Anda di halaman 1dari 12

1376

Hubungan antara Nilai Hematokrit dan Early Neurological Deterioration

pada Pasien Stroke Iskemik Akut

Sarah Ersha Mutiari1; Dyan Roshinta Laksmi Dewi2; Mistika Zakiah3

1
Program Studi Kedokteran, FK UNTAN
2
SMF Neurologi, RSUD dr. Soedarso Pontianak
3
Departemen Histologi Medik , Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak

Latar belakang. Stroke iskemik adalah penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama disabilitas
dan kematian di dunia. Nilai Hematokrit (Ht) memiliki peran pada proses hemokonsentrasi dan
mempengaruhi tingkat keparahan stroke iskemik akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Risiko
kematian dan gangguan fungsional pada stroke iskemik terkait dengan Early Neurological Deterioration
(END). Early neurological deterioration (END) terjadi pada 10-40% stroke iskemik akut. END adalah
penurunan skor Glasgow Coma Scale (GCS) ≥ 3 atau kematian dalam 72 jam setelah serangan stroke
muncul. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan desain cross
sectional. Penelitian dilakukan di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Nilai Hematokrit yang diteliti adalah
nilai Hematokrit saat masuk rumah sakit. Penilaian END berdasarkan skor GCS dalam 72 jam selama
perawatan. Uji statistik dengan uji-t tidak berpasangan. Hasil. Dari 68 pasien yang dilibatkan pada
penelitian, sebanyak 17 (25%) pasien mengalami END. Nilai hematokrit yang tinggi pada pasien dengan
END dan bukan END adalah 10 pasien (58,8%) dan 3 pasien (5,8%). Terdapat perbedaan bermakna nilai
Hematokrit antara END dengan yang bukan END pada stroke iskemik akut (p =0,001). Kesimpulan.
Nilai Hematokrit tinggi berhubungan secara signifikan dengan END pada stroke iskemik akut
dibandingkan dengan yang tidak mengalami END.

Kata Kunci : Stroke Iskemik Akut, Early Neurological Deterioration, level hematocrit, Glasgow Coma
Scale

Background. An Ischemic stroke is a non-communicable disease of disability and mortality in the world.
Hematocrit levels (Ht) a role in the process of haemoconcentration and affect the severity of ischemic
stroke by decreased of cerebral blood flow. The risk of mortality and functional disability for ischemic
stroke patients are related to Early Neurological Deterioration (END). Early neurological deterioration
(END) occurs in about 10-40% of ischemic stroke patients during the acute stage. END defined as a
decrease in the Glasgow Coma Scale (GCS) score of ≥ 3 or death within the first 72 hours after onset of
stroke. Method. This study is an observational analytical study which employs cross sectional design. The
study was conducted in Doctor Abdul Aziz Hospital Singkawang. Hematocrit levels at admission were
analyzed. END assessment was performed on GCS score after 72 hours hospitalization. Statistical analysis
was performed using an unpaired t-test. Result. Of the 68 patients enrolled in this study, END was
observed in 17 (25%) patients. High Hematocrit levels of patients with END and without END were 10
(58,8%) patients and 3 (5,8%) patients. There is a significant difference between the Hematocrit levels of
patients with END and without END in acute ischemic stroke (p = 0.001). Conclusion. High Hematocrit
levels was associated significant difference with the END in acute ischemic stroke than without END.

Keywords: Acute Ischemic Stroke, Early Neurological Deterioration, Hematocrit levels, Glasgow Coma
Scale

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1377

PENDAHULUAN Pontianak memiliki prevalensi sebesar

13,6 per 1000 penduduk terdiagnosis dan


Stroke menurut World Health
14,9 per 1000 penduduk terdiagnosis dan
Organization (WHO) adalah suatu tanda
atau gejala, sedangkan Kota Singkawang
klinis yang berkembang secara cepat
memiliki prevalensi sebesar 3,9 per 100
akibat gangguan otak fokal atau global
penduduk terdiagnosis maupun dengan
dengan gejala-gejala yang berlangsung
gejala. Data Rumah Sakit Umum Daerah
selama 24 jam atau lebih dan dapat
(RSUD) Dokter Abdul Aziz Singkawang
menyebabkan kematian tanpa adanya
tahun 2013-2015 menunjukkan
penyebab lain yang jelas selain vaskular.
peningkatan kasus stroke iskemik setiap
Stroke dibagi menjadi dua kategori, yakni
tahunnya. Jumlah penderita stroke iskemik
stroke sumbatan (iskemik) dan stroke
pada tahun 2013 sebanyak 67 orang,
perdarahan (hemoragik). Stroke sumbatan
sedangkan tahun 2014 sebanyak 164
adalah stroke yang terjadi karena sumbatan
orang, dan tahun 2015 sebanyak 175
pembuluh darah otak akibat adanya
orang.3,4
trombus atau embolus.1,2
Stroke iskemik adalah penyakit tidak
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menular yang menjadi penyebab utama
melaporkan pada tahun 2013 angka
disabilitas dan kematian di dunia. Ischemia
kejadian stroke di Indonesia adalah 7,0 per
akan menyebabkan gangguan dalam fungsi
1.000 penduduk terdiagnosis dan 12,1 per
sel, dan jika dibiarkan maka sel otak akan
1000 penduduk terdiagnosis dan atau
mengalami nekrosis dalam beberapa
gejalanya. Kalimantan Barat memiliki
menit. disertai perubahan fungsi dan
prevalensi sebesar 4,6 per 1.000 penduduk
struktur otak yang irreversibel (infark).
terdiagnosis dan 5,5 per 1000 penduduk
Infark pada jaringan otak mengakibatkan
terdiagnosis dan atau gejala. Kota
perubahan hemostasis. Perubahan

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1378

hemostasis atau viskositas pada pasien dengan early neurological deterioration

dengan kenaikan hematokrit dapat (END). Early neurological deterioration

meningkatkan kejadian stroke. Dalam (END) terjadi pada 10-40% stroke iskemik

keadaan tertentu, perubahan tersebut dapat akut. END merupakan penurunan skor

berlanjut menjadi syok hipovolemik yang Glasgow Coma Scale (GCS) ≥ 3 atau

ditandai dengan tingginya persentase kematian dalam 72 jam setelah serangan

hematokrit.5 stroke muncul. Faktor hemodinamik dan

Kadar hematokrit (Packed Red Cell abnormalitas perfusi berperan penting

Volume) adalah volume semua eritrosit terhadap perburukan neurologis dini.

dalam 100 ml darah dan disebut dengan % Berdasarkan analisis statistik, gangguan

dari volume darah. Biasanya nilai tersebut kesadaran dan gangguan visual sering

ditentukan dengan darah vena atau darah terjadi pada pasien stroke iskemik yang

kapiler. Nilai Hematokrit (Ht) memiliki mengalami END. Sebagian besar END

peran pada proses hemokonsentrasi dan terjadi pada stroke yang progresif.

mempengaruhi tingkat keparahan stroke Pembentukan trombus yang terus

iskemik akibat berkurangnya aliran darah berlangsung pada stroke iskemik

ke otak. Kenaikan hematokrit akan dilaporkan dapat menyebabkan stroke

meningkatkan viskositas darah dan ada yang progresif. Oklusi pada arteri karotis

hubungan terbalik antara viskositas dengan interna dan arteri serebri media merupakan

aliran darah otak. Aliran darah otak yang variabel yang berhubungan dengan END.8

rendah dengan viskositas yang tinggi Stroke masih menjadi masalah

berakibat konsumsi oksigen oleh jaringan kesehatan di Indonesia, terutama di

otak akan berkurang.6,7 Kalimantan Barat. Pasien stroke dengan

Risiko kematian dan gangguan perburukan neurologis dini berisiko

fungsional pada stroke iskemik terkait mengalami disabilitas dan kematian yang

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1379

lebih tinggi. Stroke iskemik berhubungan Dokter Abdul Aziz Singkawang. Waktu

dengan viskositas darah yang ditunjukkan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni

dengan nilai Hematokrit. Peneliti ingin hingga November 2017. Sampel berjumlah

mengetahui tentang faktor-faktor yang 68 subjek penelitian dengan menggunakan

berhubungan dengan END pada stroke metode dilakukan tidak secara acak (non-

iskemik. Menurut penelitian pada tahun probability sampling) yakni consecutive

2013, menyatakan bahwa terdapat korelasi sampling.

bermakna antara kadar hematokrit dan Data yang diperoleh pada penelitian

derajat keparahan stroke iskemik akut. ini berasal dari data sekunder pasien stroke

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk iskemik akut yang sesuai dengan kriteria

melakukan sebuah penelitian hubungan inklusi penelitian di RSUD Dokter Abdul

antara nilai Hematokrit dan Early Aziz Singkawang. Data sekunder yang

Neurological Deterioration (END) pada digunakan adalah data rekam medis pasien

pasien stroke iskemik akut di RSUD yang didapatkan selama periode penelitian.

Dokter Abdul Aziz Singkawang.8 Data hasil penelitian yang diperoleh

selanjutnya akan diolah secara deskriptif

dan analitik. Setelah dilakukan


METODE
pengambilan data, data diperiksa secara
Penelitian ini merupakan penelitian
manual dan kemudian dilakukan proses
analitik observasional menggunakan
pengolahan serta analisis data yang
desain cross sectional karena semua
dilakukan dengan menggunakan perangkat
variabel yang diteliti diukur pada saat yang
lunak Statistical Product and Service
sama dan tidak melakukan tindak lanjut
Solutions (SPSS) melalui tahapan yaitu
terhadap pengukuran yang dilakukan.
editing, cleaning, dan entry.
Penelitian dilakukan di Bangsal Penyakit

Dalam dan Intensive Care Unit RSUD

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1380

HASIL penyakit diabetes melitus sebanyak

Berdasarkan hasil penelitian, data 16,2%(11 orang), riwayat hipertensi

pasien stroke iskemik akut diperoleh dari sebanyak 26,5%(18 orang) dan dengan

penelusuran rekam medis Bangsal Rawat riwayat keduanya 22,0%(15

Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) orang).Distribusi subjek penelitian

Dokter Abdul Aziz Singkawang periode berdasarkan skor Glasgow Coma Scale

Juni sampai November 2017. Distribusi (GCS) diperoleh skor GCS awal yang

subjek dalam penelitian ini meliputi usia, terbanyak adalah 13-15 (70,5%) dan skor

jenis kelamin, riwayat, nilai Hematokrit, GCS ≤ 72 jam yang terbanyak adalah 13-

skor GCS, dan Early Neurological 15 (57,3%). Distribusi nilai hematokrit

Deterioration (END). Subjek dalam terbanyak pada kategori Hematokrit

penelitian terdapat 212 pasien dengan rendah yaitu sebesar 44,1%(30 orang).

diagnosis stroke iskemik yang memenuhi Variabel bebas pada penelitian

kriteria inklusi sebanyak 68 pasien. ini adalah nilai hematokrit dalam skala

Rerata usia penelitian ini adalah ordinal dan variabel terikat adalah END

63,34 ± 10,01 tahun. Kelompok usia yang menggunakan skor Glasgow Coma

terbanyak adalah 71-76 tahun dengan Scale (GCS) dengan dua kategori yaitu

jumlah 15 subjek (22,0%). Distribusi END dan bukan END. Penelitian ini

subjek berdasarkan jenis kelamin diperoleh diperoleh sebaran data normal. Analisis

perempuan lebih banyak mengalami stroke bivariat untuk mengetahui ada atau tidak

iskemik akut dengan persentase 51,5%(35 perbedaan nilai hematokrit antara pasien

orang) sedangkan laki-laki 48,5%(33 stroke iskemik akut yang mengalami END

orang). Pasien stroke iskemik akut yang dan tidak mengalami END. Berdasarkan

mengalami END sebanyak 25%(17 orang). uji-t tidak berpasangan didapatkan p

Subjek yang memiliki riwayat <0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1381

terdapat perbedaan yang bermakna nilai maka makin tinggi pula resiko terjadinya

hematokrit antara END dan bukan END stroke.9 Pada saat bertambahnya usia,

pada penderita stroke iskemik akut (p = peningkatan kejadian stroke iskemik

0,001), dapat dilihat kejadian Early berkaitan erat dengan proses penuaan

Neurological Deterioration (END) pada karena berhubungan dengan perubahan

nilai hematokrit yang tinggi dibandingkan yang terjadi pada pembuluh darah. Hal ini

dengan nilai hematokrit yang rendah dan terjadi saat seseorang memasuki usia 40

normal. tahun. Seiring dengan bertambahnya usia,

timbul perubahan struktur pada pembuluh

PEMBAHASAN darah sehingga lumen menjadi sempit dan

Karakteristik Subjek Penelitian dinding pembuluh darah menjadi kaku

Pada penelitian ini Subjek yang serta menyebabkan meningkatnya tekanan

mengalami END memiliki rerata usia darah. Timbulnya plak aterosklerosis juga

64,05±9,4 tahun dan yang tidak dapat terlepas dan menyumbat pembuluh

mengalami END memiliki rerata usia darah otak sehingga terjadilah stroke

63,05±10,2 tahun. Hasil uji-t tidak iskemik.10,11

berpasangan diperoleh tidak terdapat Hasil penelitian ini didapatkan

perbedaan yang bermakna rerata usia subjek dengan jenis kelamin perempuan

subjek antara END dan bukan END (p = lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu

0,69). Angka kejadian stroke iskemik akut sebanyak 35 orang (51,5%). Hal ini

meningkat dua kali lipat setiap sepuluh dikarenakan END pada perempuan

tahun setelah usia 55 tahun. Insiden stroke berkaitan dengan ataksia. Ataksia

baik stroke iskemik dan stroke hemoragik merupakan manifestasi klinis dari END

yang mempunyai korelasi positif dengan dan sering ditemukan pada perempuan.

usia, sehingga makin tinggi usia seseorang Penurunan hormon estrogen terjadi pada

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1382

perempuan usia lanjut dengan menopause. mempersempit pembuluh darah dan

Hormon estrogen dapat melindungi menyebabkan pembentukan plak.

pembuluh darah dari aterosklerosis dengan Hipertensi yang berlangsung lama dapat

meningkatkan HDL dan menurunkan menyebabkan disfungsi endotel. Hipertensi

LDL, sehingga pada keadaan menopause juga akan meningkatkan stres oksidatif

tidak ada proteksi terhadap proses terhadap pembuluh darah. Kombinasi dari

aterosklerosis. disfungsi endotel dan stres oksidatif ini

Hasil penelitian ini, berdasarkan akan mempercepat proses aterosklerosis

adanya riwayat hipertensi, diperoleh yang selanjutnya mempersempit pembuluh

sebanyak 48,5% pasien memiliki riwayat darah dan menyebabkan pembentukan

hipertensi yang mengalami stroke iskemik. plak. Lumen pembuluh darah yang

Pasien dengan hipertensi beresiko lima menyempit menyebabkan gangguan

kali lipat mengalami stroke dibandingkan perfusi jaringan otak sehingga sel-sel

pasien tanpa riwayat hipertensi.12 Faktor neuron intraserebral lebih rentan terhadap

resiko ini, penting untuk diketahui agar kejadian iskemia dan adanya plak berisiko

dapat melakukan pencegahan terhadap untuk terlepas sebagai embolus sehingga

kejadian stroke iskemik. Pencegahan menyebabkan stroke iskemik.13

stroke iskemik ini akan berdampak pada Berdasarkan penilaian dengan skor

penurunan mortalitas pasien dan Glasgow Coma Scale (GCS), hasil

meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil penelitian menunjukkan 70,5% subjek

uji t-tidak berpasangan menunjukkan tidak memiliki skor GCS berjumlah 13-15 pada

terdapat hubungan yang bermakna antara saat awal dan sebanyak 57,3% memiliki

riwayat hipertensi dengan END (p = skor GCS berjumlah 13-15 dalam 72 jam.

0,771). Hipertensi akan mempercepat Kemudian, terdapat 9 pasien yang

proses aterosklerosis yang kemudian mengalami penurunan GCS ≤ 72 jam

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1383

sehingga memiliki skor GCS akhir dalam yang memiliki nilai hematokrit rendah

rentang 3-12. Kelompok tersebut beresiko sebanyak 2 pasien (11,7%), normal 5

mengalami END terutama jika masuk pasien ( 29,5%), dan tinggi 10 pasien

dengan GCS awal dengan skor GCS 13- (58,8%). Sedangkan jumlah pasien yang

15. Penelitian ini menunjukkan skor GCS bukan END memiliki nilai hematokrit

≤ 12 dalam 72 jam pada stroke iskemik rendah, 28 pasien (54,9%), normal 20

akut didefinisikan sebagai early pasien (39,3%), dan tinggi 3 pasien

neurological deterioration (END).7 (5,8%).

Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan Pasien END dengan nilai Hematokrit

untuk menilai tingkat keparahan pada tinggi (58,8%) lebih banyak dibandingkan

stroke dan pasien yang mengalami END dengan nilai Hematokrit rendah-normal

juga dapat diobservasi dengan GCS.14 (41,2%). Nilai Hematokrit yang tinggi

pada penelitian ini berhubungan bermakna

Hubungan antara Nilai Hematokrit (Ht) secara signifikan terhadap END melalui

dan Early Neurological Deterioration uji-t tidak berpasangan ( p = 0,001). Hal

(END) ini menunjukkan terdapat perbedaan

Hasil penelitian nilai hematokrit bermakna antara nilai hematokrit yang

dikelompokkan menjadi rendah, normal, tinggi pada END dan bukan END dalam

dan tinggi. Pasien yang mengalami END kejadian stroke iskemik akut.Pasien stroke

berjumlah 17 pasien (25%) dan yang iskemik yang mengalami perburukan

bukan END berjumlah 51 pasien (75%). neurologis dini karena peningkatan nilai

Dapat disimpulkan dari data tersebut hematokrit darah, sebagai tanda

bahwa perbandingan kejadian END dan peningkatan fibrinogen darah, yang

bukan END pada stroke iskemik adalah memicu terjadinya perburukan stroke

1:3. Jumlah pasien dengan END tersebut iskemik. Secara tidak langsung, hal ini

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1384

berkontribusi dalam berkembangnya terjadi penurunan hemokonsentrasi, karena

proses stroke itu sendiri. Peningkatan penurunan kadar seluler darah atau

fibrinogen menjadi faktor resiko stroke peningkatan kadar plasma darah, antara

iskemik yang berakselerasi membentuk lain saat terjadinya anemia.17 Peningkatan

ateroma dalam pembuluh darah.15 hematokrit menyebabkan viskositas darah

Konsentrasi fibrinogen berkorelasi dengan akan meningkat. Walaupun peningkatan

kejadian infark miokard, stroke dan viskositas darah tidak hanya disebabkan

penyakit oklusi arteri perifer. Fibrinogen oleh peningkatan hematokrit. Peningkatan

dikaitkan dengan peningkatan risiko viskositas darah yang terus-menerus ini

kejadian vascular pada pasien stroke akan menyebabkan tekanan aliran darah ke

dengan aterosklerosis carotid dengan otak yang mengakibatkan tekanan arteri

infark serebral. Konsentrasi fibrinogen naik sehingga jantung harus berkontraksi

yang tinggi dapat menyebabkan lebih kuat untuk mengalirkan darah ke sel-

perburukan neurologis dini pada kejadian sel otak dan seluruh sel tubuh.18 Selain itu,

stroke yang berhubungan langsung dengan viskositas darah yang meningkat juga akan

peningkatan viskositas darah, yang dapat mengaktifkan sel pembeku darah. Sel-sel

mengurangi aliran darah serebral dan ini bisa menyebabkan terbentuknya

aktivasi platelet.16 trombus dan emboli. Trombus yang

Nilai hematokrit merupakan terbentuk akan mempengaruhi pembuluh

parameter hemokonsentrasi. Nilai darah sehingga aliran darah ke otak bisa

hematokrit akan meningkat saat terjadinya berkurang. Hal ini yang dapat

peningkatan hemokonsentrasi, baik oleh menyebabkan terjadinya iskemik.18,19

peningkatan kadar sel darah atau Hematokrit meningkat disebabkan

penurunan kadar plasma darah. Sebaliknya oleh pembentukan sel darah merah terlalu

nilai hematokrit akan menurun ketika banyak atau eritrositosis. Eritrositosis

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1385

terdiri atas eritrositosis absolut dan transpor oksigen dan glukosa darah

eritrositosis relatif. Eritrositosis absolut sehingga terjadilah stroke iskemik.21,22

disebabkan oleh banyak hal, seperti Penurunan aliran darah ini akan

merokok, diabetes mellitus tipe 2, menimbulkan mekanisme kompensasi di

hipertensi, yang juga merupakan faktor mana tekanan darah akan meningkat kira-

risiko untuk terjadinya stroke iskemik. kira 20% dari normal. Tekanan darah

Faktor-faktor resiko ini berinteraksi secara ditentukan oleh curah jantung dan tahanan

sinegis dengan peningkatan nilai perifer. Peningkatan curah jantung dapat

hematokrit.20 Akan tetapi, hematokrit terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan

merupakan faktor risiko minor bagi pasien volume cairan (preload) dan rangsangan

stroke, di mana jika peningkatan saraf yang mempengaruhi kontraktilitas

hematokrit meningkat namun tidak disertai jantung. Pada hipertensi yang menetap,

dengan adanya faktor-faktor risiko yang terjadi peningkatan resistensi perifer,

lain, maka kejadian stroke itu sendiri bisa sedangkan curah jantung normal atau

dicegah. Peningkatan hematokrit menurun. Peningkatan resistensi perifer

menyebabkan peningkatan viskositas dapat disebabkan oleh hipertrofi dan

darah, di mana akibatnya adalah konstriksi fungsional dari pembuluh darah

penurunan aliran darah ke otak dan serta peningkatan beban sirkulasi yang

aktifnya zat pembeku darah. Aktifnya zat dapat menyebabkan peningkatan risiko

pembeku darah akan menyebabkan iskemik. 19,22

terjadinya trombus sehingga akan terjadi

oklusi vaskular. Akibatnya, terjadi


KESIMPULAN
penurunan aliran darah ke otak. Penurunan
Berdasarkan penelitian yang telah
aliran darah ke otak ini mengurangi
dilakukan, maka dapat disimpulkan 68

pasien penderita stroke iskemik akut di

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1386

RSUD Dokter Abdul Aziz Singkawang 6. Junaidi I. Stroke, Waspadai Ancamannya.


Yogyakarta: Andi Offset; 2011.
7. Sutedjo AY. Mengenal Penyakit Melalui Hasil
diperoleh rerata usia subjek adalah 63,34 ± Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara
Books; 2009. 28.
10,01 tahun dengan kelompok usia 8. Widijatno A, Dahlan P, Asmedi A. Peranan
Hematokrit Sebagai Nilai Prognosis Stroke
terbanyak 71-76 tahun (22,0%), subjek Infark Di RS Dr. Sardjito, Vol 7. Yogyakarta:
BNS. 2006.
9. Toha I. Perbedaan Hitung Hematokrit pada
dengan riwayat hipertensi sebanyak Penderita Stroke Hemoragik dan Stroke Non
Hemoragik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
(48,5%) dan Subjek dengan nilai [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret;
2010.
10. Gofir A, Indera, Noor A, Utomo AB.
hematokrit rendah (44,1%), normal Manajemen Stroke Evidence Based Medicine,
Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press; 2011. 9-
(36,7%), tinggi (19,2%) pada pasien END 94.
11. Usrin, Irwana. Pengaruh hipertensi terhadap
terjadi pada 25% pasien stroke iskemik kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik di
ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke
Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.
akut. Oleh karena itu, Terdapat hubungan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara;
2013.
yang signifikan antara nilai hematokrit 12. Ghani L, Mihardja L, Delima. Faktor Risiko
Dominan Penderita Stroke di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan. 2016; 44 (1): 49-58.
tinggi dengan END (p = 0,001) pada 13. Venkatesh A, Philip BG. Hypertension and
Stroke Pathophysiology and Management.
stroke iskemik akut dibandingkan dengan USA: Springer; 2011. 77-82.
14. Bhatia K, Mohanty S, Tripathi BK, Gupta B,
pasien yang tidak mengalami END. Mittal MK. Predictors of early neurological
deterioration in patients with acute ischaemic
stroke with special reference to blood urea
nitrogen (BUN)/creatinine ratio & urine specific
gravity. Indian J Med. 2015 Mar; 141: 299-307.
DAFTAR PUSTAKA 15. Chitsaz A, Mousavi SA, Yousef Y, Mostafa V.
1. World Health Organization (WHO). WHO Comparison of changes in serum fibrinogen
STEPS Stroke Manual: the WHO STEPwise level in primary intracranial hemorrhage (ICH)
approach to stroke surveillance. Geneva: World and ischemic stroke. ARYA Atherosclerosis
Health Organization; 2006. 4-6. Journal Iran 2012, 7(4): 142-5.
2. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular 16. Davalos A, Castillo J, Pumar JM, Noya M.
Diseases. Adams and Victor’s Principles of Body Temperature and Fibrinogen are Related
Neurology. 8th Edition. New York: McGraw- to Early Neurological Deterioration in Acute
Hill; 2005. Ischemic Stroke. Section of Neurology Hospital
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Clinico Universitario, Santiago de Compostela,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Spain Cerebrovascular Diesease. 2007;7: 64-9.
(BPPK Depkes RI). Laporan Nasional Riset 17. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Klinik. Cetakan 13. Jakarta: Dian Rakyat;
Departemen Kesehatan RI; 2013. 2007. 39-40.
4. Sonya M. Korelasi kadar trigliserida serum 18. Kiyohara Y, Fujishima M, Ishitsuka T, Tamaki
terhadap keluaran fungsional pada penderita K, Sadoshima S, Omae T. Effects of hematocrit
stroke iskemik akut di RSUD dr. Abdul Aziz on brain metabolism in experimentally induced
Singkawang. [skripsi]. Pontianak: Universitas cerebral ischemia in spontaneously hypertensive
Tanjungpura; 2015. rats (SHR). Journal of Amerian Heart of
5. Dodi N. Hubungan antara jumlah Trombosit Association.2005;16(5):838.
dan Early Neurological Deterioration (END) 19. Yildrim Cinar,Gamze Demir, Mustafa Pac,
pada pasien stroke iskemik akut di RSUD dr. Ayse Bazak Cinar. Effect of hematocrit on
Abdul Aziz Singkawang. [skripsi]. Pontianak: blood pressure via hyperviscosity. American
Universitas Tanjungpura; 2015. Journal of Hematology. 2009;12:739-43.

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019


1387

20. Leonardo J, Tamariz J, Hunter Y, James S,


Pankow, HsinChieh Y, et al. Blood viscosity
and hematocrit as risk factors for type 2 diabetes
mellitus the Atherosclerosis Risk In
Communities (ARIC) study. American Journal
of Epidemiology. 2008;168(10):115 3-1160.
21. Mardjono S, Mahar N, Sidharta R, Priguna T.
Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf
dalam Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian
Rakyat; 2008. 269-92.
22. Kelly J, Hunt BJ, Lewis RR, et al. Dehydration
and Venous Thromboembolism After Acute
Stroke, QJM. 2014; 97:293-6.

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 3A. Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai