Anda di halaman 1dari 23

KASUS SEMINAR

GADAR
“GGK”
DI SUSUN OLEH :

1. MARIA I. SURIATY
2. NUR WAHIDAH
3. SESILIA G. HAMBUR
4. MEDIATRIK TECIN
5. STANSIANA N. ALING
6. YONANSIUS SON AKRY
7. RONALDUS AMBAK
A. PENGERTIAN

Menurut Tjokroprawiro (2015), gagal ginjal kronis (GGK)

merupakan sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal secara

menetap akibat keruskan nefron. Proses penurunan fungsi ginjal

berjalan secara kronis dan progresif sehingga pada akhirnya akan

terjadi gagal ginjal terminal (GGT) atau End State Renal Disease

(ESRD). Depkes (2017) Gagal ginjal kronis (GGK) adalah penurunan

progresif fungsi ginjal atau kerusakan ginjal dalam beberapa bulan

atau tahun.
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan

inversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolism dan keseimbangan cairan serta elektrolit yang mengakibatkan

uremia atau azotemia (Trisa Siregar,2020)

Dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik adalah keadaan

dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-

lahan disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat

progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali.


B. ETIOLOGI

Etiologi GGK mungkin disebabkan oleh kelainan ginjal primer atau sebagai

komplikasi dari gangguan multisystem yang berhubungan dengan penyakit penyerta,

seperti diabetes yang saat ini menjadi penyebab utama GGK diseluruh dunia (Arnold

et al,2016).

Etiologi penyakit ginjal terutama disebabkan oleh penyait kronik

glomerulonephritis diikuti oleh nefropati iskemik, penyakit polikistik ginjal dan

lupus nepritis (Doscas, et al,2017). Menurut Habib et al(2017), etiologi gagal ginjal

kronik pada pasien dianalisis yaitu hipertensi dengan diabetes mellitus menempati

urutan teratas, diikuti oleh hipertensi, diabetes mellitus dengan penyakit arteri

coroner.
C. MANIFESTASI KLINIS

* Menurut gejala klinis :


1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga 25% dari

normal.

2. Rumus perhitungan GFR :

3. GFR for male : (140-age) x wt (kg) / (72x serum creatinine)

GFR for female : GFR (females) = GFR (males)x 0.85

4. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan nokturia, GFR 10% hingga

25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksia, mual

muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis,

kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum

kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan penunjang pada sistem ginjal menurut (Priscilla LeMone, 2016) yaitu :

2. Hemoglobin Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa kadar protein yang ada di dalam sel

darah merah. Nilai normalnya : untuk pria 14-18 g/dl, dan untuk perempuan 12-16 g/dl.

3. Albumin Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa fungsi organ ginjal. Nilai normalnya :

3,4-5,4 g/dl.

4. Nitrogen Urea Darah (BUN) Pemeriksaan darah ini mengukur urea. Nilai normalnya : 5-25 mg/dl.

5. Kreatinin (Serum) Pemeriksaan darah ini digunakan untuk mendiagnosis disfungsi ginjal. Kreatinin

adalah sisa pemecahan otot yang diekskresikan oleh ginjal. Perbandingan nilai normal BUN/kreatinin

yaitu 10:1. Nilai normal : serum 0,5-1,5 mg/dl.

6. Klirens Kreatinin Pemeriksaan urine 24 jam untuk mengidentifikasi disfungsi ginjal dan memonitor

fungsi ginjal. Nilai normal : 85-135/menit.

7. Sistasin C Pemeriksaan darah ini dapat digunakan untuk alternatif pemeriksaan kreatinin guna

melakukan skrining dan memonitor ginjal


E. KOMPLIKASI

* Menurut (Isroin, 2016), komplikasi Gagal Ginjal Kronik terdiri dari :


1. Hiperkalemi Terjadi karena adanya penurunan katabolisme, ekskresi, asidosis

metabolik serta masukan diit yang berlebihan.

2. Perikarditis Terjadi karena adanya efusi pericarditis serta tamponade jantung yang

mengakibatkan retensi produksi sampah uremik serta dialysis tidak adekuat.

3. Hipertensi Terjadi karena adanya retensi cairan dalam natrium dan malfungsi sistem

renin angiotensin, serta aldosteron.

4. Anemia Terjadi karena adanya penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah, hingga perdarahan gastrointestinal akibat dari iritasi.

5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic yang disebabkan oleh retensi fosfat kadar

kalium serum yang rendah


Komplikasi neurologis sangat umum terjadi pada GGK. Cedera
dapat terjadi di semua tingkat system saraf termasuk gangguan system
saraf puast (SSP) seperti stroke, disfungsi kognitif, dan ensefalopati,
hingga kondisi system saraf parifer (PNS) seperti neuropati otonom dan
parifer.adanya komplikasi tersebut berdampak signifikan terhadap
morbiditas dan mortalitas pasien. Dengan demikian, manajemen klinis
komplikasi neurologis pada GGK membutuhkan pemahaman tentang
penyebab gangguan fisiologis dan patologis (Arnold et al,2016).

Komplikasi kardiovaskular di beberapa negara pada GGK


menunjukan bahwa komplikasi tersebut tersebut ada bebrapa diantaranya
yaitu yaitu penyakit jantun, patologi coroner, dan hipertensi Arteri
(Diakite et al,2020).
* Penatalaksanaan Keperawatan
1. Optimalkan dan pertahankan keseimbangan cairan serta garam Pada beberapa pasien,
pemberian furosemid dalam dosis besar (250- 1000mg/hari) atau diuretik loop diperlukan
guna mencegah terjadinya kelebihan cairan. Sedangkan untuk pasien yang lain mungkin
membutuhkan suplemen natrium klorida dan natrium bikarbonat oral.

2. Diet tinggi kalori dan rendah protein

3. Diet dengan tinggi kalori dan rendah protein (20-40 gr/hari) mampu mengatasi gejala
nausea, anoreksia serta uremia. Dengan menghindari masakan berlebih dari kalium dan
garam.

4. Kontrol hipertensi Pada pasien penderita penyakit ginjal disertai hipertensi,


keseimbangan garam serta cairan diatur sendiri tanpa adanya ketergantungan pada tekanan
darah.
5. Kontrol keseimbangan cairan elektrolit Untuk mencegah terjadinya
hiperkalemia, hindari masukan diuretik hemat kalium, kalium yang
besar, serta obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi kalium.

6. Deteksi dini serta terapi infeksi Pada pasien uremia harus di terapi
lebih ketat sebagai pasien imonosupuratif.

7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal

8. Berbagai macam obat-obatan harus diturunkan dosisnya karena


metabolik toksik pada ginjal misalnya, analgesic opiate. Dialisis
biasanya digunakan pada gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas,
meski telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY.A DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIK DI IGD RUMAH SAKIT
BEN BOI RUTENG
DATA SENJANG ANTARA TEORI DENGAN KASUS
BESERTA ANALISANYA

Pada tahap pengkajian kasus, kami menemukan data


subjektif dan data Objektif seperti:
*Data Subjektif
1. Ibu klien mengatakan seluruh badan anaknya
membengkak sejak satu minggu
2. Ibu klien mengtakan selera makan klien berkurang
3.Ibu klien mengatakan cemas dengan keadaan klien
4.Klien mengatakan nyerinuluh hati
* Data Objektif
1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak meringis
3. Kedua Kaki klien tampak bengkak
4. Muka klien tampak sembab
5. Muka klien tampak pucat
6. Piting edem (+)
7. Anemis (-)
8. TTV :
TD : 120/70mmHg
S : 36,5℃
N : 120x/menit
SPO2 : 95%
RR : 20x/menit
Berdasarkan teori dan praktek klinik, didapatkan adanya
kesenjangan karena tidak semua masalah yang terdapat dalam teori
ditemukan pada praktek. Pada pengkajian klien dengan gagal ginjal
kronik sesuai dengan teori ditemukan adanya dyspnea, anoreksia
dan diare, tetapi pada pengkajian kasus tidak terdapat dyspnea,
anoreksia dan diare, hanya nyeri ulu hati, nyeri perut, kurang lebih
demam.
Berdasar kanteori dan praktik dirumah sakit terdapat adanya kesenjangan dimana
pada kasus ditemukan 2 diagnosa yang sama dengan teori yaitu:

1. Hipervolemia b/d kelebihan asupan cairan dibuktikan dengan edema anasarka

Kami mengangkat diagnose ini berdasarkan data objektif dan data


subjektif yaiu: klien mengatakan bengkak seluruh badan sejak 1 minggu, muka
sembab,perut tampak dispense(lingkar perut 93cm)

2. Intoleransi aktivitas b/d kememahan dibuktikan dnegan merasa lemah

Kami mengangkat diagnosa ini berdasarkan data objektif dan subjektif


yaitu : klien mengatakan lemah, sesak nafas,dia menggunakan alat bantu nafas
berupa oksigen via nasal kanul.
Intervensi yang kami terapkan pada klien dengan diagnose keperawatan yaitu:
* Diagnose pertama
Hipervolemia berhubungan dengan b/d kelebihan asupan cairan di buktikann
dengan edema anasarka, dengan intervensi tindakan manajemen hipervolemia

1. Observasi tanda dan gejala hipervolemia


2.Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor efek samping diuretic
6. Batasi asupan cairan dan garam
7. Anjurkan melapor jika haluan urine ,0,5mL/kg/jam dalam 6 jam
8. Kolaborasi pemberian uretic
9. Kolaborasi pergantian kehilangan kalium akibat diuretic
10Kolaborasi pemberian continuous renal therapy (CRRT) jika perlu
* Diagnose 2

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan dibuktikan dengan merasa lemah

1. Identifikasi gangguan funsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik dan emosional

3. Monitor pola tidur dan jam tidur

4. Monitor lokasidan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

5. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif

7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tijur, jika dapat berpindah atau berjalan

9.Anjurkan tirah baring

10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

11. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
* Diagnose 3
• Risiko deficit nutrisi b/d status nutrisi
• Observasi Identifikasi status nutrisi
• Identfikasi dan toleransi makanan
• Identifikasi makanan yang di sukai
• Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• Identifikasi perlnya penggunaan selang nasogastric
• Monitor asupan makanan
• Monitor berat badan
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
• Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika perlu Hentikan pemberian
makana melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang diprogramkan
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan,jika perlu
* Diagnose 4
• Risiko ketidakseimbangan cairan b/d keseimbangan cairan
• Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit
tekanan darah)
• Monitor berat badan harian
• Monitor berat badan sebelumdan sesudah dialysis
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis, MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia)
• Catat intake-output dan hidung balans cairan 24 jam
• Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
• Berikan cairan intravena, jika perlu
• Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
* IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN

Pada tahap implementasi/pelaksanaan merupakan


pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang
telah disusun. Pada tahap pelaksanaan ini kami melaksanakan
berbagai tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam hal ini tidak semua tindakan dilakukan sesauai teori
tetapi lebih mengarah dan disesuaikan dengan kebutuhan
serta melibatkan klien dan keluarga dengan demikian
mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan
* EVALUAI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses asuhan
keperawatan, dimana pada tahap ini kami melakukan evaluasi
pada klien dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
dalam diagnose keperawatan yang telah diangkat. Dan ini
dilakukan dengan memperhatikan respond an perubahan-
perubahan terjadi pada klien.
Dari evaluasi yang didapatkan pada Ny.A di IGD Rumah
Sakit Ben Boi Ruteng belum semua masalah dapat teratasi.
Dalam mengevaluasi hasil perawatan pada masalah-masalah yang
ada, maka kami melakukan sesai dengan waktu yaitu 2 hari dan
kami melalukan evaluasi 2 hari saat jam dinas/shift untuk setiap
diagnose dalam hal ini untuk mempermudah kami mengevaluasi
maka di buat catatan perkembangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai