Anda di halaman 1dari 63

“ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN STROKE”


KELOMPOK 1
Kelas: A sebagian C
Semester : 5
-Rivaldi Ursilu (841419024)/A
-Febrisanty Nuku (841419032)/A
-Eka Fitria Mohamad (841419001)/A
-Halim B. Nasir (841419055)/C
-Wina A. Rasyid (841419014)/A
-Nur Yuningsih Latif (841419100)/C
-Yuniar Usman (841419042)/A
-Nurulfita Hasan (841419078)/C
-Regita Ibrahim (841419025)/A
-Rahmi Wiranda Usali (841419106)/C
-Nurfadlah Usman (841419035)/A
-Sri Magfirah Ilimulah (841419022)/A
KONSEP MEDIS
1.1 Definisi

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak (Sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (NIC
NOC,2015) .

1.2 Etiologi

Dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemorragik.
 Stroke iskemik (non i hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti, 80% stroke adalah stroke Iskemik : Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: (1). Stroke Trombotik:
proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan. (2)Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
(3)Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung
 Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu: 1. Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak. 2. Hemoragik
Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak).
• Factor-faktor yang menyebabkan stroke
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible) - Jenis kelamin Pria lebih sering ditemukan menderita stroke disbanding -
wanita. Usia: Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke. - Keturunan: Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
- Hipertensi - Penyakit jantung Kolesterol tinggi 2 - Obesitas - Diabetes Melitus Polisetemia - Stress Emosional - Kebiasaan Hidup -
Merokok, - Peminum Alkohol - Obat-obatan terlarang. - Aktivitas yang tidak sehat : Kurang olahraga, makanan berkolesterol
1.3 Manifestasi Klinis

a) Tiba-tiba mengalami kelemahan


atau kelumpuhan separo badan g) Gangguan daya ingat
b) Tiba-tiba hilang rasa peka h) Nyeri kepala hebat
c) Bicara cedel atau pelo i) Vertigo
d) Gangguan bicara dan bahasa j) Kesadaran menurun
e) Gangguan penglihatan k) Proses kencing terganggu
f) Mulut mencong atau tidak l) Gangguan fungsi otak
simetris ketika menyeringal

1.4 Patofisiologi

 Stroke Iskemik
Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian: vaskular dan metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang
menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian 3
jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya
iskemia. Sel-sel pada pada otak akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-tiba.
 Stroke Hemorhagik
Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid:
- Perdarahan Intraserebral
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah
superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler.
-Perdarahan Subaraknoid
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga
mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid
1.5 Klasifikasi

 Stroke Iskemik
Stroke Iskemik (non hemoragic) adalah penurunan aliran darah ke bagian otak yang disebakan karena vasokontriksi akibat
penyumbatan pada pembuluh darah arteri sehingga suplai darah ke otak mengalami penurunan (Junaidi, 2019). Stroke iskemik
merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkain perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak ditangani
akan segera berakhir dengan kematian di bagian otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak
atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak.
 Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh karena adanya perdarahan suatu arteri serebralis yang menyebabkan
kerusakan otak dan gangguan fungsi saraf. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk kedalam jaringan otak sehingga terjadi
hematoma

1.6 Prognosis

Prognosis pada stroke iskemik dipengaruhi oleh umur, penyakit sebelumnya, dan komplikasi. Sebuah penelitian oleh Framingham dan
Roschester menunjukkan adanya angka kematian pada 30 hari setelah stroke adalah 28%, pada stroke iskemik sebesar 19%, dan angka
sintasan 1 tahun pada stroke iskemik adalah 77%. Sebuah penelitian menemukan skor National Institute of Health Stroke Scale
(NIHSS) merupakan prediktor terbaik pada risiko kematian awal.

1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Angiografi serebri Membantu menentukkan penyebab dari stroke secara spesifik seperti pendarahan arteriovena atau adanya
ruptur dan untuk mencari perdarahan seperi aneurisma atau malformasi vaskuler
b. b. Lumbal pungsi, CT Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
c. c. USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
1.8 Penatalaksanaan

 Stadium Hiperakut.
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/ koloid; hindari pemberian
cairan dekstrosa atau salin dalam H,O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan
jumlah trombosit, 7 protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas
darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada
keluarganya agar tetap tenang.
 Stadium Akut.
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan
psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak
stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.

1.9 Komplikasi

Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi
yang mungkin muncul, antara lain:
a. Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut
dikenal sebagai deep vein thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran di dalam pembuluh darah
vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati dengan obat
antikoagulan.
b. Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak
(ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.
c. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan, akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam
saluran pernapasan. Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
1.10 Pencegahan

Cara mencegah stroke yang utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor
risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Berbagai tindakan pencegahan stroke, antara lain: Menjaga pola makan.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko
menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi
garam yang ideal adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari. Makanan yang disarankan adalah makanan yang
kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-
bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit. Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat
membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan
menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat.Berhenti merokok. Perokok berisiko dua kali lipat lebih
tinggi terkena stroke, karena 11 rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal.
Konsep Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas Pasien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan Utama Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan kesadaran
c. Riwayat Penyakit Sekarang Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang tidak disadari
oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada
serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien melakukan aktifitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obatobat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
e. e. Riwayat Penyakit Keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus.
f. f. Riwayat Psikososial Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas
emosi dan pikiran pasien dan keluarga
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen,
apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal
terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya memiliki
tingkat kesadaran letargi dan compos metis dengan GCS 13-15
2) Tanda – Tanda Vital
- Tekanan Darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole >
80
- Nadi
Biasanya nadi normal
- Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada
bersihan jalan napas
- Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
hemoragik
3) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
4) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V
(Trigeminal) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan
pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas halus,
klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus VII
(facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis,
mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung, menggembungkan pipi,
saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan
tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien kesulitan
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
kelopak mata tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II (optikus) :
biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III
(okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang
isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika
pasien bisa membuka mata . Nervus IV (troklearis) : biasanya pasien
dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus VI
(abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti arah tangan
perawat ke kiri dan kanan.
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) :
kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan perawat
namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman antara
kiri dan kanan berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) : biasanya
pada pasien yang tidak lemah anggota gerak atas, dapat melakukan
keseimbangan gerak tangan-hidung
7) Mulut dan Gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah dapat mendorong
pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis
dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya ovule yang
terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah
dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
(hipoglasus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi kurang jelas saat
bicara.
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus
VIII (akustikus) : biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan
jari dari perawat tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien
hanya dapat mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi yang
jelas.
9) Leher
Pada pemeriksaan nervous X (vagus) : biasanya pasien stroke hemoragik
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduku biasanya
(+) dan bludzensky 1 (+).
10) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sama antara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi : biasanya suara normal (vesikuler)
b) Jantung
Inspeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya iktus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi : biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara timpani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar.
Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores
biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
12. Extremitas

a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra/sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2 detik. Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya
pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat
siku di ketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada
fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek Hoffman tromer biasanya jari tidak mengembang ketika diberi
reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bludzensky 1 kaki kiri pasien fleksi (bludzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores
biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak berespon (reflek caddok
(+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas kebawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat
betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek Gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femor
tidak bereaksi saat diketukkan (reflek patella (+)).

h. Test Diagnostik

1. Radiologi :
a) Angiografi serebri,
b) Lumba,l
c) CT-Scan
d) Macnetic Resonance Imaging (MRI)
e) USG Doppler
f) EEG
2. Laboratorium :
a)Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, leukosit, trombosit, eritrosit.
b) Test darah koagulasi
c) Test kimia darah
i. Pola kebiasaan sehari-hari

1. Pola kebiasaan Biasanya pada pasien pria, adanya kebiasaan merokok dan penggunaan minuman
beralkohol
2. Pola makan Biasanya terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan menelan pada pasien
stroke hemoragik sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
3. Pola tidur dan istirahat 18 Biasanya pasien mengalami kesukaran dalam istirahat karena adanya
kejang otot/nyeri otot.
4. Pola aktivitas dan latihan Biasanya pasien tidak dapat beraktivitas karena mengalami kelemahan,
kehilangan sensorik, hemiplegic atau kelumpuhan.
5. Pola eliminasi Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya terjadi kontipasi
akibat penurunan peristaltic usus.
6. Pola hubungan dan peran Biasanya adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
7. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah dan tidak kooperatif.
2.3 Diagnosis Keperawatan

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Eektif (D.0001) 7. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085)
Kategori : Fisiologis Kategori : psikologis
Subkategori : Respirasi Subkategori : Integritas Ego
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017) 8. Defisit Perawatan Diri (D.0109)
Kategori : Fisiologis Kategori : Perilaku
Subkategori : Sirkulasi Subkategori : Kebersihan Diri
3. Nyeri Akut (D.0077) 9. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)
Kategori : Psikologis Kategori : Relasional
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan Subkategori : Interaksi Sosial
4. Defisit Nutrisi (D.0019) 10. Risiko Jatuh (D.0143)
Kategori : Fisiologis Kategori : Lingkungan
Subkategori : Nutrisi dan Cairan Subkategori : Keamanan dan Proteksi
5. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
6. Gangguan Menelan (D.0063)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Neurosensori

Anda mungkin juga menyukai