DIABETES MELITUS
DIBUAT OLEH :
NIM : 17020077
DM tipe 1 DM tipe 2
Resistensi insulin
Insulin
Risiko ketidakstabilan
Hiperglikemia
kadar glukosa darah
Risiko infeksi
Vikositas darah Nutrisi kurang dari
meningkat kebutuhan Tubuh
Aliran darah
melambat
Iskemik jaringan
Ketidak efektifan
perfusi jarian
perifer
1.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) standar(Soegondo, dalam buku Penatalaksaan
Diabetes Melitus Terpadu,2011).
1.7 Diagnosa banding
1. Penderita diabetes tipe 1 menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes melitus tipe 1 terjadi sebelum
usia 30 tahun. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan
remaja. Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian insulin secara
terus menerus.
2. Diabetes tipe 2 biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun. Pengontrolan kadar gla darah pada penderita
diabetes tipe 2 dapa dilakukan dengan beberaoa tindakan seperti diet,
penurunan berat badan dan pemberian tablet diabetik. Obat suntik akan
dipertimbangkan untuk diberikan apabila pemberian tablet belum
memaksimalkan respons penanganan level gula darah.
3. Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormone
antidiuretik (vasopressin), yaitu hormone yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Diabetes insipidus dapat timbul
secara perlahan maupun tiba-tiba pada segala usia.
1.8 Komplikasi
1. Akut.
a. Koma hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati.
c. Neuropati diabetik.
d. Rentan infeksi.
e. Ganggren.
1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Pengaturan diet, diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang di anjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang.
Dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai kecukupan gizi yang baik
sebagai berikut :
- Karbohidrat : 60 - 70 %
- Protein : 10 - 15 %
-lemak : 20 - 25 %
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR/ berat badan normal) dengan rumus :
1. Kurus (underweight) BBR < 90 %
2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
Obesitas sedang BBR 130% - 140%
Obesitas berat BBR 140% - 200%
Morbid BBR >200 %
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a. Pemberian golongan obat sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
b. Pemberian golongan obat Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
2. Insulin
a. Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD dan
diperlukan dalam keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat badan yang disertai ketosis
3. Ketosidosis diabetik atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Stres berat (infeksi sistemik, operasi berat, IMA, stroke)
6. Kehamilan dengan DM
7. Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat
8. Kontraindikasi atau alergi
kadar glukosa selama 2x24 jam masalah risiko infeksi 1. Monitor kadar
darah (00179) dapat teratasi dengan criteria hasil : glukosa darah sesuai
Kadar glukosa darah (2300) indikasi
Kode Indikator S. S.T 2. Identifikasi
A kemungkinan penyebab
23000 Glukosa 3 5
hiperglikemi
1 darah
3. Instruksikan pada