (penurunan


compliance) pada Arteri besar

 Disfungsi pada lapisan pembuluh darah bag


dalam (endhotelium)

27
9/22/2019

Man is as old as his arteries

William Osler’s, 1898

28
9/22/2019

Mekanisme perkembangan peningkatan


kekakuan arteri

Changes in the composition of the arterial wall:


 fragmentation of elastin and
 increases in collagen deposition
 Interstitial cell adhesion molecules
 vascular smooth muscle cell hypertrophy

Functional changes:
 Increased vascular smooth muscle tone  increased
sympathetic nervous system activity
 reduced endothelial dilator production

29
9/22/2019

Age-associated reductions in carotid artery compliance in sedentary and


endurance exercise trained men

improvements in carotid artery compliance with 3 month of aerobic


exercise training

30
9/22/2019

Hubungan antara kekakuan arteri dan hipertensi

Vascular Endothelial Function

31
9/22/2019

Endothelial dysfunction

32
9/22/2019

Flow Mediated Dilation (FMD)

Merupakan suatu metode untuk memeriksa endothelium-dependent vasodilation pd pembuluh


artery perifer secara non-invasive dengan menggunakan Doppler US. US dg resolusi tinggi ini
digunakan untuk mengukur diameter artery.

Peran Latihan aerobik dan


Endothelium-Dependent Dilation

33
9/22/2019

Aktivitas fisik dapat mengurangi resiko penyakit


Cardiovaskuler

34
9/22/2019

Exercise training and Heart Attack


 Exercise training is cardioprotective

 Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan angka


kejadian “heart attack”

 Orang yang bisa selamat saat “heart attack” lebih banyak


ditemukan pada mereka yang aktif dibandingkan yang
sedentary

 Regular endurance exercise traning  mengurangi


besarnya kerusakan jantung saat “heart attack”

Sudden cardiac death during exercise

 Di US kejadian sudden cardiac death during exercise  20


kasus/tahun

 Kemungkinan terjadinya sudden death pada orang sehat


yang melakukan exercise  sangat sangat kecil

35
9/22/2019

Kebugaran fisik rendah merupakan faktor risiko yang lebih


kuat dari pada tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
obesitas dan merokok

Fakta tentang exercise dan umur panjang

Blair SN, et al. JAMA; 276:205

36
9/22/2019

Fakta tentang exercise dan umur panjang

Blair SN, et al. JAMA; 276:205

MANFAAT LATIHAN FISIK ATAU EXERCISE


YG TERATUR

Meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi


 Meningkatkan “max oxygen uptake”  adaptasi central & perifer
 Menurunkan “minute ventilation” pada intensitas submaximal.
 Menurunkan “myocardial oxygen cost” pada intensitas submaximal
 Menurunkan HR & BP pada intensitas submaksimal
 Meningkatkan “capillary density” pada otot skeletal
 Meningkatkan “exercise threshold”
 Akumulasi lactate dalam darah
 Onset of the sign and symptoms of a disease (mis: AP)

37
9/22/2019

Menurunkan faktor resiko penyakit cardiovaskuler


 Menurunkan resting Systolic/diastolic BP
 Meningkatkan serum HDL dan menurunkan serum trygliseride
 Menurunkan lemak tubuh secara keseluruhan
 Menurunkan kebutuhan akan insulin dan memperbaiki glucose
intolerance
 Mengurangi inflamasi

Menurunkan angka kesakitan dan kematian

 Tingkat kebugaran yg tinggi  lower death rates


 Tingkat kebugaran yg tinggi  lower incidence of Cardiovascular
disease
 Menurunkan angka kematian akibat PJK

38
9/22/2019

Manfaat yang lain

 Menurunkan kecemasan dan depresi


 Memperbaiki fungsi kognitif
 Pada lansia dapat meningkatkan fungsi fisik dan kemandirian
 Meningkatkan “feeling of well-being”
 Pada lansia dapat mengurasi resiko jatuh

Manifestasi Klinis PJK

Manifestasi klinis dari PJK biasanya terjadi dalam satu dari


empat cara berikut;

 Kematian jantung mendadak (sudden


death),
 Angina stabil kronis,
 Sindrom koroner akut (iskemia
miokard akut) dan
 Disfungsi otot jantung

39
9/22/2019

Kematian jantung mendadak (Sudden cardiac death)

 Di Amerika Serikat, 300.000 hingga 400.000 kematian setiap


tahun disebabkan oleh kematian jantung mendadak.

 Kematian jantung mendadak adalah kematian alami yang tak


terduga, dalam waktu singkat, umumnya kurang dari satu jam
dari timbulnya gejala yang disebabkan oleh masalah jantung.

 Kematian jantung mendadak adalah manifestasi paling umum


dari PJK.

 Di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, 50% kematian


akibat penyakit kardiovaskular disebabkan oleh kematian jantung
mendadak.

 Mekanisme umum yg terjadi pada “sudden dead” ini adalah


terjadinya vertricular tachycardia dan ventricular fibrillation yang
berakhir pada tidak adanya cardiac output.

40
9/22/2019

Angina pectoris

 Angina pektoris adalah gejala PJK yang paling umum yang


menyebabkan orang mengunjungi dokter.

 Angina pektoris kebanyakan digambarkan sebagai tekanan


substernal.

 Beberapa pasien mendeskripsikan sebagai dada terasa


tertekan, terasa terikat. Dapat terjadi di mana saja dari daerah
epigastrium ke rahang.

 Angina stabil kronik adalah tipe angina yang biasanya memiliki


tingkat onset yang sudah dikenali

 Pasien dapat memprediksi kegiatan mana yang memancing


ketidaknyamanan mereka.

 Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan oksigen


antara kebutuhan dan ketersediaan. Ketika hal itu terjadi, pasien
biasanya mampu mengendalikan gejala ini dengan mengurangi
aktivitas mereka atau dengan mengambil nitrogliserin sublingual

41
9/22/2019

Acute coronary syndrome

Acute coronary syndrome or acute myocardial infarction (AMI)


telah didefinisikan sebagai kejadian klinis yang mengakibatkan
nekrosis miokard karena iskemia

Namun demikian, pada TH 2012, definisi AMI secara universal III


telah di adopsi untuk memasukkan kriteria2:
 Peningkatan/penurunan troponin
 Perubahan EKG
 or new cardiac muscle damage / wall motion abnormalities
seen on imaging

AMI dibagi menjadi:

 ST-segment elevation of myocardial infarction (STEMI) and


 non-STEMI

42
9/22/2019

Pada kondisi STEMI dapat timbul gelombang Q yang patologis


dalam 24 hingga 48 jam.

Biasanya didefinisikan sebagai “transmural infarction”.

Hal itu terjadi ketika plak terlepas dan mencetuskan terjadinya


agregasi platelet dan pembentukan trombus. Trombus akan
mengganggu suplai oksigen ke miokardium dan dapat
menyebabkan nekrosis miokard

Non-STEMI
 Pada non-STEMI tidak menyebabkan timbulnya gelombang Q
patologis pada ECG.

 Hal tersebut disebut sebagai infark non-Q-wave atau infark sub-


endokardial (infark non-transmural).

 Pada non-STEMI didapati adanya peningkatan biomarker jantung


seperti troponin I atau T.

 Non-STEMI sering terjadi ketika arteri koroner tidak benar-benar


terblokir, tetapi mengalami penyempitan yang parah dan beresiko
menjadi terblokir.

43
9/22/2019

INTERVENSI MEDIS (Farmakologi)

 Manajemen farmakologis untuk MI adalah mengupayakan kembali


keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard.

 Hal ini dapat diatasi dengan menurunkan kebutuhan oksigen atau


meningkatkan suplai oksigen

Obat Digitalis

 Digunakan untuk mencegah dan terapi gagal jantung dan untuk


menekan supraventricular arrhythmias

 Meningkatkan kapasitas latihan melalui peningkatan CO


o Meningkatkan kontraktilitas otot jantung
o Meningkatkan aliran darah ke jantung
o Menormalkan keseimbangan cairan dan elektrolit

 Mengindikasikan terjadinya ST segmen depresi yg dapat


mengindikasikan iskemia yg tidak benar.

44
9/22/2019

Obat diuretic

Vasodilator

45
9/22/2019

Calcium channel blocker

Beta-blocker

46
9/22/2019

Revaskularisasi

 Percutaneous Coronary Intervention

o Percutaneous transluminal coronary


angioplasty
o Percutaneous transluminal coronary
atherectomy

 Coronary Artery Bypass Graft

47
9/22/2019

Thank you very much


For your attention

48
PROTOKOL TES JALAN 6 MENIT

Tes jalan 6 menit ini menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh “American Thoracic
Society”.
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN:
1. Lintasan lurus sepanjang 30 meter.
2. Stop watch
3. Sebuah kursi yang mudah dipindahkan di sepanjang lintasan.
4. Oxygen set
5. Pengukur tekanan darah
6. Telepon
7. Automatic electronic defibrillator
PERSIAPAN PASIEN
1. Subyek harus menggunakan sepatu dan pakaian yang sesuai untuk olah raga.
2. Diperbolahkan makan ringan paling tidak 2 jam sebelum tes
3. Subyek tidak melakukan aktifitas fisik berat dalam kurun waktu 2jam sebelum
test.
PENGUKURAN
1. Tidak dilakukan pemanasan sebelum tes.
2. Subyek diminta untuk berbaring, setidaknya 10 menit sebelum tes dimulai.
Selama waktu ini, pemeriksa akan memeriksa kontraindikasi, mengukur denyut
nadi, tekanan darah, Saturasi oksigen dan memastikan bahwa pakaian dan sepatu
sesuai.
3. Minta pasien untuk berdiri dan ukurlah derajad sesak dan derajad kelelahan
sebelum tes dengan menggunakan skala Borg.
4. Atur penghitung putaran ke nol dan pengatur waktu menjadi 6 menit. Kumpulkan
semua peralatan yang diperlukan dan letakkan di dekat lokasi start.
5. Atur penghitung jumlah langkah menggunakan aplikasi yg ada di smart phone
6. Gunakan instruksi ke pasien berikut ini:
a. Tujuan dari test ini adalah: Saudara diminta untuk berjalan sejauh mungkin
selama 6 menit.
b. Saudara tidak diperkenankan lari.
c. Enam menit cukup lama untuk berjalan, mungkin saudara akan berusaha
untuk mengerahkan tenaga untuk melakukan itu.
d. Saudara mungkin akan terengah-engah atau akan kelelahan
e. Saudara diijinkan untuk mengurangi kecepatan langkah, untuk berhenti,
dan istirahat bila diperlukan. Saudara boleh bersandar pada dinding saat
istirahat, tapi segera lanjutkan berjalan kembali sesegera mungkin jika
saudara mampu.
f. Saudara diminta untuk berjalan bolak balik disepanjang lintasan ini dengan
melewati dua tanda kerucut tersebut.
g. Saudara harus memutar dengan cepat tanpa ragu ragu di sekitar kerucut
tersebut untuk kembali ke arah yang lainnya.
h. Sekarang saya akan tunjukkan cara berputar tanpa ragu2, coba perhatikan.
i. Saya akan memberi tahu kapan saudara harus memulai, dan saya akan
memberitahu sadara waktu yang masih tersisa.
j. Pada saat waktunya habis, saudara akan diminta berhenti di tempat.
k. Selanjutnya saudara akan diminta untuk menilai derajad kelelahan yang
saudara rasakan saat ini.
l. Seteleh itu saudara juga akan diperiksa kembali denyut nadi dan tekanan
darah.
m. Apakah penjelasan saya cukup jelas. (Fisioterapis dapat mengecek kembali
pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan).
n. Adakah yang ingin ditanyakan
o. Apakah saudara sudah siap?
7. Jika subyek sudah siap, posisikan subyek di dekat garis start. Fisioterapis juga
harus berdiri di dekat garis start. Berikan aba-aba mulai, dan tekan penghitung
waktu.
8. Berikan instruksi standar yg dianjurkan.
9. Tes ini akan dibatasi oleh symptom yang disampaikan oleh subyek.
10. Sesudah tes: catat derajad sesak, derajad beratnya aktivitas, denyut nadi, tekanan
darah dan hitung jarak yang bisa ditempuh, serta jumlah Langkah.
11. Berikan ucapan selamat kepada subyek atas upayanya dan tawarkan minum.
Derajad Sesak Derajad beratnya aktivitas
Numeric Rating Scale Borg Scale of RPE
0 Tidak sesak sama sekali 6 Setara dengan berbaring
1 7 Sangat sangat ringan
2 8
3 9 Sangat ringan
4 10
5 Sedang 11 Ringan
6 12
7 13 Agak berat
8 14
9 15 Berat
10 Sangat berat (maximal) 16
17 Sangat berat
18
19 Sangat sangat berat
20 Terberat (paling maksimal)
Prosedur Mengukur Panjang Tungkai

Banyak metode yang digunakan untuk mengukur Panjang tungkai. Untuk keperluan
penelitian ini, kita akan mengukur Panjang tungkai dari SIAS ke malleolus medialis.

• Posisikan subyek tidur terlentang,


dengan kedua tungkai lurus dan rilek,
sehingga tungkai akan terputar ke
exorotasi.
• Tandai titik referensi yang ada di SIAS
• Tandai titik referensi yang ada malleolus
medialis bagian paling inferior.

• Lakukan pengukuran dengan


menggunakan pita ukur.
10/02/2022

1
10/02/2022

2
10/02/2022

3
10/02/2022

4
10/02/2022

5
10/02/2022

Pasien mengeluh dadanya sering berdebar-debar

HEART BLOCK

•SA Block
•AV Block
•Bundle Branch Block

6
10/02/2022

7
10/02/2022

8
10/02/2022

9
LEMBAR KERJA TES JALAN 6 MENIT

Nama Pemeriksa: …………………………………………………………………………..NIM: ………………………………………

Nama responden : Umur :


Riwayat Exercise o Rutin, seminggu >3X Jenis Kelamin :
o Jarang, seminggu >1X Tinggi Badan :
o Tidak pernah Berat Badan :
Panjang tungkai Targat HR

HR BP SPO2 SOB RPE


Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

Jarak yang ditempuh (Berilah tanda silang pada kotak berikut untuk tiap satu putaran)

Jarak yang ditempuh : ........................

Jumlah Langkah : ……………………..

SOB RPE
0 Nothing at all 6 Equivalent to lying down
0.5 Very, very slight (just noticeable) 7 Very, very light
1 Very slight 8
2 Slight (light) 9 Very Light
3 Moderate 10
4 Somewhat severe 11 Fairly light
5 Severe (heavy) 12
6 13 Somewhat hard
7 Very severe 14
8 15 Hard
9 16
10 Very, very severe (maximal) 17 Very hard
18
19 Very, very hard
20 Equivalent to highest/hardest amount of
activity
Tes Jalan 6 Menit
Instruksi untuk pasien

1. Tujuan dari test ini adalah: Saudara diminta untuk berjalan sejauh mungkin selama 6 menit.
2. Saudara tidak diperkenankan lari.
3. Enam menit cukup lama untuk berjalan, mungkin saudara akan berusaha untuk
mengerahkan diri untuk melakukan itu.
4. Saudara mungkin akan terengah-engah atau akan kelelahan
5. Saudara diijinkan untuk mengurangi kecepatan langkah, untuk berhenti, dan istirahat bila
diperlukan. Saudara boleh bersandar pada dinding saat istirahat, tapi segera lanjutkan
berjalan kembali sesegera mungkin jika saudara mampu.
6. Saudara diminta untuk berjalan bolak balik disepanjang lintasan ini dengan melewati dua
tanda kerucut tersebut.
7. Saudara harus memutar dengan cepat tanpa ragu ragu di sekitar kerucut tersebut untuk
kembali ke arah yang lainnya.
8. Sekarang saya akan tunjukkan cara berputar tanpa ragu2, coba perhatikan.
9. Saya akan memberi tahu kapan saudara harus memulai, dan saya akan memberitahu sadara
waktu yang masih tersisa.
10. Pada saat waktunya habis, saudara akan diminta berhenti di tempat.
11. Selanjutnya saudara akan diminta untuk menilai derajad kelelahan yang saudara rasakan
saat ini.
12. Seteleh itu saudara juga akan diperiksa kembali denyut nadi, saturasi oksigen dan tekanan
darah.
13. Apakah penjelasan saya cukup jelas. (Fisioterapis dapat mengecek kembali pemahaman
pasien terhadap informasi yang diberikan).
14. Adakah yang ingin ditanyakan.
INSTRUKSI DAN PENYEMANGAT YANG DIGUNAKAN

1. Wow….bagus sekali….saudara telah berjalan selama 2 menit


dengan jarak tempuh …….meter……….tetap semangat.
2. Wow….bagus sekali….saudara telah berjalan selama 4 menit
dengan jarak tempuh …….meter……….tetap semangat.
3. Saudara masih mempunyai sisa waktu 1 menit lagi….tetap
semangat.
The International Classification of Functioning, Disability
and Health, Yang lebih dikenal dg ICF, menyediakan
bahasa yg standar dan kerangka kerja untuk
mendisdripsikan ttg kesehatan dan kondisi-2 yg
berhubungan dg kesehatan

Versi yg pertama telah dipublikasikan oleh WHO di th


1980, ICF merupakan klasifikasi multiguna yg
dimaksudkan untuk digunakan dlm berbagai keperluan
By: di berbagai sektor yg berbeda-beda
Nur Basuki, M.Physio

Powerpoint Templates

Domain tersebut diklasifikasikan


ICF adalah klasifikasi kesehatan dan domain yang
terkait dengan kesehatan yang membantu kita untuk
bedasarkan perspektif bodi/tubuh, individu
menjelaskan perubahan-perubahan fungsi dan struktur dan sosial yang terbagi dalam dua hal:
tubuh, apa yang orang dapat lakukan dalam lingkungan
yang standar dengan kondisi kesehatannya (their level ➢ a list of body functions and structure,
of capacity), termasuk juga apa yang mereka benar-
benar lakukan di lingkungan yang sudah terbiasa (their and
level of performance)
➢ a list of domains of activity and
participation

1
1. The ICF integrative bio-psycho-social model of functioning and disability
Case Example
A health condition merupakan istilah umum untuk
The ICF: Conceptual Model penyakit, gangguan/kelainan, cedera atau trauma
Kondisi kesehatan juga dapat mencakup keadaan lain,
Health condition
seperti penuaan, stres, kehamilan, kelainan kongenital,
atau kecenderungan genetik
Health conditions may be coded using the ICD-10.
Body functions/ Activities Health condition
Participation
Body structures

Body functions/ Activities Participation


Body structures

Environmental factors Personal factors


Environmental Personal
factors factors

1. The ICF integrative bio-psycho-social model of functioning and disability 1. The ICF integrative bio-psycho-social model of functioning and disability
Case Example Body functions adalah
Case fungsi
Example
fisiologis sistem tubuh,
termasuk fungsi psikologis
Coronary heart disease (CHD), also called coronary artery
disease (CAD), ischemic heart disease (IHD), or atherosclerotic Body structures adalah bagian anatomi tubuh, seperti organ,
heart disease, is the end result of the accumulation of anggota badan dan komponennya
atheromatous plaques within the walls of the arteries that supply
the myocardium (the muscle of the heart) Impairments adalah masalah-2 dalam sistem tubuh atau
anatomi tubuh.
Acute Myocardial Infarction
Health condition
121

• Pain
• Cramp Body functions/ Activities Participation
• Kaki terasa berat Body structures
• Bengkak
• Ulcer
Environmental Personal
factors factors

2
1. The ICF integrative bio-psycho-social model of functioning and disability 1. The ICF integrative bio-psycho-social model of functioning and disability
Case Example Case Example
Activity adalah merupakan pelaksanaan tugas atau tindakan oleh
individu Environmental factors merupakan lingkungan fisik, sosial
Participation adalah keterlibatan dalam suatu situasi kehidupan dan perilaku dimana mereka tinggal dan melakukan aktivitas
kehidupan.
Activity limitations adalah kesulitan2 yang seorang individu mungkin
miliki dalam melaksanakan kegiatan Ini adalah merupakan faktor diluar individu yang dapat berpengaruh
secara positif atau negatif terhadap kinerja seseorang sebagai bagian
Participation restrictions adalah masalah2 yang mungkin dialami dari masy, pada kapasitas individu dalam melaksanakan aktivitasnya.
oleh individu dalam melibatkan dirinya di lingkungan sosialnya.
Varicose Vein COPD
Health183
condition Health496
condition

Sesak napas
Pain, Cramp. Edema, Ulcer, Penggunaan neb yg meningkat selfcare
heavy legs, reduce ROM
Activities Participation Batuk berdahak
Activities
ADL, IADL Participation
Self esteem, social problem

Environmental Personal Environmental Personal


factors factors factors factors

1. The ICF integrative bio-psycho-social model of functioning and disability


Case Example
Personal factors adalah latar belakang yg spesifik dari
kehidupan seseorang, dan mencakup fitur dar individu yang
bukan merupakan bagian dari kondisi atau status kesehatannya.
Yang termasuk dalam faktor-2 ini adalah: jenis kelamin, ras, usia, kondisi
kesehatan lainnya, kebugaran, gaya hidup, kebiasaan, gaya mengatasi
masalah, latar belakang sosial, pendidikan, profesi, pengalaman masa
lalu dan saat ini, ...
COPD
496
Health condition

Sesak napas selfcare


Penggunaan neb yg meningkat Activities
ADL, IADL Aktivitas sosial
Participation
Batuk berdahak

Jenis pekerjaan
Environmental Personal
factors factors

3
11/02/2021

What happen to your heart when you


take exercise?

Dasar-dasar Fisiologi
Latihan
Nur Basuki, M.Physio
(Senior Lecturer)

C.O. = HR X SV

+ O2
n. Vagus Preload Afterload Contractility

1
11/02/2021

CO

VO2 max

2
11/02/2021

Fick Equation

VO2 = CO x (a – v O2 diff)

▪ Increase muscle blood flow


▪ Increase capillary density
▪ Increase the number of mitochondrial

Respon cardiovascular pada prolonged exercise

3
17/02/2022

Asesmen pd pasien
postop Bedah Jantung
Nur Basuki, M.Physio
(Senior Lecturer)

Mengapa PT harus
melakukan pemeriksaan?

1
17/02/2022

The ICF: Conceptual Model

Health condition

Body functions/ Body Activities Participation


structures

Environmental factors Personal factors

MEDICAL RECORD REVIEW

1.Primary diagnosis
2.Additional significant medical problems
3.Medical Therapy
4.Clinical subset of the patients → EF
5.Contraindications for proceeding with the
self-care evaluation
6.Priorities for cardiovascular monitoring with
activity
7.Risk factor for coronary disease

2
17/02/2022

SUBJECTIVE ASSESMENT

1.Understanding of the disease


2.Patient symptoms
3.Family
4.Vocation
5.Psychological profile
6.Leisure activities & exc history
7.Patient’s goals

Cardiac rehabilitation and secondary prevention


program telah terbukti dapat:
➢ ↓ mortality dan morbidity,
➢ ↑ exercise capacity,
➢ ↑ QoL

Anderson et al., 2016; Franklin, Lavie, Squires, & Milani, 2013; Heran et al., 2011; Taylor et al., 2015

3
17/02/2022

Program Rehab Jantung dibagi menjadi


3 fase:

1. Fase I (rawat inap)


2. Fase II (rawat jalan)
3. Fase III (stable long-term
maintenance)

FASE I (Rawat inap)


▪ Merupakan awal program rehab jantung, yg dilakukan di
fase akut.

▪ Mengingat masa rawat inap semakin pendek → PRJ fase I


memiliki peran yg sangat penting dan merupakan
tantangan bagi Tim professional .

▪ Dimulai ketika kondisi pasien telah stabil dari MI, CABG,


PTCA, Valve repair, transplantasi jantung, atau CHF

▪ Rawat Inap, < 7 -10 hari


8

4
17/02/2022

AACPR, 2013

AACPR, 2013

10

5
17/02/2022

Periksa kesiapan pasien untuk


aktivitas
▪ Apakah pasien sudah boleh diberikan latihan
▪ Apakah pasien beresiko terjadi komplikasi paru pasca
operasi
▪ Apakah ada tanda2 awal terjadinya PPC
▪ Apakah pasien beresiko terjadinya sternal instability
▪ Apa yg harus diketahui/diperiksa untuk mengetahui respon
jantung terhadap aktivitas yg diberikan.

11

Syarat untuk boleh dilakukan mobilisasi

➢ Tidak ada nyeri dada dalam 8 jam terakhir


➢ Tidak ada kenaikan baik Ck maupun troponin
➢ Tidak ada tanda-tanda gagal jantung (sesak saat istirahat
dengan ronchi basah pada kedua basal paru)
➢ Tidak ada aritmia baru yg siknifikan atau perubahan EKG
dalam 8 jam terakhir.
AACPR, 2013

12

6
17/02/2022

Karakteristik pasien beresiko


rendah untuk exc

1. Tidak ada ventricular dysrhythmias selama recovery dan exercise


testing.
2. Tidak ada angina maupun symptom yg lain (sesak napas, sakit kepala
atau pusing selama recovery dan exc testing.
3. Normal respon haemodinamic (peningkatan HR dan BP sesuai dg
peningkatan beban kerja)
4. Functional capacity ≥7 METs

13

14

7
17/02/2022

Karakteristik pasien beresiko sedang


untuk exc
➢ Ada angina atau symptoms yg lain ( sesak, sakit kepala, pusing) pada saat
melakukan exc level tinggi [≥7 METs])
➢ Mild to moderate level of silent ischemia selama exercise testing (ST-
segment depression <2 mm from baseline)
➢ Functional capacity <5 METs

Non-exercise testing
➢ Rest ejection fraction = 40%–49%

15

Karakteristik pasien beresiko


tinggi untuk exc

➢ Timbul ventricular dysrhythmias saat exercise testing


➢ Timbul angina atau symptoms yg lain (sesak, sakit kepala, pusing) pada
aktivitas rendah [<5 METs]
➢ Silent ischemia (ST-segment depression ≥2 mm from baseline) saat
exercise testing.
➢ Adanya abnormal hemodynamics (penurunan atau flat systolic BP saat
beban kerja meningkat, post-exc hipotensi berat)

16

8
17/02/2022

Non-exercise testing

➢ Rest ejection fraction <40%


➢ History of cardiac arrest
➢ Complex dysrhythmias at rest
➢ Myocardial infarction or revascularization dengan komplikasi
➢ Adanya congestive heart failure
➢ Adanya tanda2 atau gejala2 ischemia
➢ Adanya depression

17

Post-operative Pulmonary
Complications

▪ Adanya perubahan rongent (atelectasis)


▪ Adanya perubahan suara pernapasan
▪ Demam (suhu > 38 derajad Celcius)

18

9
17/02/2022

Faktor resiko sternal instability


▪ Obesitas
▪ Chronic cough/productive cough
▪ Big mamae
▪ DM
▪ Bilateral anastomosis of artery mammary
internal
▪ Prolonged mechanical ventilator
Reyna etal, 2006; Copeland, 1994; Bitkover, 1998

19

Pemeriksaan respon jantung

▪ HR
▪ BP
▪ ECG
▪ SaO2
▪ Symptom
20

10
17/02/2022

21

C.O. = HR X SV

n. Vagus Preload Afterload Contractility

22

11
17/02/2022

CO

VO2 max

23

24

12
17/02/2022

25

26

13
17/02/2022

Fick Equation

VO2 = CO x (a – v O2 diff)

▪ Increase muscle blood flow


▪ Increase capillary density
▪ Increase the number of mitochondrial

27

28

14
17/02/2022

Respon cardiovascular pada prolonged exercise

29

AACPR, 2013

30

15
17/02/2022

31

32

16
17/02/2022

Stress Test

33

Salah satu masalah utama bagi pasien jantung adalah


penurunan kapasitas latihan, oleh karena itu mengukur
kapasitas latihan adalah merupakan kunci untuk
mengevaluasi efektivitas program rehabilitasi jantung.

34

17
17/02/2022

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk


mengukur secara obyektif kapasitas latihan. Beberapa
jenis alat ukur menyajikan asesmen yg komplit yg
melibatkan semua system yg dibutuhkan dalam exercise
→ alat canggih.

Disisi lain, ada alat ukur sederhana dan mudah


pelaksanaannya.

35

Standardized laboratory maximal exercise test yg


dilengkapi dengan oxygen analyzer dapat mengukur
secara obyektif pembatasan latihan bagi pasien jantung
melalui pengukuran Ventilatory Threshold (VT) & VO2
max.
Oleh karenanya pengukuran ini
dianggap sebagai “gold standard”
yg digunakan untuk menentukan
dosis latihan yg sesuai.

36

18
17/02/2022

However, the maximal exercise performance test


require high technology equipment and fully skilled
specialist. It is costly and time-consuming.

More over, these tests are not always well


accepted, and some patients may have
difficulties achieving a maximal exercise
test

37

Therefore, easier tool to assess exercise capacities


have been developed.

In the early 1960s, Balke developed a simple test to


evaluate the functional capacity by measuring the
distance walked during a 12-minute.

In an attempt to accommodate patients with respiratory


disease for whom walking 12 minutes was too
exhausting, a 6-minute walk was found to perform as
well as the 12-minute walk.

38

19
17/02/2022

Functional Capacity

39

Indikasi

40

20
17/02/2022

41

Resiko Stress Tes

42

21
17/02/2022

43

Kontra Indikasi

44

22
17/02/2022

45

46

23
17/02/2022

47

General Procedure

48

24
17/02/2022

Pre-test Instructions

49

Component of Graded maximal


exercise test

50

25
17/02/2022

51

Max exercise test modalities and


protocols

52

26
17/02/2022

Cycle ergometer vs Treadmill

53

54

27
17/02/2022

Six minutes walk test

The six minutes walk test evaluates the global and


integrated responses of all the systems involved during
exercise, including the pulmonary and cardiovascular
systems, systemic circulation, peripheral circulation,
blood, neuromuscular units, and muscle metabolism.

55

It is a popular clinical exercise test, that is simple, no


high technology needed and it provide the submaximal
level of functional exercise capacity.

The 6MWT can predict functional change resulting from


disease progression or therapeutic intervention,
morbidity and mortality in heart or lung disease and
capacity in older, healthy, sedentary people.

56

28
17/02/2022

57

REQUIRED EQUIPMENT

• DIGITAL SPHYGMOMANOMETER
• PULSE OXYMETRY
• RPE SCALE
• STOP WATCH
• TWO TRAFFIC CONES
• 30 METERS HALL-WAY (MARKED 3M INTERVAL)
• TAPE MEASURE

58

29
17/02/2022

PARTICIPANTS PREPARATION

• Comfortable clothing should be worn


• Appropriate shoes for walking should be
worn
• Participants should not have exercised
vigorously within 2 hours of beginning the
test

59

The procedure of 6MWT


• All participants were explained the purpose and the
procedure of the study
• No warming up exercise will be performed before the test.
• The patient will sit rested in a chair, located near the
starting position, at least 10 minutes before the test
begins. During this time, the examiner will check the
contraindications, measure the pulse and blood pressure,
and ensure that the clothes and shoes are appropriate.

60

30
17/02/2022

▪ Ask the patient to stand up and measure the degree


of baseline dyspnea and fatigue using a borg scale.

▪ Set the lap counter to zero and the timer to 6


minutes. Collect all necessary equipment and place
it near the starting point

61

The Instruction for patient

▪ The purpose of this test is: You are required to walk as far
as possible for 6 minutes.

▪ You are not allowed to run.

▪ You will walk back and forth in this hallway. Six minutes is
a long time to walk, so you will be exerting yourself. You
will probably get out of breath or become exhausted. You
are permitted to slow down, to stop, and to rest as
necessary. You may lean against the wall while resting,
but resume walking as soon as you are able

62

31
17/02/2022

▪ You will be walking back and forth around the cones. You
should pivot briskly around the cones and continue back
the other way without hesitation. Now I’m going to show
you. Please watch the way I turn without hesitation.

▪ I will tell you when to begin, and I will tell you the time
remaining.

▪ When the time is up, you will be asked to stop at the place.
Then, you will be asked to assess the degree of fatigue
that you feel right now

63

▪ After that your pulse and BP will be checked again.

▪ Is my explanation clear enough? (The physiotherapist


can check the patient's understanding of the information
provided)

▪ Is there anything to ask?

▪ Are you ready?

64

32
17/02/2022

▪ If the participant is ready, position the participant near the


starting point. The physiotherapist must also stand near the
starting point. Provide a start signal, and press the timer.

▪ This test will be limited by the symptom submitted by the


participant.

▪ Post-test: note the degree of dyspnea, fatigue level, pulse,


blood pressure and calculate the total distance walked.

▪ Congratulate the patient on good effort and offer a drink of


water

65

Hentikan tes bila ditemukan:

1. Chest pain
2. Intolerable dyspnea
3. Leg cramps
4. Pasien limbung (sway)
5. Diaphoris
6. Pucat

66

33
17/02/2022

67

Rate of Perceived Exertion (RPE)

68

34
17/02/2022

69

70

35
17/02/2022

71

72

36
17/02/2022

73

74

37
17/02/2022

75

76

38
17/02/2022

77

78

39
17/02/2022

79

40
Oleh : Nur Basuki, M.Physio *)

*) Senior Lecturer at the Health Polytechnic of Surakarta


Case Study #1

Seorang laki-2 umur 58 TH didiagnosis AMI bag anterior yg luas dengan


komplikasi ventricular fibrilasi dan membutuhkan defibrilasi dan pemasangan
stent secara emergensi pada LAD. Pasien sebelumnya sehat dan aktif,
sekarang mempunyai masalah dyfungsi yg berat dari ventrikel kiri dengan EF
20% dan LBBB.

Sebelum mengikuti program rehab dilakukan exercise tes dg standard Bruce


protocol dan berhenti pada menit ke 4 karena sesak, dengan RPE 15/20.
Resting HR 85 bpm, peak HR 122bpm.
Bruce Protokol untuk treadmill
testing
Dengan menggunakan metoda HRR, pasien diberikan latihan dengan
intensitas 107-111 (60-70%HRR).

Setelah mengikuti program selama 3 minggu, baik pasien maupun


terapis merasa bahwa dosis latihan terlalu rendah, tetapi dokter tidak
mengijinkan untuk dinaikkan dosisnya diatas 70% dari HRR dengan
alasan safety.

MOHON SARANNYA
Metode untuk menghitung Intensitas latihan

Metode HRR {(HR max – HR rest) X % intensity} + HR rest


Metode VO2R {(VO2 max – VO2 rest) X % intensity} + VO2 rest
Metode HR HR max X % intensity
Metode VO2 VO2 max X % intensity
Metode MET {(VO2max)/3.5mL.kg-1.min-1} X % intensity
• Diputuskan untuk dilakukan cardiopulmonary exercise testing.

• Dengan protocol Modified Naughton → stop pada menit 10:30 karena


sesak.

• HR rest 78 bpm; Peak HR 128; Peak VO2 18.9 (62% predicted); Peak
RER 1.01; Peak RPE 14/20; Peak VT 16.2 m;/kg/min (53% of max
predicted V2O max).

• Kadang-2 ditemukan PVCs, tetapi tak ada aritmia.

• Gambaran gelombang ST tidak terdeteksi, krn ada LBBB


• Dari data diatas, maka dengan menggunakan rumus 60-70% HRR →
HR latihan 108-113

• Atau alternative lain HR Rest + 20-30bpm → 98-108

• Akhirnya disepakati HR latihan 115-125 → hasilnya pasien masih


bisa mentoleransi intensitas tersebut dan merasa lebih pas.
Case Study #2
• Seorang wanita umur 52 TH dirujuk ke Instalasi Prevention and
Rehabilitation karena keluhan Chronic Angina.
• Dia mantan perokok berat, tetapi sudah berhenti 10TH yll.
• 6 TH yll didiagnosis AMI bag inferior dan mendapatkan terapi
pemasangan stent pada RCA. Tidak ada masalah setelah operasi sd
berapa bulan yll dia merasa toleransi aktivitasnya menurun, ada nyeri
dada, serta kesulitan untuk menyelesaikan jalan sejauh 5km, yang
biasanya bisa dia lakukan.
• Dari hasil exercise tes dg standar Bruce Protokol, dia berhenti pada menit
ke 5:30 karena nyeri dada dan sesak. Resting HR 68bpm; HR peak 109
(65% dari prediksi max). Tidak ada perubahan yg signifikan pd gelombang
ST-T; Walaupun peak HR tidak adequate.
• EF 57%. Hasil Kateterisasi dbn. Hasil Chest CT scan tidak ditemukan
pulmonary embolus.
• Pasien diduga ada gangguan microvascular di pembuluh coroner nya →
di rujuk untuk mengikuti program Rehab Jantung.

• Selama mengikuti program rehab jantung, pasien Nampak sesak napas


pada saat memulai latihan, walaupun kadang2 membaik setelah
pemanasan, namun pasien tetap tidak bisa mentolerir HR diatas
100bpm.

MOHON SARANNYA
• Dilakukan Cardiopulmonary Exercise Testing
• Menggunakan Modified Naughton Protokol. Pasien berhenti pada
menit ke 9:20 karena sesak berat dan rasa tak nyaman di dada.

• Ada wheezing; Peak HR 106; Peak VO2 18.2 (74% predicted); Peak
RER 0.99; Peak RPE 19/20.

• Gambaran EKG dbn. Peak RR 54 X/min.

• Resting Spirometry FEV1/FVC 83%. Post test FEV1/FVC terjadi


penurunan 27%
21/02/2022

Asesmen pd pasien
postop Bedah Jantung
Nur Basuki, M.Physio
(Senior Lecturer)

Mengapa PT harus
melakukan pemeriksaan?

1
21/02/2022

The ICF: Conceptual Model

Health condition

Body functions/ Body Activities Participation


structures

Environmental factors Personal factors

MEDICAL RECORD REVIEW

1.Primary diagnosis
2.Additional significant medical problems
3.Medical Therapy
4.Clinical subset of the patients → EF
5.Contraindications for proceeding with the
self-care evaluation
6.Priorities for cardiovascular monitoring with
activity
7.Risk factor for coronary disease

2
21/02/2022

SUBJECTIVE ASSESMENT

1.Understanding of the disease


2.Patient symptoms
3.Family
4.Vocation
5.Psychological profile
6.Leisure activities & exc history
7.Patient’s goals

Cardiac rehabilitation and secondary prevention


program telah terbukti dapat:
➢ ↓ mortality dan morbidity,
➢ ↑ exercise capacity,
➢ ↑ QoL

Anderson et al., 2016; Franklin, Lavie, Squires, & Milani, 2013; Heran et al., 2011; Taylor et al., 2015

3
21/02/2022

Program Rehab Jantung dibagi menjadi


3 fase:

1. Fase I (rawat inap)


2. Fase II (rawat jalan)
3. Fase III (stable long-term
maintenance)

FASE I (Rawat inap)


▪ Merupakan awal program rehab jantung, yg dilakukan di
fase akut.

▪ Mengingat masa rawat inap semakin pendek → PRJ fase I


memiliki peran yg sangat penting dan merupakan
tantangan bagi Tim professional .

▪ Dimulai ketika kondisi pasien telah stabil dari MI, CABG,


PTCA, Valve repair, transplantasi jantung, atau CHF

▪ Rawat Inap, < 7 -10 hari

4
21/02/2022

AACPR, 2013

AACPR, 2013

5
21/02/2022

Periksa kesiapan pasien untuk


aktivitas
▪ Apakah pasien sudah boleh diberikan latihan
▪ Apakah pasien beresiko terjadi komplikasi paru pasca
operasi
▪ Apakah ada tanda2 awal terjadinya PPC
▪ Apakah pasien beresiko terjadinya sternal instability
▪ Apa yg harus diketahui/diperiksa untuk mengetahui respon
jantung terhadap aktivitas yg diberikan.

Syarat untuk boleh dilakukan mobilisasi

➢ Tidak ada nyeri dada dalam 8 jam terakhir


➢ Tidak ada kenaikan baik Ck maupun troponin
➢ Tidak ada tanda-tanda gagal jantung (sesak saat istirahat
dengan ronchi basah pada kedua basal paru)
➢ Tidak ada aritmia baru yg siknifikan atau perubahan EKG
dalam 8 jam terakhir.
AACPR, 2013

6
21/02/2022

Karakteristik pasien beresiko


rendah untuk exc

1. Tidak ada ventricular dysrhythmias selama recovery dan exercise


testing.
2. Tidak ada angina maupun symptom yg lain (sesak napas, sakit kepala
atau pusing selama recovery dan exc testing.
3. Normal respon haemodinamic (peningkatan HR dan BP sesuai dg
peningkatan beban kerja)
4. Functional capacity ≥7 METs

7
21/02/2022

Karakteristik pasien beresiko sedang


untuk exc
➢ Ada angina atau symptoms yg lain ( sesak, sakit kepala, pusing) pada saat
melakukan exc level tinggi [≥7 METs])
➢ Mild to moderate level of silent ischemia selama exercise testing (ST-
segment depression <2 mm from baseline)
➢ Functional capacity <5 METs

Non-exercise testing
➢ Rest ejection fraction = 40%–49%

Karakteristik pasien beresiko


tinggi untuk exc

➢ Timbul ventricular dysrhythmias saat exercise testing


➢ Timbul angina atau symptoms yg lain (sesak, sakit kepala, pusing) pada
aktivitas rendah [<5 METs]
➢ Silent ischemia (ST-segment depression ≥2 mm from baseline) saat
exercise testing.
➢ Adanya abnormal hemodynamics (penurunan atau flat systolic BP saat
beban kerja meningkat, post-exc hipotensi berat)

8
21/02/2022

Non-exercise testing

➢ Rest ejection fraction <40%


➢ History of cardiac arrest
➢ Complex dysrhythmias at rest
➢ Myocardial infarction or revascularization dengan komplikasi
➢ Adanya congestive heart failure
➢ Adanya tanda2 atau gejala2 ischemia
➢ Adanya depression

Post-operative Pulmonary
Complications

▪ Adanya perubahan rongent (atelectasis)


▪ Adanya perubahan suara pernapasan
▪ Demam (suhu > 38 derajad Celcius)

9
21/02/2022

Faktor resiko sternal instability


▪ Obesitas
▪ Chronic cough/productive cough
▪ Big mamae
▪ DM
▪ Bilateral anastomosis of artery mammary
internal
▪ Prolonged mechanical ventilator
Reyna etal, 2006; Copeland, 1994; Bitkover, 1998

Pemeriksaan respon jantung

▪ HR
▪ BP
▪ ECG
▪ SaO2
▪ Symptom

10
21/02/2022

AACPR, 2013

11
21/02/2022

EVALUASI DINAMIS

Merupakan suatu program evalusi yang digunakan


untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan
respon jantung terhadap suatu aktivitas yang
didesain secara progressive meningkatmelalui
monitoring
•HR (heart rate)
•BP (Blood Pressure)
•Gambaran EKG
•Symptom
•Suara jantung

12
21/02/2022

Evaluasi perawatan diri dan ambulasi yang


termonitor, adalah merupakan bentuk program
yang biasa digunakan untuk mengevaluasi
respon jantung pada aktivitas rendah yang
akan diikuti dengan LOW LEVEL EXRCISE
TEST.

13
21/02/2022

EVALUASI PERAWATAN DIRI

•Diperlukan 2 org yang sudah terlatih


•Satu org bertugas untuk mengobservasi gambaran
EKG dan membuat rekaman EKG untuk masing-2
aktivitas
•Sedangkan petugas yang lainnya, memeriksa BP
danmemonitor clinical sign and symptom selama
aktivitas

AMBULASI TERMONITOR

Jarak awal yang dapat ditempuh sangat bervariasi


danbersifat individual. Pada pasien yg berat biasanya
antara 3-6 meter, tetapi pd pasien tanpa komplikasi
45-91 mtr

14
21/02/2022

Sebelum latihan dimulai → dilakukanpengecekan


terhadap HR & BP pada posisi supine, sitting &
standing serta merekam gambaran resting EKG

Selama ambulasi dilakukan lagi pengecekan terhadap


HR, BP dan gambaran EKG.

Aktivitas ini biasanya dapat meningkatkan HR 80-


125 bpm dan meningkatkan BP 120-150 mmHg

AMBULASI HARUS DIHENTIKAN BILA:

1. BP > 180/110 mmHg


2. BP > 10-15 mmHg
3.Beda tek systolic & diastolic < 20 mmHg
4.Adanya PVC yg berpasang-pasangan atau 3
atau lebih PVC secara berturutan
5.PVC dengan R pada puncak T selama exc
6.Angina pectoris
7.Fatigue atau dizziness
8.2 + 4 + sesak saat ambulasi

15
21/02/2022

KONTRA INDIKASI

1.Gagal jantung kongesti


2.MI atau perluasan infark dalam 2 hari
3.Heart Block grade II & III atau ventricular
tachicardia saat istirahat
4.Hypertensi → resting BP > 160/105 mmHg
5.Hypotensi → systolic < 80 mmHg
6.> 10-15 PVCs permenit saat istirahat
7.Aortic stenosis yg berat
8.Unstable AP
9.Uncontrolled metabolic disease
10.Psychosis atau kondisi psikis yg tidak stabil

LOW LEVEL EXERCISE TEST

LLET is a multistage procedures progressing from a


workload equivalent of 2-3 METs up to workload
equivalent of no greater than 6-7 METs.

PURPOSE:
1. To help identify the high risk patient
2. To evaluate the effectiveness of medical therapy
3. To provide the basis from which to make
recommendation for activity and exercise therapy

16
21/02/2022

17
21/02/2022

LLET HARUS DIHENTIKAN BILA:


1. Tercapai target HR
2. Hypotensi
3. Angina Pectoris
4. ST-segmen depresi > 2mm
5. Multivocale PVCs, Paired PVCs, Ventricular tachicardia
6. Fatique
7. Permintaan pasien

18
21/02/2022

Stress Test

Salah satu masalah utama bagi pasien jantung adalah


penurunan kapasitas latihan, oleh karena itu mengukur
kapasitas latihan adalah merupakan kunci untuk
mengevaluasi efektivitas program rehabilitasi jantung.

19
21/02/2022

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk


mengukur secara obyektif kapasitas latihan. Beberapa
jenis alat ukur menyajikan asesmen yg komplit yg
melibatkan semua system yg dibutuhkan dalam exercise
→ alat canggih.

Disisi lain, ada alat ukur sederhana dan mudah


pelaksanaannya.

Standardized laboratory maximal exercise test yg


dilengkapi dengan oxygen analyzer dapat mengukur
secara obyektif pembatasan latihan bagi pasien jantung
melalui pengukuran Ventilatory Threshold (VT) & VO2
max.
Oleh karenanya pengukuran ini
dianggap sebagai “gold standard”
yg digunakan untuk menentukan
dosis latihan yg sesuai.

20
21/02/2022

However, the maximal exercise performance test


require high technology equipment and fully skilled
specialist. It is costly and time-consuming.

More over, these tests are not always well


accepted, and some patients may have
difficulties achieving a maximal exercise
test

Therefore, easier tool to assess exercise capacities


have been developed.

In the early 1960s, Balke developed a simple test to


evaluate the functional capacity by measuring the
distance walked during a 12-minute.

In an attempt to accommodate patients with respiratory


disease for whom walking 12 minutes was too
exhausting, a 6-minute walk was found to perform as
well as the 12-minute walk.

21
21/02/2022

Functional Capacity

Indikasi

22
21/02/2022

Resiko Stress Tes

23
21/02/2022

Kontra Indikasi

24
21/02/2022

25
21/02/2022

General Procedure

26
21/02/2022

Pre-test Instructions

Component of Graded maximal


exercise test

27
21/02/2022

Max exercise test modalities and


protocols

28
21/02/2022

Cycle ergometer vs Treadmill

29
21/02/2022

Six minutes walk test

The six minutes walk test evaluates the global and


integrated responses of all the systems involved during
exercise, including the pulmonary and cardiovascular
systems, systemic circulation, peripheral circulation,
blood, neuromuscular units, and muscle metabolism.

It is a popular clinical exercise test, that is simple, no


high technology needed and it provide the submaximal
level of functional exercise capacity.

The 6MWT can predict functional change resulting from


disease progression or therapeutic intervention,
morbidity and mortality in heart or lung disease and
capacity in older, healthy, sedentary people.

30
21/02/2022

REQUIRED EQUIPMENT

• DIGITAL SPHYGMOMANOMETER
• PULSE OXYMETRY
• RPE SCALE
• STOP WATCH
• TWO TRAFFIC CONES
• 30 METERS HALL-WAY (MARKED 3M INTERVAL)
• TAPE MEASURE

31
21/02/2022

PARTICIPANTS PREPARATION

• Comfortable clothing should be worn


• Appropriate shoes for walking should be
worn
• Participants should not have exercised
vigorously within 2 hours of beginning the
test

The procedure of 6MWT


• All participants were explained the purpose and the
procedure of the study
• No warming up exercise will be performed before the test.
• The patient will sit rested in a chair, located near the
starting position, at least 10 minutes before the test
begins. During this time, the examiner will check the
contraindications, measure the pulse and blood pressure,
and ensure that the clothes and shoes are appropriate.

32
21/02/2022

▪ Ask the patient to stand up and measure the degree


of baseline dyspnea and fatigue using a borg scale.

▪ Set the lap counter to zero and the timer to 6


minutes. Collect all necessary equipment and place
it near the starting point

The Instruction for patient

▪ The purpose of this test is: You are required to walk as far
as possible for 6 minutes.

▪ You are not allowed to run.

▪ You will walk back and forth in this hallway. Six minutes is
a long time to walk, so you will be exerting yourself. You
will probably get out of breath or become exhausted. You
are permitted to slow down, to stop, and to rest as
necessary. You may lean against the wall while resting,
but resume walking as soon as you are able

33
21/02/2022

▪ You will be walking back and forth around the cones. You
should pivot briskly around the cones and continue back
the other way without hesitation. Now I’m going to show
you. Please watch the way I turn without hesitation.

▪ I will tell you when to begin, and I will tell you the time
remaining.

▪ When the time is up, you will be asked to stop at the place.
Then, you will be asked to assess the degree of fatigue
that you feel right now

▪ After that your pulse and BP will be checked again.

▪ Is my explanation clear enough? (The physiotherapist


can check the patient's understanding of the information
provided)

▪ Is there anything to ask?

▪ Are you ready?

34
21/02/2022

▪ If the participant is ready, position the participant near the


starting point. The physiotherapist must also stand near the
starting point. Provide a start signal, and press the timer.

▪ This test will be limited by the symptom submitted by the


participant.

▪ Post-test: note the degree of dyspnea, fatigue level, pulse,


blood pressure and calculate the total distance walked.

▪ Congratulate the patient on good effort and offer a drink of


water

Hentikan tes bila ditemukan:

1. Chest pain
2. Intolerable dyspnea
3. Leg cramps
4. Pasien limbung (sway)
5. Diaphoris
6. Pucat

35
21/02/2022

Rate of Perceived Exertion (RPE)

36
21/02/2022

37
21/02/2022

38
21/02/2022

39
21/02/2022

40
21/02/2022

41
21/02/2022

42
08/02/2021

• Jantung merupakan organ muskuler


yang berfungsi untuk memompa
darah.

ANATOMI & Fisiologi


• Jantung terletak dalam rongga dada,
di dalam mediastinum
• Apex cordis (bag. Inferior jantung
JANTUNG terletak pada ICS ke 5, 9 cm dari mid
line.
• Bagian basal jantung (bag convex,
superior) terletak pada pertemuan
antara cartilago costalis ke 2 dan
Oleh : Nur Basuki, M.Physio sternum

BAGIAN-BAGIAN JANTUNG

1
08/02/2021

The human body has two circulatory systems! These are the
cardiovascular system and the lymphatic system

JARINGAN
SISTEMIK

SISTEM KONDUKSI JANTUNG

2
08/02/2021

STIMULASI SARAF SYMPHATIS


•Meningkatkan HR
•Meningkatkan kekuatan otot-2 jantung
•Meningkatkan aliran darah koroner

STIMULASI SARAF PARASYMPHATIS


• HR
• kekuatan otot-2 atrium
• kecepatan konduksi impuls melalui AV Node
• aliran darah → a. coronaria

VASKULARISASI JANTUNG SIKLUS JANTUNG

Siklus jantung adalah merupakan pergantian antara fase kontrasi


dan rileksasi yang berulang ulang yang dikenal dengan istilah:
•FASE SISTOLIK
•FASE DIASTOLIK
RCA LCx

PDA CARDIAC OUTPUT (Q, l/min)


LAD
Banyaknya darah yg dipompa dari ventrikel kiri tiap menitnya.

Q = HR X SV

3
08/02/2021

Besarnya Cardiac output


➢Saat istirahat = 5 Ltr/min
➢Saat aktivitas dinamis
•Meningkat linear dg intensitas
•Q max = tergantung pd kebugaran aerobik
•Q max = berkisar 20 s/d 40 Ltr/min

HEART RATE (HR)


Jumlah kontraksi dari ventrikel tiap menit
Max HR tergantung umur
DNM =220 – usia + 8 bpm
Tak dipengaruhi oleh tingkat kebugaran
aerobik
Tak ada perbedaan Max HR antara individu
terlatih dan tak terlatih
HRR (heart rate reserve) lebih tinggi pd
individu yg terlatih
HRR = HR max – HR rest

Anda mungkin juga menyukai