OLEH :
ONA ARIYANI UMATERNATE
14420212152
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2
b. Penyakit jantung
Denyut jantung di attrium kiri mencapai 4 kali lebih cepat di
bandingkan dengan jantung yang menyebabkan aliran darah tidak
teratur, dan akan menjadi gumpalan gumpalan, gumpalan inilah yang
mengakibatkan terjadinya stroke. Bahkan penyakit ini salah satu
penyakit yang disebut atrial fibrillation
c. Diabetes melitus
Penderita yang memiliki riwayat diabetes milistis memiliki resiko
3 kali lipat terkena penyakit stroke, meskipun ada penyebab lainya
yang memperbesar resiko stroke. Sebab sekitar 40% penderita
diabetes umumna memiliki riwayat hipertensi
d. Kolestrol
Kolestrol juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stroke, total serum kolestrol Kolestrol juga merupakan salah satu
faktor risiko stroke, bahkan bila total serum kolestrol tinggi dapat
meningkatkan risiko stroke iskemik (terutama disertai hipertensi)
e. Obesitas
Pada pasien obesitas/kegemukan dapat meningkatkan risiko
terjadinya stroke terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria
dan pada wanita usia 65-94 tahun dikarekanan pasien yang obesitas
memeiliki tekanan darah, kadar glukosa darah, dan serum lipid yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat
obesitas.
f. Merokok
Faktor risiko tinggi yang dialaminya terjadi serangan jantung dan
kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan,
risiko terjadinya stroke akan menurun dengan seketika setelah
berhenti merokok dan akan terlihat dengan jelas dalam periode 2-4
tahun. Dan di ketahui bahwa merokok memicu adanya produksi
fibrinogen lebih banyak dehinggan akan merangsang timbulnya
aterosklerosis(pembuluh darah mengeras menyembit)
3
g. Pecandu alkohol
Pecandu alkohol berat memiliki risiko stroke dan kematian akibat
stroke yang lebih tinggi. Penelitian di yugoslavia membuktikan bahwa
hubungan antara konsumsi alkohol dengan insiden stroke perdarahan.
Dan salah satu menjelaskan bahwa orang yang mengkonsumsi alkohol
meningkatkan tekanan darah sehingga akan mempersesar resiko
stroke baik itu yang iskemik maupun hemoragik.
h. Penggunaan obat-obatan terlarang
Selain penggunaan obat-obatan terlarang senyawa
pengolahannya dapat menyebabkan stroke seperti kokain. Bahkan
kokain sendiri menyebabkan gangguan denyut jantung (arrbythmias)
atau denyut jantung lebih cepat, masing- masing menyebabkan
gumpalam darah
i. Cidera kepala atau leher
Bahkan cidera pada kepala atau cidera otak traumatik dapat
menyebabkan pendarahan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan
yang sama seperti pada stroke hemoragik.
3. Patofisiologi stroke non hemoragik
Hipertensi kronik merupakan penyebab utama pembuluh arteriona
mengalami perubahan patologi dimana dinding pembuluh darah tersebut
berupa hipohialinisis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe
bouchard. Arterional-arterional yang terdapat dari cabang cabang
lentikulostriate, cabang ini tembuus ke arteriostalamusdan bercabang
cabang ke paramedian arterian vertebra-basilar yang kemudian mengalami
perubahan-perubahan degeneratif yang sama kenaikan tekanan daerah
yang “abrupt’’ atau mengalami kenaikan dalam jumlah yang sangat
mencolok hal tersebut dapat mengeduukasi pecahnya pembuluh darah
terutama terjadi pada pagi hari dan juga sore hari. Apabila pembuluh darah
pecah maka akan berlanjut sampai 6 jam dan apabila volumenya besar
dapat merusak struktur anatomi otak dan tentunya akan menimbulkan
gejala klinik.
4
4. Penyimpangan KDM stroke non hemoragik
TIA (Serangan iskemik sepintas) infusiensi suplai darah ke otak karena kontraksi
arterima pada arteri yang menyuplai darah keotak
5
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak
6. Komplikasi stroke non hemoragik
a. Komplikasi dini (0-48 jam )
1) Edema serebri : defisit neurologis yang cenderung memberat
dapat mengakibatkan TIK, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian
2) Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada penyakit
stroke stadium awal
b. Jangka pendek (1-14 hari )
1) Peneumonia akibat imobilasi lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, sering kali
terjadi pada saat penderita mulai mobilisasi
4) Stroke rekuren : dapat terjadi pada setiap hari
c. Jangka panjang (>14 hari)
1) Stroke rekuren
2) Infark miokard
3) Gangguam vaskular lain : penyakit vaskular perifer
7. Pemeriksaan Penunjang stroke non hemoragik
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Angiografi serebri Menentukan penyebab dari stroke secara
spefisik seperti : perdarahan atau ruptur
2) CT scan memeperlihatkan secra spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya dengan secra pasti
3) MRI (Magnetic Imaging Resonance ) menggunakan gelombang
magnetik untuk menemukan besar dan posisi terjadinya
6
perdarahan di otak. hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik
4) EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls dalam
jarigan otak
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warnya likuor nya masih normal
2) Pemeriksaan darah rutin ( glukosa, elektrolit, urem, kreatinin)
3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia
4) Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur angsur trun kembali.
8. Penatalaksanaan stroke non hemoragik
a. Trombosis intravena
Terapi ini bertujuan untuk rekanalisasi pembuluh darah yang
tersumbat.
b. Terapi antitrombosis
Terapi antitrombosis dapat berupa anhibasi platelet dan
antikogulasi. Aspirin salah satu anti platelet yang terbukti efektif
untuk terapi akut.
9. Prognosis stroke non hemoragik
Prognosis pada stroke iskemik dipengaruhi oleh umur, penyakit
sebelumnya, dan komplikasi. Sebuah penelitian oleh Framingham dan
Roschester menunjukkan adanya angka kematian pada 30 hari setelah
stroke adalah 28%, pada stroke iskemik sebesar 19%, dan angka sintasan
1 tahun pada stroke iskemik adalah 77%. Sebuah penelitian menemukan
skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan
prediktor terbaik pada risiko kematian awal.[48] Pemeriksaan The
7
National Institute of Health Stroke Scale dapat menunjukkan letak
kerusakan di otak.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien: (nama, jenis kelamin, usia, alamat, nama orang tua dll)
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat psikososial
g. Pola kesehatan sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Hed to toe
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. CT scan
c. MRI
4. Diagnose keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
c. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
d. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
e. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan ketidakmampuan
mengakses toilet
g. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan toileting
8
h. Resiko jatuh dengan faktor resiko kekuatan otot menurun
5. Intervensi keperawatan
Dx Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
Gangguan Tujuan: mobilitas Dukungan
mobilitas fisik fisik terpenuhi mobilisasi:
berhubungan kriteria hasil: - Identifikasi - Menentukan
dengan - Pergerakan adanya nyeri priortas
gangguan ekstremitas dan keluhan masalah yang
neuromuskuler meningkat fisik lain dialami klien
- Kekuatan otot - Identifikasi - Kekuatan fisik
meningkat toleransi fisik yang baik
- Rentang gerak melakukan mempermudah
meningkat pergerakan melakukan
- Kelemahan fisik pergerakan
menurun - Monitor - Kondisi fisik
kondisi umum baik
selama mempermudah
melakukan melakukan
mobilisasi pergerakan
- Fasilitasi - Mempermudah
aktivitas dalam
mobilisasi melakukan
dengan alat aktivtas
bantu
- Fasilitasi - Tiap orang
melakukan memiliki
pergerakan, kebutuhan
bila perlu aktivitas yang
berbeda
9
- Libatkan - Keluarga
keluarga untuk berperan
mebantu klien penting dalam
dalam membantu
meningkatkan klien
pergerakan beraktivitas
- Jelaskan tujuan - Menambah
dan prosedur informasi
mobilisasi terkait
tindakan
- Jelaskan - Mengenalkan
mobilisasi aktivitas yang
sederhana yang dapat
harus dilakukan
dilakukan
10
Gangguan Tujuan: komunikasi Promosi
komunikasi verbal terjalin komunikasi:deficit
verbal kriteria hasil: bicara: - kualitas bicara
berhubungan - Kemampuan - Monitor menilai tingkat
dengan berbicara kecepatan, masalah yang
gangguan meningkat tekanan, dialami klien
neuromuskuler - Kesesuaian kuantitas,
ekspresi volume, dan
wajah/tubuh diksi bicara
- Kontak mata - Monitor - Tiap stressor
meningkat frustasi, marah, masalah yang
- Pemahaman depresi atau hal dialami orang
komunikasi lain yang berbeda
membaik mengganggu
bicara
- Identifikasi - Emosioanal
perilaku dan fisik dapat
emosional dan menunjukan
fisik sebagai ekspresi lawan
bentuk bicara
komunikasi
- Gunakan
metode - Mempermudah
komunikasi dalam
alternative berkomunikasi
dengan cara
yang mapu
- Sesuaikan gaya dilakukan
komunikasi - Gaya bicara
dengan yang baik
kebutuhan dapat lebih
11
mudah
- Gunakan juru dipahami
bicara, jika lawan bicara
perlu - Tiap orang
memiliki
- Anjurkan bahasa dan
berbicara dialeg yang
perlahan berbeda
- Melatih
berbicara dan
mudah
dipahami
12
- Mempertahankan - Identifikasi - Mempermudah
kebersihan diri kebutuhan alat klien dalam
- Mempertahankan bantu melakukan
kebersihan mulut kebersihan perawatan diri
diri,
berpakaian,
berhias, dan
makan
- Sediakan - Lingkungan
lingkungan yang baik
yang memberikan
terapeutik rasa nyaman
- Siapkan - Mencegah
keperluan terjadinya
pribadi penularan
penyakit
- Fasilitasi - Klien dengan
kemandirian, gangguan
bantu jika tidak neuromuscular
mampu sulit dalam
melakukan pemenuhan
perawatan diri perawatan diri
- Jadwalkan - Meningkatkan
rutinitas kualitas
perawatan diri perawatan diri
secara berkala
- Anjurkan - Kemampuan
melakukan tiap orang
perawatan diri berbeda dalam
secara memenuhi
konsisten
13
sesuai perawatan
kemampuan dirinya
6. Evaluasi
Pada evaluasi ini dilakukan dengan cara menggunakan metode SOAP, dan
yang paling utama yang dilakukan adalah mengevaluasi implementasi
yang sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, D., & Dominica, D. (2019). Gambaran Drug Related Problems (DRP’s)
pada Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik
di RSUD Dr M Yunus Bengkulu. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 5(1), 36. https://doi.org/10.20473/jfiki.v5i12018.36-44
Pangestika, F.W. (2021). Asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
dengan masalah keperawatan nyeri kepala akut. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke
Non Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM)
Pasif. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 354–363.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Tim Prokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus PPNI. Jakarta
15