Konsep Medis
1. Definisi Laringofaringitis
Laringofaringitis adalah penyakit pada saluran pernapasan atas dimana terjadi
peradangan laring dan juga pada faring. laringitis adalah peradangan yang terjadi
pada pita suara karena karena terlau banyak digunakan, karena iritasi atau karena
adanya infeksi dan faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan. Faringitis
dalam bahasa latin disebut pharyngitis adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorokan atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan
akibat dari virus. Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau
bengkak berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan
makanan.
Laringofaringitis pada umumnya disebabkan oleh suatu infeksi virus ataupun
bakteri. Laringofaringitis termasuk penyakit cukup umum dan biasanya bukan
merupakan masalah yang serius. Pada kasus akut lamanya kurang dari 3 minggu
gejala akan baik dan menghilang sendiri, tetapi pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi penyakit kronis bertahan lebih dari 3 minggu.
2. Etiologi
a. Faringitis biasa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A. korinebakterium,
arkanobakterium, neisseria gomorrhoeae atau chalmydia pneumoniae.
b. Virus 80% tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan demam
c. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat kronis
(menetap).
d. Bakteri steptokokus, dipastikan dengan kultur tenggorok. Tes ini umumnya
dilakukan dilaboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejaa klasik dari kuman steptokokus seperti nyeri hebat saat menelan,
terlihat bintik-bintik putih, muntah-muntah, bernanah pada kelenjar amandelnya,
disertai pembesaran kelenjar amandel.
3. Patofisiologi
Pathofisiologi dari faringitis adalah penularan terjadi melalui droplet. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh
darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih,
atau abu – abu terdapat folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel dan
bercak – bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi
meradang dan membengkak sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
4. Pathway/Penyimpangan KDM
Bakteri, virus
Menginfeksi faring
Inflamasi local
Peradangan
Perubahan status
Kesehatan
Stimulus saraf nyeri
Kurang informasi
Tentang penyakit sensasi nyeri dijalankan
Ke SSP melalui serabut
Defisit
pengetahuan Saraf sensorik
Stresor
Meningkat Hipotalamus
Asupan Nutrisi
Nyeri
Ansietas
Risiko defisit
nutrisi
5. Manifestasi klinik
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis streptokokus sangat
mungkin jika di jumpai tanda dan gejala berikut:
a. Awitan akut, disertai mual dan muntah
b. Faring hiperemis
c. Demam
d. Nyeri tenggorokan terutama saat menelan dan berbicara
e. Tonsil bengkak dengan eksudasi
f. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
g. Uvula bengkak dan merah
h. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
6. Komlikasi
Biasanya faringitis dapat sembuh sendiri. Namun jika faringitis ini
berlangsung lebih dari 1 minggu, masih terdapat demam, pembesaran nodus limfa,
atau muncul bintik kemerahan. Hal tersebut berarti dapat terjadi komplikasi dari
faringitis, seperti demam reumatik. Beberapa komplikasi faringitis akut yang lain
adalah :
a. Demam scarlet, yang di tandai dengan demam dan bintik kemerahan.
b. Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan
pada katup jantung. Demam reumatik merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada faringitis akut.
c. Glomerulonefritis, komplikasi berupa glomerulonefritis akut merupakan
respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek antigen-antibody yang
terbentuk berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya menyebabkan
glomerulonefritis ini.
d. Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam
dan dehidrasi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan pemeriksaan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,
bahkan memberan). Kelenjar submandibulamembengkak dan nyeri tekan.
b. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa deangan mikroskop untuk mengetahui peradangan akibat bakteri atau
virus
c. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan Sputum mikroskopik, penting dalam dignosis etiologi penyakit.
Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih, peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukan
adanya infeksi atau inflamasi
2) Aasasnalisa gas darah, untuk menilai fungsi pernapasn secara adekuat,
perlu juga mempelajari hal-hal diluar seperti distribusi gas yang diangkut
oleh sisitem sirkulasi
8. Penatalaksanaan
a. Antibiotk golongan penicilinatau sulfanomida
1) Faringitis steptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-
250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
2) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisisn (125mg/6 jam untuk usia
0-2 tahundan 250 mg/6 jamuntuk usai 2-8 tahun) atau klindamisisn
b. Tirah Baring
c. Pemberian cairan yang adekuat
d. Diet ringan
e. Obat kumur hangat
Berkumur dengan 3 gelas air hangat, gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dengan rasa enak. Gelas kedua dan ke tiga
dapat diberikan air yang lebih hangat anjurkan setiap 2 jam.
1) Cairan saline isotonik (½ sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat)
2) Bubuk sodium berbonat 1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat
f. Pendidikan kesehatan
1) Instruksikan pasien meghindari kontak dengan orang lain sampai demam
hilang, hindari menggunakan alkohol, asap rokok, tembaakau dan
polutan lain,
2) Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin
dan pelega tenggorokan bila perlu.
9. Prognosis
Sebagian besar faringitis yang diakibatkan oleh virus memiliki prognosis
yang lebih baikkarena jarang menimbulkan komlikasi dan juga merupakan self
limiting disease yang mana akan dapat membaik apabila sistem imun membaik.
Sedangkan faringitis yang di sebabkan oleh bakteri memiliki prognosis yang lebih
buruk karena mengakibatkan berbagai komlikasi, oleh karena itu dibutuhkan
pemberian antibiotik yang tepat dengan jenis bakteri agar fase penyembuhan dapat
berlangsung tanpa mengakibatkan komlikasi.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorgnisasi yang meliputi tiga
aktivitas dasar yaitu: pengumpulan data secara sistematis, memilih, dan mengatur
data yang diperlukan dan mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali.
Pengkajian sebagai proses yang kegiatannya bertujuan mengumpulkan
informasi mengenai pasien. Informasi tersebut akan menentukan masalah
kesehatan yang meliputi: pengkajian fisik, observasi, wawancara, riwayat
keperawatan, analisa catatan laporan serta dokumen-dokumen lain yang terkait
dengan pengkajian data dasar keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, suku/bangsa,
status pernikahan, pekerjaan, no.RM, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
dan diagnosa medic.
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
hubungan keluarga.
b. Keluhan utama
- Lamanya keluhan: sudah berapa lama keluhan yang dirasakan oleh klien.
d. Riwayat psikososial
- Pola kognitif
- Pola koping
- Pola interaksi
e. Riwayat spiritual
f. Keadaan Fisik
- Kepala dan Leher
Bentuk kepala simetris, nyeri tekan tidak ada, distribusi rambut merata,
kebersihan kepala cukup. Vena jugularis tampak menonjol.
- Dada
Bentuk simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot dada ada, ronchi
(+),suara jantung S1-S2 iregular. Payudara dan Ketiak Nyeri tekan tidak ada.
- Abdomen
Hepar tidak teraba, peristaaltik positif.
- Genetalia
Tidak ada kelainan.
- Integumen
Warna kulit sawo matang, kebersihan cukup.
- Ekstremitas
Atas
Pergerakan tangan kiri & kanan terkoordinasi, bengkak tidak ada,
terpasang IVFD NS 8 tts/menit pada tangan kiri, lembab.
Bawah
Pergerakan normal terkoordinasi, lembab
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan hipertensi (SDKI PPNI, 2017) :
a) Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis
b) Risiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
c) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
d) Ansietas b/d krisis situasional
3. Intervensi Keperwatan
Definisi
Laringofaringitis adalah penyakit pada
saluran pernapasan atas dimana terjadi
Etiologi peradangan laring dan juga pada faring.
Faringitis biasa disebabkan oleh virus
maupun bakteri. Bakteri yang Manifestasi Klinis
menyebabkan faringitis adalah
• Awitan akut, disertai mual dan
streptokokus grup A.
muntah
korinebakterium, arkanobakterium, Komplikasi
• Faring hiperemis
neisseria gomorrhoeae • Demam scarlet, yang di
• Demam
Virus 80% tenggorokan disebabkan tandai dengan demam dan
• Nyeri tenggorokan terutama saat
oleh virus, dapat menyebabkan demam bintik kemerahan.
menelan dan berbicara
Alergi dapat menyebabkan iritasi • Demam reumatik,
• Tonsil bengkak dengan eksudasi
tenggorokan ringan yang bersifat • Glomerulonefritis
• Kelenjar getah bening leher anterior
kronis (menetap). • Abases peritonsilar
bengkak dan nyeri
Bakteri steptokokus, dipastikan
• Uvula bengkak dan merah
dengan kultur tenggorok.
• Ekskoriasi hidung disertai lesi
impetigo sekunder
Prognosis
Diagnosa Keperawatan
Ikatan Dokter Indonesia. 2008. Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : EGC
Irman, O., Nalista, Y., & Keytimu, Y. M. H. (2020). Buku Ajar: Asuhan Kepeawatan Pada
Pasien Sindrom Koroner Akut (Pertama). Cv.Penerbit Qiara Media.
Noviestari, E., Ibrahim, K., Deswani, & Ramadaniati, S. (2020). Dasar-Dasar Keperawatan:
Edisi 9 (9th Ed.). Elsevier.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI. PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar
Intervensi Keperawatan.