Anda di halaman 1dari 15

LAORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK

DI RUANG IGD RSUD HAJI KOTA MAKASSAR

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Target


Stase Keperawatan Gawat Darurat

OLEH :
ONA ARIYANI UMATERNATE
14420212152

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi stroke non hemoragik
Stroke merupakan suatu kondisi yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan neurologik yang disebabkan oleh gangguan dalam sirkulasi
darah ke bagian otak.
Stroke adalah penyakit srebrovaskular (pembukuh darah otak) dengan
ditandainya gangguan fungsi otak karena adanya kerusakan atau kematian
jaringan otak akibat berkurangnya atau tersumbat aliran darah yang
menuju ke otak. Aliran darah menuju ke otak dapat berkurang karena
pembuluh darah ke otak mengalami penyempitan.
Stroke non hemoragik adalah sindrom klinis yang biasanya timbul
secara mendadak, progresif cepat berupa deficit neurologis fokal atau
global yang biasanya berlangsung 24 jam atau lebih dan biasanya
menimbulkan kematian yang disebakan oleh gangguan peredaran darah
otak non traumati.
2. Etiologi stroke non hemoragik
Pada stroke non hemoragik berheentinya aliran darah ke otak
disebabkan oleh adanya penumpukan kolestrol pada dinding
(aterosklerosis) atau tersumbatnya pembuluh darah ke otak karena adanya
pembekuan darah, bahkan tersumbatnya bisa terjadi sepanjang jalur
pembuluh darah yang akan menuju ke otak.
Berikut faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stroke.
a. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) yang menyebabkan pengerasan
dan penyumbatan arteri merupakan faktor resiko utama, bahkan
penderta hipertensi memiliki resiko stroke 4-6 kali lipat. Sebuah
sumber mengatakan bahwa hipertensi akan merangsang pembentukan
plak aterosklerosis di pembuluh darah arteri dan arteriol di dalm otak.

2
b. Penyakit jantung
Denyut jantung di attrium kiri mencapai 4 kali lebih cepat di
bandingkan dengan jantung yang menyebabkan aliran darah tidak
teratur, dan akan menjadi gumpalan gumpalan, gumpalan inilah yang
mengakibatkan terjadinya stroke. Bahkan penyakit ini salah satu
penyakit yang disebut atrial fibrillation
c. Diabetes melitus
Penderita yang memiliki riwayat diabetes milistis memiliki resiko
3 kali lipat terkena penyakit stroke, meskipun ada penyebab lainya
yang memperbesar resiko stroke. Sebab sekitar 40% penderita
diabetes umumna memiliki riwayat hipertensi
d. Kolestrol
Kolestrol juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stroke, total serum kolestrol Kolestrol juga merupakan salah satu
faktor risiko stroke, bahkan bila total serum kolestrol tinggi dapat
meningkatkan risiko stroke iskemik (terutama disertai hipertensi)
e. Obesitas
Pada pasien obesitas/kegemukan dapat meningkatkan risiko
terjadinya stroke terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria
dan pada wanita usia 65-94 tahun dikarekanan pasien yang obesitas
memeiliki tekanan darah, kadar glukosa darah, dan serum lipid yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat
obesitas.
f. Merokok
Faktor risiko tinggi yang dialaminya terjadi serangan jantung dan
kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan,
risiko terjadinya stroke akan menurun dengan seketika setelah
berhenti merokok dan akan terlihat dengan jelas dalam periode 2-4
tahun. Dan di ketahui bahwa merokok memicu adanya produksi
fibrinogen lebih banyak dehinggan akan merangsang timbulnya
aterosklerosis(pembuluh darah mengeras menyembit)

3
g. Pecandu alkohol
Pecandu alkohol berat memiliki risiko stroke dan kematian akibat
stroke yang lebih tinggi. Penelitian di yugoslavia membuktikan bahwa
hubungan antara konsumsi alkohol dengan insiden stroke perdarahan.
Dan salah satu menjelaskan bahwa orang yang mengkonsumsi alkohol
meningkatkan tekanan darah sehingga akan mempersesar resiko
stroke baik itu yang iskemik maupun hemoragik.
h. Penggunaan obat-obatan terlarang
Selain penggunaan obat-obatan terlarang senyawa
pengolahannya dapat menyebabkan stroke seperti kokain. Bahkan
kokain sendiri menyebabkan gangguan denyut jantung (arrbythmias)
atau denyut jantung lebih cepat, masing- masing menyebabkan
gumpalam darah
i. Cidera kepala atau leher
Bahkan cidera pada kepala atau cidera otak traumatik dapat
menyebabkan pendarahan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan
yang sama seperti pada stroke hemoragik.
3. Patofisiologi stroke non hemoragik
Hipertensi kronik merupakan penyebab utama pembuluh arteriona
mengalami perubahan patologi dimana dinding pembuluh darah tersebut
berupa hipohialinisis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe
bouchard. Arterional-arterional yang terdapat dari cabang cabang
lentikulostriate, cabang ini tembuus ke arteriostalamusdan bercabang
cabang ke paramedian arterian vertebra-basilar yang kemudian mengalami
perubahan-perubahan degeneratif yang sama kenaikan tekanan daerah
yang “abrupt’’ atau mengalami kenaikan dalam jumlah yang sangat
mencolok hal tersebut dapat mengeduukasi pecahnya pembuluh darah
terutama terjadi pada pagi hari dan juga sore hari. Apabila pembuluh darah
pecah maka akan berlanjut sampai 6 jam dan apabila volumenya besar
dapat merusak struktur anatomi otak dan tentunya akan menimbulkan
gejala klinik.

4
4. Penyimpangan KDM stroke non hemoragik

Aterosklerosis, embolisme, iskemik, hemoragik cerebral

TIA (Serangan iskemik sepintas) infusiensi suplai darah ke otak karena kontraksi
arterima pada arteri yang menyuplai darah keotak

Interupsi aliran darah Perubahan status kesehatan


keotak; hemoragik

Kurang mengenal sumber informasi


Udema cerebral

Kurang mengenal tentang


penyakit dan pengobatan
Penurunan aliran
darah cerebral
Deficit pengetahuan
Kerusakan
neuromuskular

Kehilangan Parastesia; Gangguan


tonus/control otot flaksid/paralysis apatis komunikasi verbal

immobilisasi Deficit perawatan Gangguan menelan,


diri kurang nafsu makan

Gangguan eliminasi Hambatan mobilitas Deficit nutrisi


urin dan konstipasi fisik

5. Manifestasi klinik stroke non hemoragik


Manifestasi klinis stroke terdiri atas:
a. Tiba tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
b. Tiba tiba hilang rasa peka
c. Bicara cedal atau pelo
d. Gangguan bicara atau pelo
e. Gangguan penglihatan
f. Mulut mencong atau tidak simetris
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat

5
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak
6. Komplikasi stroke non hemoragik
a. Komplikasi dini (0-48 jam )
1) Edema serebri : defisit neurologis yang cenderung memberat
dapat mengakibatkan TIK, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian
2) Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada penyakit
stroke stadium awal
b. Jangka pendek (1-14 hari )
1) Peneumonia akibat imobilasi lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, sering kali
terjadi pada saat penderita mulai mobilisasi
4) Stroke rekuren : dapat terjadi pada setiap hari
c. Jangka panjang (>14 hari)
1) Stroke rekuren
2) Infark miokard
3) Gangguam vaskular lain : penyakit vaskular perifer
7. Pemeriksaan Penunjang stroke non hemoragik
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Angiografi serebri Menentukan penyebab dari stroke secara
spefisik seperti : perdarahan atau ruptur
2) CT scan memeperlihatkan secra spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya dengan secra pasti
3) MRI (Magnetic Imaging Resonance ) menggunakan gelombang
magnetik untuk menemukan besar dan posisi terjadinya

6
perdarahan di otak. hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik
4) EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls dalam
jarigan otak
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warnya likuor nya masih normal
2) Pemeriksaan darah rutin ( glukosa, elektrolit, urem, kreatinin)
3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia
4) Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur angsur trun kembali.
8. Penatalaksanaan stroke non hemoragik
a. Trombosis intravena
Terapi ini bertujuan untuk rekanalisasi pembuluh darah yang
tersumbat.
b. Terapi antitrombosis
Terapi antitrombosis dapat berupa anhibasi platelet dan
antikogulasi. Aspirin salah satu anti platelet yang terbukti efektif
untuk terapi akut.
9. Prognosis stroke non hemoragik
Prognosis pada stroke iskemik dipengaruhi oleh umur, penyakit
sebelumnya, dan komplikasi. Sebuah penelitian oleh Framingham dan
Roschester menunjukkan adanya angka kematian pada 30 hari setelah
stroke adalah 28%, pada stroke iskemik sebesar 19%, dan angka sintasan
1 tahun pada stroke iskemik adalah 77%. Sebuah penelitian menemukan
skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan
prediktor terbaik pada risiko kematian awal.[48] Pemeriksaan The

7
National Institute of Health Stroke Scale dapat menunjukkan letak
kerusakan di otak.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien: (nama, jenis kelamin, usia, alamat, nama orang tua dll)
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat psikososial
g. Pola kesehatan sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Hed to toe
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. CT scan
c. MRI
4. Diagnose keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
c. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
d. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
e. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan ketidakmampuan
mengakses toilet
g. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan toileting

8
h. Resiko jatuh dengan faktor resiko kekuatan otot menurun
5. Intervensi keperawatan
Dx Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
Gangguan Tujuan: mobilitas Dukungan
mobilitas fisik fisik terpenuhi mobilisasi:
berhubungan kriteria hasil: - Identifikasi - Menentukan
dengan - Pergerakan adanya nyeri priortas
gangguan ekstremitas dan keluhan masalah yang
neuromuskuler meningkat fisik lain dialami klien
- Kekuatan otot - Identifikasi - Kekuatan fisik
meningkat toleransi fisik yang baik
- Rentang gerak melakukan mempermudah
meningkat pergerakan melakukan
- Kelemahan fisik pergerakan
menurun - Monitor - Kondisi fisik
kondisi umum baik
selama mempermudah
melakukan melakukan
mobilisasi pergerakan
- Fasilitasi - Mempermudah
aktivitas dalam
mobilisasi melakukan
dengan alat aktivtas
bantu
- Fasilitasi - Tiap orang
melakukan memiliki
pergerakan, kebutuhan
bila perlu aktivitas yang
berbeda

9
- Libatkan - Keluarga
keluarga untuk berperan
mebantu klien penting dalam
dalam membantu
meningkatkan klien
pergerakan beraktivitas
- Jelaskan tujuan - Menambah
dan prosedur informasi
mobilisasi terkait
tindakan
- Jelaskan - Mengenalkan
mobilisasi aktivitas yang
sederhana yang dapat
harus dilakukan
dilakukan

10
Gangguan Tujuan: komunikasi Promosi
komunikasi verbal terjalin komunikasi:deficit
verbal kriteria hasil: bicara: - kualitas bicara
berhubungan - Kemampuan - Monitor menilai tingkat
dengan berbicara kecepatan, masalah yang
gangguan meningkat tekanan, dialami klien
neuromuskuler - Kesesuaian kuantitas,
ekspresi volume, dan
wajah/tubuh diksi bicara
- Kontak mata - Monitor - Tiap stressor
meningkat frustasi, marah, masalah yang
- Pemahaman depresi atau hal dialami orang
komunikasi lain yang berbeda
membaik mengganggu
bicara
- Identifikasi - Emosioanal
perilaku dan fisik dapat
emosional dan menunjukan
fisik sebagai ekspresi lawan
bentuk bicara
komunikasi
- Gunakan
metode - Mempermudah
komunikasi dalam
alternative berkomunikasi
dengan cara
yang mapu
- Sesuaikan gaya dilakukan
komunikasi - Gaya bicara
dengan yang baik
kebutuhan dapat lebih

11
mudah
- Gunakan juru dipahami
bicara, jika lawan bicara
perlu - Tiap orang
memiliki
- Anjurkan bahasa dan
berbicara dialeg yang
perlahan berbeda
- Melatih
berbicara dan
mudah
dipahami

Deficit Tujuan: Dukungan


perawatan diri mempertahankan perawatan diri:
berhubungan kebersiha diri klien - Identifikasi - Setiap usia
dengan kriteria hasil: kebiasaan memiliki
gangguan - Kemampuan aktivitas kebutuhan dan
neuromuskuler ketoilet perawatan diri cara perawatan
meningkat sesuai usia diri yang beda
- Verbalisasi - Monitor - Tingkat
keinginan tingkat kemandirian
melakuakan kemandirian mempengaruhi
perawatan diri perawatan diri

12
- Mempertahankan - Identifikasi - Mempermudah
kebersihan diri kebutuhan alat klien dalam
- Mempertahankan bantu melakukan
kebersihan mulut kebersihan perawatan diri
diri,
berpakaian,
berhias, dan
makan
- Sediakan - Lingkungan
lingkungan yang baik
yang memberikan
terapeutik rasa nyaman
- Siapkan - Mencegah
keperluan terjadinya
pribadi penularan
penyakit
- Fasilitasi - Klien dengan
kemandirian, gangguan
bantu jika tidak neuromuscular
mampu sulit dalam
melakukan pemenuhan
perawatan diri perawatan diri
- Jadwalkan - Meningkatkan
rutinitas kualitas
perawatan diri perawatan diri
secara berkala
- Anjurkan - Kemampuan
melakukan tiap orang
perawatan diri berbeda dalam
secara memenuhi
konsisten

13
sesuai perawatan
kemampuan dirinya

6. Evaluasi
Pada evaluasi ini dilakukan dengan cara menggunakan metode SOAP, dan
yang paling utama yang dilakukan adalah mengevaluasi implementasi
yang sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, D., & Dominica, D. (2019). Gambaran Drug Related Problems (DRP’s)
pada Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik
di RSUD Dr M Yunus Bengkulu. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 5(1), 36. https://doi.org/10.20473/jfiki.v5i12018.36-44

Pangestika, F.W. (2021). Asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
dengan masalah keperawatan nyeri kepala akut. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

Permatasari, N. (2020). Perbandingan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan


Motorik Pasien Memiliki Faktor Resiko Diabetes Melitus dan Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 298–304.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.273

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Dewan Pengurus


PPNI. Jakarta.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Dewan Pengurus


PPNI. Jakarta.

Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke
Non Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM)
Pasif. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 354–363.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985

Tim Prokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus PPNI. Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai