W 61 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS STROKE INFARK DI RUANG ORION
RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG KIWARI
Disusun oleh:
Dadang
402022146
A. LATAR BELAKANG
Otak merupakan organ kompleks manusia yang terdiri dari sel-sel saraf (nerve cell)
yang bertanggung jawab pada semua sinyal dan sensasi yang membuat tubuh manusia
dapat berpikir, bergerak, dan menimbulkan reaksi dari suatu kejadian atau keadaan. Otak
adalah organ yang memerlukan suplai oksigen dan nutrisi secara terus-menerus karena
otak tidak dapat menyimpan energi. Suplai oksigen dan nutrisi didapatkan dari darah
yang disirkulasikan dari jantung melalui arteri yang ada pada tubuh manusia menuju otak
(Setiawan, 2021).
Gejala klinis atau keluhan yang biasanya muncul terdiri dari defisit
neurologis fokal dengan onset mendadak. Penurunan tingkat kesadaran, muntah, sakit
kepala, kejang dan tekanan darah yang sangat tinggi mungkin menunjukkan
adanya stroke hemoragik. Sakit kepala merupakan gejala awal yang paling sering
dialami klien seiring dengan perluasan hematom yang menyebabkan peningkatan TIK
dan efek desak ruang pada otak. Gejala lain yang dapat muncul berupa kaku kuduk
yang terjadi akibat perdarahan di talamus, kaudatus, dan serebelum (Setiawan,
2021).
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya transformasi hemoragik belum diketahui secara pasti
serta melibatkan proses yang kompleks dan dinamis dengan melibatkan kerusakan
vaskular, cedera reperfusi, serta perubahan permeabilitas (lihat gambar 1). Tahanan
permeabilitias terdiri dari thight junctions sel endotel dengan regulate substrate
transfer (sawar darah otak), basal lamina yang terdiri dari matriks protein
ekstraseluler yang mencegah ekstravasasi elemen seluler darah, dan astrosit
perivaskular yang berfungsi menyokong bagian mikrovaskulatur parenkim.
Kerusakan permeabilitas sawar darah otak yang disertai dengan ekstravasasi darah
akan menyebabkan kerusakan parenkim melalui mekanisme kompresi, iskemia, dan
toksisitas komponen darah.
Secara biokimiawi, terdapat beberapa bukti bahwa produksi radikal bebas dan
aktivasi matriks metaloproteinase (MMPs) selama iskemia dan reperfusi bisa jadi
berkontribusi terhadap terjadinya transformasi hemoragik, dan kadar MMP-9 yang
tinggi menunjukkan faktor prediksi tersendiri pada pasien baik dengan maupun tanpa
trombolisis. Proses iskemia yang terjadi kemudian akan menyebabkan respons
inflamasi yang kuat, yang diikuti gangguan anatomi dan fisiologi serebrovaskular.
Gangguan yang terjadi pada sawar darah otak dan kerusakan autoregulatory capacity
dari pembuluh darah serebral sebagai predisposisi terjadinya ekstravasasi darah ketika
jaringan iskemia mengalamai reperfusi. Derajat keparahan gangguan anatomi dan
fisiologi yang terjadi sangat tergantung pada durasi iskemia (Mianoki dkk., 2019).
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis stroke memerlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik umum, pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan penunjang. Hasil dari
pemeriksaan sangat penting guna menentukan tipe stroke yang akan berkaitan
dengan tatalaksana yang diberikan, sehingga kesalahan yang mengakibatkan
morbiditas bahkan mortalitas dapat dihindari.
Penilaian klinis yang dapat dilakukan dengan pengukuran tanda vital,
tingkat kesadaran, dan pemeriksaan fisik umum neurologis harus dilakukan
pada semua klienstroke hemoragik. Pada klien stroke hemoragik keadaan umum
klien dapat lebih buruk dibandingkan dengan stroke iskemik. Pada
pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan pemeriksaan kepala, telinga, hidung dan
tenggorokan (THT), serta ekstremitas. Pemeriksaan ekstremitas digunakan untuk
mencari edema tungkai yang diakibatkan trombosis vena.
American Heart Association and American Stroke Association (AHA/ASA)
merekomendasikan penerapan rutin skor keparahan dasar neurologis menggunakan
Glasglow Coma Scale (GCS), skor yang ada pada GCS dapat digunakan untuk
penilaian neurologis awal keparahan stroke hemoragik dengan cepat, yang
selanjutnya akan dipantau secara berkala.
Pada pemeriksaan neurologis lainnya, dilakukan pemeriksaan refleks batang
otak, pemeriksaan nervus kranalis, serta pemeriksaan refleks fisilogis dan
patologis. Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan membandingkan sisi kanan
dan kiri, serta sisi atas dan bawah untuk menentukan luas dan lokasi lesi
(Setiawan, 2021).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan bedah untuk stroke hemoragik adalah kraniotomi,
kraniektomi dekompresi, aspirasi stereotaktik, aspirasi endoskopi, dan aspirasi
kateter. Beberapa percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak
didapatkan manfaat secara keseluruhan dari operasi dini untuk perdarahan
intraserebral bila dibandingkan dengan pengobatan konservatif awal. Klien
yang mengalami perdarahan lobaris dalam jarak 1 cm dari permukaan otak dan
defisit klinis yang lebih ringan (GCS>9) mendapatkan manfaat dari pembedahan
dini. Evakuasi bedah darurat diindikasikan pada perdarahan serebral dengan
hidrosefalus atau kompresi batang otak.
Tatalaksana awal yang dilakukan bertujuan untuk mengoptimalkan
metabolisme otak saat keadaan patologis, dengan melakukan stabilisasi jalan
dan saluran napas pada klien untuk menghindari hipoksia. Selain itu, perlu
dipastikan juga kemampuan menelan pada klien. Apabila terjadi gangguan
menelan pada klien dengan keadaan tidak sadarkan diri, perlu dilakukan
pemasangan pipa nasogastrik untuk mencegah adanya aspirasi pada
saat pemberian makanan.
Perawatan awal untuk klien yang mengalami peningkatan TIK adalah
meninggikan kepala tempat tidur hingga 30 derajat dan pemberian agen osmotik
seperti manitol, salin hipertonik. Manitol 20% diberikan dengan dosis
1,0 hingga 1,5 g/kg. Hiperventilasi setelah intubasi dan sedasi, hingga pCO 28-
32 mmHg akan diperlukan jika terjadi peningkatan TIK lebih lanjut (Setiawan,
2021).
1. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik,
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang tidak disadari
oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah
satu anggota gerak. Pada serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
4. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes melitus.
5. Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen, apatis, sopor,
soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan
pada saat pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos metis
Tekanan darah biasanya memiliki riwayat tekanan darah tinggi dengan tekanan sistol >
6. Wajah
biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika
diusap kornea mata dengan kapas halus, klien akan menutup kelopak mata.
Sedangkan pada Nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat
pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung
lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.
(facialis) : biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan
dapat menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya
ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan
pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : biasanya
pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun
8. Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke hemragik mengalami
gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku biasanya (+) dan bludzensky 1
(+).
9. Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal
hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada
pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari
siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep
respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada
pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari tidak mengembang ketika diberi
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek biasanya, pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien pasien
fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki
juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke
bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada
saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek gordon
(+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femur tidak bereaksi saat diketukkan
3. Gangguan persepsi sensori b.d trauma pada saraf kranialis II, III, IV akibat stroke (b.d
Glaukoma)
B. Diagnosa prioritas
2. Gangguan menelan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN DIAGNOSA STROKE
INFAK
1) Keluhan Utama
Pada saat masuk RS : Lemas
Pada saat pengkajian : Lemas anggota gerak kiri, bicara rero
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan klien masih lemas anggota gerak kiri nya, bicara masih rero
dan belum jelas
Keluhan saat masuk RS:
Keluarga mengatakan klien jatuh di kamar mandi dan sempat pingsan, langsung di
bawa ke RSUD Bandung kiwari dan mulai sadar, sebelumnya pasien memiliki
Riwayat hipertensi dan rutin kontrol ke poli RSUD Bandung Kiwari
3) Apa yang diharapkan klien
Klien dan keluarga mengharapkan kesembukan dan juga perawatan di rumah sakit
sampai tuntas, jangan di pulangkan dulu sebelum sembuh
a. Psikologi
Klien menerima dengan sakitnya yang sekarang, karena takdir semuanya dari
Allah SWT
b. Hubungan sosial
Klien bekerja sebagai buruh di pasar dan dapat bersosialisasi seperti biasa baik
dengan keluarga maupun dengan tetangga
c. Spiritual
Klien merasa yang dihadapinya ini adalah merupakan ujian dari Allah SWT, dan
yakin bisa menjalaninya dengan pasrah dan ikhlas. Klien menyatakan sholat
masih dilakukan walaupun hanya sesekali dan itupun dilakukan di tempat tidur.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Penampilan umum klien tampak lemas, pucat, dan klien emosinya labil mudah
tersinggung
BB : 165 kg TB : 170 cm
TTV: TD: 145/77MmHg, HR: 92x/menit, RR: 18x/menit, Suhu:36,6°C
b. Pemeriksaan fisik persistem
(1) Sistem pernafasan
RR 18x/menit, pada saat di inspeksi bentuk hidung simetris, hidung klien terlihat
bersih mukosa hidung lembab, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak tampak adanya kelainan bentuk dada, pengembangan dada simetris, vocal
premitus sama antara kiri dan kanan pada saat klien mengatakan ”tujuh puluh tujuh”,
pada saat di perkusi suara paru kanan dan paru kiri terdengar resonan, saat di
auskultasi terdapat suara nafas vesikuler, wheezing(-), ronchi (-)
(2) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva berwarna pucat, mukosa bibir lembab, JVP 5+2 cm H2O, akral teraba
hangat tidak ada cyanosis pada ujung-ujung ekstremitas, CRT < 3 detik, bunyi jantung
S1 normal, S2 normal, murmur (-), S3 (-), S4 (-), palpitasi (+), nadi: 92x/menit,
tekanan darah 145/77 mmHg, akral teraba hangat edema (-/-).
(3) Sistem gastrointestinal
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir sedikit kering, lidah bersih, gigi tidak ada caries,
sebagian besar gigi masih utuh, tidak ada perdarahan gusi, terdapat bercak putih di
mulut. Ny.E tidak mampu mengunyah dan menelan makanan, tidak terdapat nyeri
pada saat menelan, tidak ada peradangan pada tonsil, bentuk abdomen datar, bising
usus 12x/menit, nyeri tekan epigastrium (+), saat diperkusi terdengar suara timpani di
abdomen, hepatomegaly (-).
(4) Sistem perkemihan
Klien menggunakan kateter, saat dipalpasi tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada
nyeri tekan. warna kuning pekat, tidak ada nyeri pada saat ketuk ginjal
(5) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas :
Simetris lengkap antara kiri dan kanan, kuku pendek bersih, kulit, kekuatan otot klien
dapat melawan tekanan pada kedua lengan, tidak ada keluhan nyeri tekan, tidak ada
edema, terpasang infus NaCl 1500/24 jam
Kekuatan otot : 1 5
ROM : pasif Aktif
Ekstremitas bawah :
Bentuk simetris, tidak terdapat kontaktor sendi, edema (-), bisa bergerak melawan
tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang.
Kekuatan otot : 1 5
ROM : pasif Aktif
(6) Sistem neurologi
GCS 15, Kesadaran pasien Apatis, E: 4 M:6 V:5
(7) Sistem integumen
Warna pucat, kulit kepala tampak bersih, distribusi rambut merata, tidak mudah
dicabut, warna rambut hitam. kuku tangan dan kaki pendek dan bersih, suhu 36,6°C,
turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu kurang dari 3 detik.
(8) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
(9) Sistem persyarafan
- Nervous I : Fungsi penciuman klien baik
- Nervous II : Pandangan pasien baik
- Nervous III,IV,VI: konjungtiva tidak anemis ,skelra tidak ihteri.
- Nervous V : klien tidak mampu mengunyah makanan yang masuk
- Nervous VII : tidak terkaji
- Nervous VIII: kaji keseimbangan klien
- Nervous IX,X : kaji reflek menelan dan mengunyah,
- Nervous XI: lemes badan bagian kiri
- Nervous XII : kaji pergerakan.
(10)Sistem Reproduksi
Genitalia bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
b. Laboratorium
Intoleransi aktivitas
4. Hemiparesis pada
Suplai nutrien ke otak menurun
satu sisi
5. Saturasi 100%
Perubahan metabolisme aerob menjadi
6. TTV anaerob
Hipoksia
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Defisit Nutrisi b.d Gangguan ketidak mampuan menelan
2. Intoleransi aktivitas b.d Stroke infak
3. Resiko gangguan jaringan serebral b.d pasien stroke
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny.E DX.Medis: