Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN (KMB)

DIABETES MELITUS

DIBUAT OLEH :

NAMA :Riski Gandhi Syahputra

NIM : 17020077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
2017
1.1 Pengertian
Diabetes Melitus (DM) berasal dari bahasa Yunnani diabainein yang berarti
“tembus” atau “pancuran air” dan melitus yang berarti “rasa manis”. Penyakit
tersebut kemudian dikenal sebagai kencing manis. Ditandai dengan adanya
peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terus menerus dan
bervariasi terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa diabetes
melitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal (Masriadi, 2016).
Peningkatan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia adalah kondisi
terjadinnya abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,
dan neuropati (Nurarif &Kusuma, 2015).
1.2 Klasifikasi dan etiologi(Masriadi,2016)
a. Tipe 1 : Diabetes Melitus Tergantung Insulin
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang tergantung pada insulin atau insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM).Diabetes tipe 1 berkaitan dengan
ketidaksanggupan pancreas untuk membuat insulin. Diabetes tipe 1 berkaitan
dengan kerusakan akan gangguan fungsi pancreas menghasilkan insulin.
Penderita diabetes tipe 1 menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes melitus tipe 1 terjadi sebelum
usia 30 tahun. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan
remaja.Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian insulin secara
terus menerus.
b. Etiologi diabetes tipe 1
Diabetes Tipe 1 disebabkan karena pancreas tidak dapat menghasilkan cukup
insulin.Kekurangan insulin tersebut menyebabkan glukosa tetap ada di dalam
aliran darah dan tidak dapat digunakan sebagai energy.
Penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita
diabetes tipe 1, antara lain karena :
1) Faktor keturunan
Salah satu atau kedua orang tua menderita diabetes, maka anak akan
beresiko terkena diabetes.
2) Autoimunitas
Autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis
selnya sendiri , yang ada dalam pancreas. Tubuh kehilangan kemampuan
untuk membentuk insulin karena system kekebalan tubuh menghancurkan
sel yang memproduksi insulin.
3) Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel
(kelompok sel) dalam pancreas. Kemungkinan seseorang menderita akan
semakin besar apabila semakin banyak pulau sel yang rusak.
c. Tipe 2 : Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang tidak bergantung pada insulin atau Non-
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) dimana pancreas menghasilkan
insulin namun jumlah insulin tidak cukup. Kebanyakan dari insulin yang
diproduksi dihisap oleh sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang
tidak baik. Pancreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi
kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik.
Hormone Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.Hal tersebut dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan
dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
sensitifitas sel dan jaringan tubuh terhadap insulin.
Teoriyang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Diabetes tipe 2 biasa terjadi pada
anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.
Pengontrolan kadar gla darah pada penderita diabetes tipe 2 dapa dilakukan
dengan beberaoa tindakan seperti diet, penurunan berat badan dan pemberian
tablet diabetik. Obat suntik akan dipertimbangkan untuk diberikan apabila
pemberian tablet belum memaksimalkan respons penanganan level gula darah.
d. Etiologi diabetes tipe 2
Etiologi utama diabetes tipe 2 karena insulin yang dihasilkan oleh pancreas
tidak mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola
makan atau gaya hidup yang tidak sehat.Etiologi utama diabetes tipe 2 antara
lain sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Apabila orang tua atau saudara sekandung yang menderita DM.
2) Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat
Banyak makanan cepat saji yang menyajikan makanan berlemak dan tidak
sehat.
3) Kadar kolesterol yang tinggi.
4) Kurang berolahraga
5) Obesitas atau kelebihan berat badan.
Etiologi diabetes tipe 2 pada umumnya karena gaya hiudp yang tidak sehat.
Hal tersebut mengakibatkan metabolism dalam tubuh tidak sempurna
sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.
Hormone insulin dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh sehingga
pola makan dan gaya hidup tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan
insulin (Russel,2011)
1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic
defisiensi insulin. Orang dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah
mengkonsumsi karbohidrat. Hiperglikemi berat dan melebihi ambang ginjal akan
menimbulkan glukosuria. Glukosuria akan mengakibatkan dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).
Karena glukosa hilang bersama urin, maka orang mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
mungkin akan timbul sebgai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan
mengantuk (Masriadi,2016).
Diabetes tipe 1 sering memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan
polidipsia, poliuria, turunnya beraat badan, polifagia, lemah.Orang dapat
menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal apabila
tidak mendapatkan pengobatan segera.Terapi insulin biasanya diperlukan
untuk mengontrolmetabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
Sebaliknya, orang dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanyadibuat berdasarkan
pemeriksaan darah dilaboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada
hiperglikemia yang lebih berat, orang tersebut mungkin menderita polidipsia,
poliuria, dan lemah.Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karwena
orang tersebut tidak defisiensi insulin secara absolute namun
relative.Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk menghambat
ketoasidosis. Apabila hiperglikemia berat dan pasien tidak berespons terhadap
diet, atau terhadap obat hipoglikemik oral, mungkin diperlukan terapi insulin
untuk menormalkan kadar glukosa (Masriadi,2016).
1.4 Pathofisiologi
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak.Di samping itu badan juga memerlukan energy supaya
sel badan dapat berfungsi dengan baik.Energy pada mesin berasal dari bahan
bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan
yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-
tepungan ) , protein ( asam amino ), dan lemak ( asam lemak )(Suyono, dalam
buku Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian kelambung dan
selanjutnya ke usus.Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa , protein menajdi
asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap
oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu
ke dalam sel supaya dapat di olah. Di dalam sel , zat makanan terutama glukosa
dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya
energy. Proses ini disebut metabolism. Dalam proses metabolisme itu insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke
dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini
adalah hormone yang dikeluarkan oleh sel beta pancreas(Suyono, dalam buku
Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitive , insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot, kemudian
membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian
dibakar menjadi energy atau tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah
normal(Suyono, dalam buku Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinnya tidak baik ( resisten insulin ) , meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat
masuk sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di luar
sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkat(Suyono, dalam buku
Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
1.5 Pathway

DM tipe 1 DM tipe 2

Keturunan, Autoimun, Lifestyle


Virus/zat kimia

Resistensi insulin

Kerusakan selβ pancreas

Insulin

Risiko ketidakstabilan
Hiperglikemia
kadar glukosa darah

Poliuria pembatasan diit trauma

intake tidak adekuat luka


Defisit volume
cairan

Risiko infeksi
Vikositas darah Nutrisi kurang dari
meningkat kebutuhan Tubuh

Aliran darah
melambat

Iskemik jaringan

Ketidak efektifan
perfusi jarian
perifer
1.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) standar(Soegondo, dalam buku Penatalaksaan
Diabetes Melitus Terpadu,2011).
1.7 Diagnosa banding
1. Penderita diabetes tipe 1 menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes melitus tipe 1 terjadi sebelum
usia 30 tahun. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan
remaja. Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian insulin secara
terus menerus.
2. Diabetes tipe 2 biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun. Pengontrolan kadar gla darah pada penderita
diabetes tipe 2 dapa dilakukan dengan beberaoa tindakan seperti diet,
penurunan berat badan dan pemberian tablet diabetik. Obat suntik akan
dipertimbangkan untuk diberikan apabila pemberian tablet belum
memaksimalkan respons penanganan level gula darah.
3. Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormone
antidiuretik (vasopressin), yaitu hormone yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Diabetes insipidus dapat timbul
secara perlahan maupun tiba-tiba pada segala usia.
1.8 Komplikasi
1. Akut.

a. Koma hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati.
c. Neuropati diabetik.
d. Rentan infeksi.
e. Ganggren.
1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet
Pengaturan diet, diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang di anjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang.
Dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai kecukupan gizi yang baik
sebagai berikut :
- Karbohidrat : 60 - 70 %
- Protein : 10 - 15 %
-lemak : 20 - 25 %

Syarat diet DM hendaknya dapat :


a.       Memperbaiki kesehatan umum penderita
b.      Mengarahkan pada berat badan normal
c.       Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d.      Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e.       Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a.       Jumlah sesuai kebutuhan
b.      Jadwal diet ketat
c.       Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:


a. jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau ditambah
b. jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR/ berat badan normal) dengan rumus :
      1.      Kurus (underweight)    BBR < 90 %
      2.      Normal (ideal)             BBR 90% - 110%
      3.      Gemuk (overweight)    BBR > 110%
      4.      Obesitas apabila          BBR > 120%
     Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
          Obesitas sedang      BBR 130% - 140%
          Obesitas berat           BBR 140% -  200%
          Morbid                     BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita   DM


yang bekerja biasa adalah :
      1.      Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari
      2.      Normal (ideal)             BB X 30 kalori sehari
      3.      Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
      4.      Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari

2)      Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.

3)  Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4)  Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a. Pemberian golongan obat sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
b. Pemberian golongan obat Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a)    Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
-   Menghambat absorpsi karbohidrat
-   Menghambat glukoneogenesis di hati
-   Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b)   Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c)    Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
2. Insulin
a. Indikasi penggunaan insulin
a)     DM tipe I
b)    DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD dan
diperlukan dalam keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat badan yang disertai ketosis
3. Ketosidosis diabetik atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Stres berat (infeksi sistemik, operasi berat, IMA, stroke)
6. Kehamilan dengan DM
7. Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat
8. Kontraindikasi atau alergi

1.10 Konsep Keperawanan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat
melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara
sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji
status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan
intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan
dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut,  meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,


maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
4. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang
kepatuhan pada rencana manajemen diabetes
Kriteria Hasil Dan Intervensi
No Diagnosa Noc Nic
1 Kekurangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Cairan
volume cairan 2x24 jam kekurangan volume cairan dapat (4120)
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor status
dengan kegagalan Hidrasi (0602) hidrasi (membran
mekanisme Kode Indikator S. S.T mukosa lembab,
regulasi (00027) A denyut nadi adekuat
060201 Turgor kulit 2 5 dan tekanan darah)
060202 Membran mukosa 2 5
2. Monitor hasil
lembab
060221 Nadi cepat dan 2 5 laboratorium yang
lemah relevan denan retensi
060227 Peningkatan suhu 2 5 cairan (peningkatan
tubuh berat jenis,
Keterangan:
peningkatan BUN,
1 : Berat (mukosa bibir kering)
penurunan
2 : Cukup Berat (turgor kulit jelek)
hematokrit, dan
3 : Sedang (suhu 39 C)
peningkatan kadar
4 : Ringan (suhu tubuh 38 C)
osmolaritas urine
5 : Tidak ada (Suhu Normal36,5-37.5 ˚C,
3. Monitor tanda-tanda
turgor kulit <2 detik, membran mukosa vital
lembab, Nadi Normal 60-100x/menit) 4. Berikan terapi IV
seperti yang
ditentukan
5. Tingkatkan asupan
oral
6. Distribusikan asupan
cairan selama 24jam
7. Dukung pasien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
dengan baik
8. Monitor reaksi pasien
terhadap reaksi
elektrolityang
diresepkan
9. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda-tanda vital dan
gejala kelebihan
volume cairan
menetap atau
memburuk

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1) Manajemen


nutrisi kurang dari selama 2 X 24 jam klien dapat terpenuhi gangguan makanan
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisinya. (1030)
berhubungan Kriteria Hasil: a. Ajarkan dan dukung
dengan 1) Status nutrisi konsep nutrisi yang
mengabsorpsi Kode Indikator S. S.T baik dengan klien
nutrient A b. Mendiskusikan
10040 Asupan 3 5 dengan klien
1 gizi makanan yang
10040 Asupan 3 5
disukai
2 makanan
10040 Rasio 3 5 c. Monitor tanda-tanda
5 BB/TB fisiologis
Keterangan : d. Timbang BB secara
1 : Sangat menyimpang rutin
2 : Banyak menyimpang e. Batasi aktivitas fisik
3 : Cukup menyimpang 2). Monitor nutrisi
4 : Sedikit menyimpang a. Timbang berat
5 : Tidak menyimpang badan
b. Monitor turgor
kulit dan
mobilisasi
c. Monitor diet dan
asupan kalori
d. Monitor adanya
mual dan muntah
e. Tentukan pola
makan

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol infeksi (6540)


berhubungan selama 2x24 jam masalah risiko infeksi 1. alokasikan kesesuaian
dengan penyakit dapat teratasi dengan criteria hasil : luas ruang per pasien,
kronis Keparahan infeksi (0703) seperti yang
Kode Indikator S.A S.T diindikasikan oleh
07030 Kemerahan 3 5 pedoman pusat
1 pengendalian dan
07030 Cairan 3 5
pencegahan penyakit
3 (luka) yang
(CDC)
berbau
2. tempatkan isolasi
busuk
07033 Nyeri 3 5 sesuai tindakan
3 pencegahan yang sesuai
3. gunakan sabn
Keterangan: antimikroba untuk cuci
1= Berat (hitam) tangan yang sesuai
2= cukup berat (ada pus) 4. pastikan teknik
3= sedang (merah) perwatan luka yang tepat
4= ringan (merah muda) 5. berikan antibiotic
5= tidak ada (normal) yang sesuai

4 Risiko Manajemen hiperglikemi


ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (2120)

kadar glukosa selama 2x24 jam masalah risiko infeksi 1. Monitor kadar
darah (00179) dapat teratasi dengan criteria hasil : glukosa darah sesuai
Kadar glukosa darah (2300) indikasi
Kode Indikator S. S.T 2. Identifikasi
A kemungkinan penyebab
23000 Glukosa 3 5
hiperglikemi
1 darah
3. Instruksikan pada

Keterangan : pasien dan keluarga

1= deviasi berat dari kisaran normal (gda mengenai manajemen

400-500) diabetes selama periode


2= deviasi cukup besar dari kisaran normal sakit, termasuk
(gda 300-400) penggunaan insulin dan/
3= deviasi sedang dari kisaran normal (gda atau obat oral, monitor
200-300) asupan cairan,
4= deviasi ringan dari kisaran normal (gda penggantian karbohidrat,
150-200) dan kapan mencari
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal bantuan petugas
(gda 100-150) kesehatan, sesuai
kebutuhan
4. Berikan insulin sesuai
resep

5 Ketidakefektifan Pengecekan kulit (3590)


perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. monitor warna dan
perifer selama 2x24 jam masalah risiko infeksi suhu kulit
berhubungan dapat teratasi dengan criteria hasil : 2. gunakan alat
dengan diabetes Perfusi jaringan perifer (0407) pengkajian untuk
melitus (00204) Kode Indikator S.A S.T mengidentifikasi pasien
04072 Nekrosis 3 5 yang berisiko
9 mengalami kerusakan
04074 Mati rasa 3 5
kulit (mis, skala Braden)
1
04074 Kerusakan 3 5 3. Ajarkan anggota
6 kulit keluarga /pemberi
asuhan mengenai tanda-
Keterangan : tanda kerusakan kulit
1= deviasi berat dari kisaran normal (hitam dengan tepat
kering) 4. lakukan langkah-
2= deviasi cukup besar dari kisaran normal langkah untuk mencegah
(hitam basah) kerusakan lebih lanjut.
3= deviasi sedang dari kisaran normal 5. Dokumentasikan
(agak kehitaman) perubahan membrane
4= deviasi ringan dari kisaran normal (crt mukosa
>2detik)
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal
(warna kulit normal)
DAFTAR PUSTAKA

Barokah, Fathur Rizki. (2017). Skripsi.Hubungan Ulkus Diabetik Pada Penderita


Diabetes Melitus Dengan Citra Tubuh.STIKES de. Soebandi Jember.
Bulechek, Gloria, dkk. (2016). Nursing Intervensions Classifications (NIC). Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: TIM.
Moorhead, Sue, dkk. (2016). Nursing Outcomes Classifications (NOC). Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Nanda International. (2017). Nursing Diagnoses: Definition & Classifications 2015-
2017. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nurarif, H.A & Kusuma, H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda dan NIC-NOC.Yogyakarta : Medi Action
Suyono, S. 2005. Diabetes Melitus: Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam
Soegondo, S dkk. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Soegondo,dkk. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Trauma Abdomen
    LP Trauma Abdomen
    Dokumen20 halaman
    LP Trauma Abdomen
    Muhammad Farid Ariful Hadi
    Belum ada peringkat
  • LP Cos
    LP Cos
    Dokumen22 halaman
    LP Cos
    Muhammad Farid Ariful Hadi
    Belum ada peringkat
  • LP Apb
    LP Apb
    Dokumen13 halaman
    LP Apb
    Muhammad Farid Ariful Hadi
    Belum ada peringkat
  • LP Abses Hepar Fix
    LP Abses Hepar Fix
    Dokumen23 halaman
    LP Abses Hepar Fix
    Muhammad Farid Ariful Hadi
    Belum ada peringkat