Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE PARTUM BLEEDING (APB)

I. Perdarahan Antepartuma
1.1 Pengertian
Perdarahan antepartum (APB) adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
28 minggu yang sering digolongkan perdarahan pada trimester ketiga. Walaupun
perdarahan sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga akan tetapi tidak jarang juga
terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan
segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak
dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta
dari dinding uterus. Pada saat iu mulailah terjadi perdarahan (Ambar, 2012).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di
atas 24 minggu sampai kelahiran. Perdarahan pada kehamilan merupakan penyebab
utama kematian maternal dan perinatal, berkisar 35% (Amokrane, 2016).
Ada beberapa penyebab perdarahan selama kehamilan. Meskipun demikian,
banyak keadaan penyebab spesifiknya tidak diketahui. Pada kehamilan lanjut,
perdarahan pervaginam yang cukup banyak dapat terjadi akibat terlepasnya plasenta
dari dinding rahim (solusio plasenta), dan robeknya implantasi plasenta yang
menutupi sebagian atauseluruhnya dari jalan lahir (plasenta previa) (Amokrane,
2016).
I.2 Klasifikasi
1. Plasenta Plevia
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Macam-macam plasenta previa :
a. Plasenta previs totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan
plasenta
b. Plasenta previa parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir tertutup plasenta
c. Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada tepi
pembukaan jalan lahir
d. Plasenta letak rendah : plasenta terletak pada segmen bawah uterus terapi
tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
2. Solusio Plasenta
Solusia plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan diatas 22 minggu dan sebelum anak
lahir. Macam-macam solusio plasenta:
a. Solusio plasenta ringan
 Tanpa rasa sakit
 Perdarahan kurang 100cc
 Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
 Fibrinogen diatas 250mg%
b. Solusio plasenta sedang
 Bagian janin masih teraba
 Perdarahan antara 500-1000cc
 Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c. Solusio plasenta berat
 Abdomen nyeri palpasi janin sukar
 Janin telah meninggal
 Plasenta lepas atas 2/3 bagian
 Terjadi gangguan pembekuan
II. Etiologi
Perdarahan antepartum dapat bersumber dari:
1. Kelainan plasenta yaitu plasenta previa, solusio plasenta atau perdarahan
antepartum yang belum jelas sumbernya seperti insersio velamentosa, rupture
sinus marginalis dan plasenta sirkumvalata.
2. Bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya misalnya kelainan
serviks dan vagina (erosion porsionis uteri, polip serviks uteri, venises vulva
karsinoma peorsionis uteri) serta trauma.
Perdarahan obstetrik adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat
implantasi plasenta atau trauma saluran genetalia dan struktur sekitarnya. Perdarahan
dari tempat perlekatan plasenta diperkirakan sekitar 600 ml per menit darah mengalir
ke ruang antar vili yang membentuk kompartemen plasenta. Sehingga menyebabkan
aliran darah dari dan ke arteri atau vena menjadi terputus (Gant &Cunningham, 2016).
Penyebab langsung dari pelepasan plasenta karena pecahnya pembuluh
maternal pada desidua basalis yang terletak antar muka vili plasenta. Perdarahan dapat
juga terjadi pada fetoplasenta sehingga terjadi pengumpulan darah di rahim (Sheiner,
2017). Selain itu juga disebabkan oleh pemuluh darah di saluran reproduksi yang
robek di korpus uterus. Obat-obat oksitosik dan pemijatan uterus untuk merangsang
kontraksi miometrium tidak efektif untuk mengontrol perdarahan. Gangguan berat
pada mekanisme pembekuan darah sebagai konsekuensi dari kelainan obstetrik dapat
memperparah perdarahan obstetrik. Bardasarkan pengamatan bahwa abrupsio plasenta
dan kelainan lain pada kehamilan berkaitan dengan hipofibrinogenemia (koagulasi
intravaskular diseminata) (Gant &Cunningham, 2016).
III. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada plasenta previa :
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya.
2. Pasien yang sedang dengan perdarahan plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit
3. Pada uterus tidak terba keras dan tegang
4. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
letak bayi melintang sungsang

Manifestasi klinis solusio plasenta :

1. Perdarahan pervaginam warna kehitam-hitaman yang sedikit sekali


2. Tidak timbul rasa nyeri
3. Nyeri tegang uterus
4. DJJ sulit dinilai
5. Air ketuban berwarna kemerahan
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba
dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada
sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.
Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan
tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggukarena sejak saat itu
bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.Pada plasenta
previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna merah segar,
sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari
dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya
kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2017) Tanda dan gejala plasenta
previa antara lain :

1) Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester ke-3


2) Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
3) Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala
4) Perdarahan berwarna merah segaR
5)Letak janin abnormal
IV. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
1) Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan
ultrasonografi.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya
dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara
langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2017).
V. Penatalaksanaan
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus dianggap
penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penderita harus
dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan
yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.Syarat-syarat bisa
dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum matang, belum ada tanda-
tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa dipastikan janin masih
hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah
baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
memastikan tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin
bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari,
betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium
uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat
(Manuaba, 2016).
2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan janin.
Bentuk penanganan terapi aktif
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak
atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut

c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap


melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan (Manuaba, 2016).
VI. Pengkajian
1) Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
2) Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
3) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
a.Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti
seksio sasariacurettage yang berulang-ulang.
b.Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakitmenular seperti hepatitis.
c. Kemungkinan pernah mengalami abortus
Riwayat kesehatan sekarang
a.Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
b.Perdarahan tanpa rasa nyeri
c.Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
Riwayat kesehatan keluarga
a.Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
b.Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
c.Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
d.Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit
menular.
Riwayat kehamilan dan persalinan
a.Multigravida
b.Kemungkinan abortus
c.Kemungkinan pernah melakukan curettage
4) Pemeriksaan Umum
a. Suhu Tubuh
b. Tekanan darah
c. Pernafasan
d. Nadi
5) Pemeriksaan fisik
a. Kepala : seperti warna, keadaan dan kebersihan
b. Muka : biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
c. Mata : biasanya konjugtiva anemis
d. Thorak : biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
e. Abdomen
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
Palpasi :
a. Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah.
b. Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
c. Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih
goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
d. Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflek lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120-160x per
menit
f. Genetalia : biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
g. Ekstremitas : Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
6) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
VII. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik (D.0077)
2. Resiko hipovolemia berhubungan dengan pendarahan (D.0034)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pre op (D.0054)
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai dengan
mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga (D.0055)
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengidentifikasi
dengan agen pencederaan selama 3×24 jam masalah dapat karakteristik, durasi, lokasi, karakteristik,
fisik teratasi frekuensi, kualitas, intensitas durasi, frekuensi,
1. Nyeri yang dilaporkan nyeri kualitas, intensitas
2. Gerakan terbatas karena nyeri 2. Identifikasi skala nyeri nyeri
3. Kelemahan fisik dari 3. Identifikasi pengaruh nyeri 2. Mengidentifikasi
rangsangan nyeri pada kualitas hidup skala nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Mengidentifikasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengaruh nyeri pada
analgesik kualitas hidup
4. Memfasilitasi
istirahat dan tidur
5. Berkolaborasi
pemberian obat
analgesik
2. Resiko hipovolemik Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengobservasi
berhubungan dengan 3×24 jam masalah keperawatan dapat terjadinya shock hipovolemik tanda-tanda
pendarahan tertasi 2. Kaji tentang banyaknya terjadinya shock
1. Nadi dalam batas yang pendarahan hipovolemik
diharapkan 3. Observasi tanda-tanda vital 2. Mengkaji tentang
2. Irama jantung dalam batas 4. Observasi tanda-tanda banyaknya
yang diharapkan kekurangan cairan dan monitr
3. Irama pernafasan dalam batas perdarahan pendarahan
yang diharapkan 5. Jelaskan pada klien untuk 3. Mengobservasi
mempertahankan cairan yang tanda-tanda vital
masuk dengan banyak minum 4. Mengobservasi
tanda-tanda
kekurangan cairan
dan monitr
perdarahan
5. Menjelaskan pada
klien untuk
mempertahankan
cairan yang masuk
dengan banyak
minum

3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Melakukan TTV 1. Melakukan TTV
berhubungan dengan 3×24 jam masalah keperawatan dapat 2. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Mengidentifikasi
kelemahan tertasi keluhan lainnya adanya nyeri atau
1. Mengerti tujuan dari 3. Identifikasi toleransi fisik keluhan lainnya
peningkatan mobilitas melakukan pergerakan 3. Mengidentifikasi
2. Memverbalisasikan perasaan 4. Fasilitas kemandirian, bantu toleransi fisik
dalam meningkatkan kekuatan jika tidak mampu melakukan melakukan
dan kemampuan berpindah ADL pergerakan
3. Vital sign dalam batas normal 4. Memfasilitas
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan ADL
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Tentukan tingkat ansietas 1. Menentukan tingkat
dengan krisis situasional selama 3×24 jam masalah dapat klien dan sumber masalah. ansietas klien dan
teratasi Mendorong klien untuk sumber masalah.
1. Klien mampu mengidentifikasi mengungkapkan kebutuhan Mendorong klien
dan mengungkapkan gejala dan harapan yang tidak untuk
cemas terpenuhi. mengungkapkan
2. Vital sign dalam batas normal 2. Dorong keberadaan kebutuhan dan
3. Mengidentifikasi, partisipasi dari pasangan harapan yang tidak
mengungkapkan dan 3. Bantu klien dalam terpenuhi.
menunjukkan teknik mengidentifikasi mekanisme 2. Mendorong
mengontrol cemas koping yang lazim dan keberadaan
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, perkembangan strategi partisipasi dari
bahasa tubuh dan tingkat koping baru jika dibutuhkan pasangan
aktivitas menunjukkan 4. Mulai kontak dengan klien 3. Membantu klien
berkurangnya kecemasan dengan segera mungkin dalam
5. Berikan informasi yang mengidentifikasi
akurat tentang keadaan klien mekanisme koping
yang lazim dan
perkembangan
strategi koping baru
jika dibutuhkan
4. Memulai kontak
dengan klien dengan
segera mungkin
5. Memberikan
informasi yang
akurat tentang
keadaan klien
DAFTAR PUSTAKA

Amokrane, N., Allen, ERF., Waterfield, A., Datta, S. 2016. Antepartum


Haemorrhage.Published on 2016 by Elsevier Ltd.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ogrm.2015.11.009.

Gant, NF., Cunningham, FG. 2016. Dasar-Dasar Ginekologi dan Obstetrik. Jakarta: EGC.

Sheiner, Eyal. 2017. Bleeding During Pregnancy A Comprehensive Guide. New York:
Spinger. Sheiner, Eyal. 2017. Bleeding During Pregnancy A Comprehensive
Guide. New York: Spinger.

Manuaba, IBG., Manuaba, IAC., Manuaba, IBGF. 2016. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC.

Hanafi Wiknjosastro, 2017. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keprawatan,
Edisi1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan indikator diagnostik
keperawaratan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai