Laporan pendahuluan
1.1 definisi
b. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
- Streptoccocus pyogenes, merupakan peuyebab terbanyak pada faringitis
akut
- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 -
15 tabun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
- Streptokokus grup C dan G
- Neisseria gonorrbeae
- Corynebacteri wu diphtheriae
- Corynebacterium ulcerans
- Yersinia enterocolitica
- Treponema pallidum
- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat
menyebabkan
- komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar
1.3. klasifikasi klinis
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan
atau tanpa tanda klinis lainnya.
Manifestasi klinis akut:
- Nyeri Tenggorokan
- Sulit Menelan, serak, batuk
- Demam
- Mual, malaise
- Kelenjar Limfa Leher Membengkak
- tonsil kernerahan
- Membran faring tampak merah
- Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
- Nyeri tekan nodus limfe servikal
- Lesu dan lemah, nyeri pad a sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga,
- Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosita AI)
- Nodus limfe servikal membesar dan mengeras mungkin terdapat
demam.malaise dan sakit tenggorokan
- Serak.batuk.rhinitis bukan hal yang tidak lazim,
Manifestasi kJinis kronis:
- Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
- Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
- Kesulitan menelan.
1.4 Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon intlamasi lokal, Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang den gall infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan
sekresi yang meningkat, Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan
yang berwama kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan
limfoid, Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak,
Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi
sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. lnfeksi streptococcal memiliki
karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan
protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen
M protein dari Group A streptococcus rnemiliki struktur yang sarna dengan
sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan
kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut
glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya
kompleks antigen-antibodi.
1.7. Penatalaksanaan
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250
mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125mg//6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tabun) atau klindamisin,
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 ge1as air hangat. Gelas pertama berupa air hangat
sehingga penderita dapar menahan cairan dugan rasa enak, Gelas kedua dan ketiga
dapae diberikan air yang lebih hangat. Anjurkan setiap 2 jam.
Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik setengah sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat), Hal
ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut.
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampal demam
hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan
pelega tenggorokan bila perlu.
1.8. Komplikasi
a.Otitis media akut
b. Abses peri tonsil
c. Abses para faring
d. Toksenia
e. Septikiuia
f. Bronkitis
g. Nefritis akut
h. Miokarditis
i. Artritis
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian.
Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal
pada ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti
ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada
mata, ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan
pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek
tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese,
quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat
sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi
positif (kemungkinan karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda
battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya
aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan
dalam regulasi suhu tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang ulang, disartris, anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis. Yogyakarta: Media Action Publlishing
Saifudin,Abdul Bari 2002. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Noenata. Yayasan Bina Pustaka –Sarwono Prawirohardjo.Jakarta
Sujono Riyadi, S.M. 2011. Buku keperawatan medikal bedah. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta