Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUALAPORAN PENDAHULUAN

CKD (Chronic Kidney Diseases)


A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD)atau gagal ginjal kronis suatu gangguan
pada ginjal (GGK) ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi
ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. (Aisara et al, 2018)
B. Etiologi
Penyebab kerusakan ginjal pada adalah multifaktorial dan
kerusakannya bersifat ireversibel. Penyebab GGK pada pasien hemodialisis
baru di Indonesia adalah glomerulopati primer 14%, nefropati diabetik 27%,
nefropati lupus/SLE 1%, penyakit ginjal hipertensi 34%, ginjal polikistik 1%,
nefropati asam urat 2%, nefropati obstruksi 8%, pielonefritis kronik/PNC 6%,
lain-lain 6%, dan tidak diketahui sebesar 1%. Penyebab terbanyak adalah
penyakit ginjal hipertensi dengan persentase 34 %.
Mekanisme dasar terjadinya GGK adalah adanya cedera jaringan.
Cedera sebagian jaringan ginjal tersebut menyebabkan pengurangan massa
ginjal, yang kemudian mengakibatkan terjadinya proses adaptasi berupa
hipertrofi pada jaringan ginjal normal yang masih tersisa dan hiperfiltrasi.
Namun proses adaptasi tersebut hanya berlangsung sementara, kemudian akan
berubah menjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Pada stadium dini GGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal, pada
keadaan dimana basal laju filtrasi glomerulus (LFG) masih normal atau malah
meningkat. Secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif. (Aisara et al, 2018)
C. Klasifikasi
1. Penurunan cadangan ginjal
a. Sekitar 40%-70% nefron tidak berfungsi
b. Laju filtrasi glomerulus 40%-50% normal
c. BUN dan kreatinin serum masih normal
d. Pasien asimto
2. Gagal ginjal
a. 75%-80% nefron tidak berfungsi
b. Laju filtrasi glomerulus 20%-40% normal
c. BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
d. Anemia ringan dan azotemia ringan
e. Nokturia dan poliuria
3. Gagal ginjal
a. Laju filtrasi glomerulus 10%-20% normal
b. Bun dan kreatinin serum meningkat
c. Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
d. Berat jenis urin 1,010
e. Poliuria dan nokturia
f. Gejala gagal ginjal mulai muncul
4. End-stage renal disease (ESRD)
a. Lebih dari 85% nefron tidak berfungsi
b. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10%
c. BUN dan kreatinin serum semakin tinggi
d. Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
e. Berat jenis urine tetap 1,010
f. Oliguri (Baradero, 2009)
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Manifestasi klinis
1. Hipervolumia akibat retensi natrium
2. Hipokalsemia dan hiperkalemia akibat ketidakseimbangan elektrolit
3. Azotemia akibat retensi zat ziza nitrogenus
4. Asidosis metabolik akibat kehilangan bikarbonat
5. Nyeri tulang serta otot dan fraktur yang disebabkan oleh
ketidakseimbangankalsium-fosfor dan ketidakseimbangan hormon
paratiroid yang ditimbulkan
6. Neuropati perifer akibat penumpukan zat toksik
7. Mulut kering, keadaan mudah lelah, dan mual akibat hiponatremia
8. Hipotensi akibat kekurangan natrium
9. Freakuensi jantung yang irreguler akibat hiperkalemia
10. Hipertensi akibat kelebihan cairan
11. Luka pada gusi dan perdarahan akibat koagulopati
12. Kulit kering dan bersisik akibat uremicfrost
G. Diagnosa pembanding
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan

H. Pemeriksaan penunjang
1. Radiograf atau ultrasound untuk memerlihatkan ukuran ginjal
2. Biopsi renal untuk mengetahui penyakit yang melatari
3. Pemeriksaan BUN, kreatinin, kalium, natrium, dan GFR
4. Pemeriksaan DL : nilai hematokrit, hemoglobin, ph plasma darah, kadar
bikarbonat
5. Hiperglikemia (tanda kerusakan metabolisme karbohidrat)
6. Hipertrigliseridemia dan kadar high density lipoprotein rendah
7. Pemeriksaan, SaO2, SaCO2, PO2, PCO2
8. Hasil pemeriksaan urin : berat jenis urin tetap 1,010, proteinuria,
glikosuria. (Corwin, 2009; Mayer et al, 2014)
I. Penatalaksanaan
1. Obat-obat golongan loop diuretics seperti furosemid (lasix) untuk
mempertahankan keseimbangan cairan
2. Obat-obat golongan glikosid kardiak, seperti digoksin untuk memobilitasi
cairan yang menyebabkan edema
3. Kalsium karbonat (caltrate) atau kalsium asetat (phoslo) untuk mengatasi
osteoditrofi renal dengan ikatan fosfat dan suplementasi kalsium
4. Obat obat antihipertensi untuk mengontrol tekan darah dan edema
5. Obat-obat antiemetik untuk mengontrol gejala mual dan muntah
6. Famotidin (pepcid) atau ranitidin (zantac) untuk mengurangi iritasi
lambung
7. Metilselulose (dokusat) untuk mencegah konstipasi
8. Suplemen besi dan folat atau transfusi darah untuk mengatasi anemia
9. Pemberian eritropeitin sintetis untuk menstimulasi susmsum tulang agar
memproduksi sel darah merah, suplemen zat besi, preparat estrogen, dab
desnopresin untuk mengatasi efek hematologi
10. Obat-obatan antipruritus seoerti trimeprazin (Temaril)atau difenhidramin
(benadryl), untuk mengatasi rasa gatal
11. Gel alumunium hidroksida untuk mengatasi kadar fosfat serum
12. Dialisis untuk mengatasi hiperkalemia dan ketidakseimbangan cairan
13. Pemberian secara penyuntikan IV kalsium glukonat, natrium bikarbonat,
D50%, dan reguler insulin untuk membalikkan keadaan hiperkalemia
14. Dialisis intesif dan torakosentesis untuk mengurangi edema paru dan efusi
pleura
15. Dialisis peritoneal atau hemodialisis untuk membatu penyakit ginjal
terminal
16. Tranplantasi ginjal (pilihan alternatif apabila tersedia donor ginjal)
J. Komplikasi
1. Anemia
2. Neuropati perifer
3. Komplikasi kardiopulmonari
4. Komplikasi GI
5. Difungsi seksual
6. Defek skeletal
7. Parestesia
8. Disfungsi saraf mtotrik, ex : foot drop dan pralisis flasid
9. Fraktur patologis
Proses keperawatan
1 Pengkajian
a. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusiadiantara 30 tahun, namun ada juga
yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian
CKD.Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama
dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak
sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
d. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidakseimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu.
e. Pengkajian fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaranpasien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,
nadimeningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir
karenakekurangannutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan.
f. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotorantelinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung,mulut bau
ureum,bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah
kotor.
g. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
h. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
i. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
j. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasidini, impotensi,
terdapatulkus.
k. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
l. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
2. Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
Definisi : peningkatan asupan atau retensi cairan.
b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehiupansehari hari
yang harus atau yang ingin diolakukan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan polatidur tidak menyehatkan
Definisi : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor
eksternal.
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
NOC NIC
1. Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Managemen nyeri (1400)
ketidak mampuan fisik-psikososial 2x 24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan 1. Observasi tanda – tanda vital;
kronis (metastase kanker, injuri kriteria hasil: 2. Ajarkan tehnik nafas dalam;
neurologis, artritis). (00133) 3. Berikan kompres di daerah yang
Kontrol Nyeri (2102) diperlukan;
Kode Indikator ST 4. Berikan informasi mengenai
210201 Nyeri yang di 5 penyebab nyeri;
laporkan 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
210206 Ekspresi nyeri 1 pemberian obat.
wajah

1 : Berat ( 9-10 )
2 : Cukup Berat ( 7-8 )
3 : Sedang ( 5-6 )
4 : Ringan ( 3-4 )
5 : Tidak Ada ( 1-2 )
2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Managemen jalan nafas (3140)
2x 24 jam Pasien tidak mengalami sesak, 1. Observasi tanda – tanda vital;
berhubungan dengan edema paaru
dengan kriteria hasil: 2. Ajarkan batuk efektif;
menghambat ekspansi paru(00032) 3. Anjurkan posisi semifowler;
Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas 4. Berikan oksigenasi sesuai
(0410) kebutuhan;
Kode Indikator ST 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
041004 Frekuensi 1 pemberian obat.
pernafasan
041013 Pernafasan cuping 1
hidung

1 = Deviasi berat
2 = Deviasi cukup berat
3 = Deviasi sedang
4 = Deviasi ringan
5 = Tidak ada deviasi

3. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Managemen cairan (4120)
2x 24 jam Pasien tidak mengalami edema, 1. Observasi tanda – tanda vital;
berhubungan dengan gangguan
dengan kriteria hasil: 2. Observasi intake dan output
mekanisme regulasi (00026) cairan;
Keseimbangan Cairan (0601) 3. Berikan diuretik sesuai
Kode Indikator ST instruksi;
060101 Tekanan darah 1 4. Kaji luas dan lokasi edema;
060116 Turgor kulit 1 5. Kolaborasi dengan tim medis
060112 Edema perifer 1 dalam pemberian obat.

Tekanan Darah
1 = Tidak Terganggu (sistol : 100-120, diastol :
70-90)
2 = Sedikit Terganggu (sistol : 130-140, diastol :
100-110)
3 = Cukup Terganggu (sistol : 150-160, diastol :
120-130)
4 = Banyak Terganggu (sistol : 160-170,
diastol : 140-150)
5= Sangat Terganggu (sistol : 180-190, diastol :
160-170)

Edema Perifer
1 = Tidak Ada (< 2 detik)
2 = Ringan (Kedalaman 1-3mm dengan waktu 3
detik)
3 = Sedang (Kedalaman 3-5mm dengan waktu 5
detik)
4 = Cukup Berat (Kedalaman 5-7mm dengan
waktu 7 detik )
5= Berat (Kedalaman > 7mm dengan waktu >7
detik)
DAFTAR PUSTAKA

Aisara et al. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas : 7(1).
(http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/778/634)
diaskes pada 23 November 2019.
Baradero, Mary. 20019. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Hal, 124-126.
(https://books.google.co.id/books?
id=i9mAClWMwKIC&printsec=frontcover&dq=manifestasi+klinis+ga
gal+ginjal+kronik&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiVqc6gyoDmAhXsxT
gGHS26BroQ6AEIMzAC#v=onepage&q=manifestasi%20klinis
%20gagal%20ginjal%20kronik&f=false) diakses 23 November 2019
Bulechek, Gloria, et al. 2013. Nursing Interventions Classification.
ELSEVIERCorwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku: Patofisiologi, Ed. 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakata. Hal, 729-731
Heardman, T. & Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Penetbit Buku Kedokteran EGC:
JakartaMayer , et al. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta. Hal, 563-565
Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcome Classification. ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai