Anda di halaman 1dari 56

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Fraktur
A. Defenisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C.
dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain
menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena
kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi
mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut
Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah
periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey,
yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal
sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang
disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri
atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian.Lapisan melingkar dari matriks
tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae
(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli.Tiap sistem kelihatan seperti
lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan
di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui
Kanal Volkman.Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang

1
dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang
merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae
(batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga
disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk
sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow
merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan
bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses
fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru.
Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah
sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun
yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut
matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral,
dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,
oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain
itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang
menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 –
400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan
Ignatavicius, Donna. D,1995).
2. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam
lima kelompok berdasarkan bentuknya :
1).Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan
oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang

2
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular).
Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi,
dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan
testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama
dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang
panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis
berisi sumsum tulang.
2) Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3).Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
4).Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5).Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella (kap lutut).

Gambar 1 Anatomi tulang femur

2.Fungsi Tulang
a. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
b. Tempat melekatnya otot.
c. Melindungi organ penting.
d. Tempat pembuatan sel darah.
e. Tempat penyimpanan garam mineral.

3
(Ignatavicius, Donna D, 1993)
3. Jenis-jenis Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi.
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2). Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma.
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasijuga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.

4
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulangyang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).
f. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
g. Fraktur Patologis fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang,
biasanya karena osteoporosis, tumor, TB tulang.
C. Etiologi
Penyebab fraktur menurut Wahid (2013) antara lain :
1. Kekerasan langsung menyebab kan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.

5
2. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dan
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah jalur
hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan otot tarikan sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan kombiasi dari ketiganya, dan penarikan.
4. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh
melelehnya strutur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat
disebabkan oleh kurangnya nutrisi seperti vitamin d, kalsium, fosfor dan ferum.
Faktor lain yang menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses
penyembuhan yang lambat pada penyembuhan yang lambat pada penyembuhan
fraktur atau terjadi akibat kepanasan.
D. Patofisiologi
Insufiensi pembuluh darah atau peningkatan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas
dan mengakibatkan kerusakan saraf ekstremitas saraf perifer. Bila tidak terkontrol,
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi dara total
dapat berakibat anoreksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf
maupun jaringan otot. (Brunner, 2013).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya

6
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.

7
E. WOC Fraktur Femur

8
F. Manifestasi Klinis
1. Deformitas
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien fraktur pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. X ray yang fungsinya menentukan lokasi / luas fraktur
2. Scan tulang memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
3. Arteogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
4. Hitung darah lengkap : untuk mengetahui mungkin hemokonsentrasi mungkin
meningkat, menurun pada perdarahan, peningkat leukosit sebagai respon terhadap
peradangan.
5. Kretinin : trauma otot meningkat beban kretinin untuk Pasien ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,transfusi atau
cedera hati (Nurafif , 2015).
H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

9
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan
tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union

10
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

I. Penatalaksanaan Medik
1. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 68 jam (golden period). Kuman
belum terlalu jauh meresap dilakukan:
a. Pembersihan luka
b. Exici
c. Hecting situasi
d. Antibiotik
2. Seluruh Fraktur
1) Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi

11
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasfanatomis
(brunner, 2001).
a) Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk
mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur,
namun prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter melakukan
reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak
kehilaugan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan.
Pada kebanyakan kasus, roduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera
sudah mulai mengalami penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk
menjalani prosedur; harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan
analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anastesia.
Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan lembut untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut
b) Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips,
biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga
reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x
harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam
kesejajaran yang benar.
c) Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imoblisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi. Sinar-x digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan
aproksimasi fragmen tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat

12
pembentukan kalus pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang
gips atau bidai untuk melanjutkan imobilisasi.
d) Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi
terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi
tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut menjaga
aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
3) Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi,
fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan
dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator
eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4) Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan
imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis.
pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli
bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai
pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri,
termasuk analgetika). Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi
dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian

13
fungsi dan harga-diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula
diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna
memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli bedah yang memperkirakan
stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya gerakan dan stres pada
ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas dan beban
berat badan.
5) Proses Penyembuhan Tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
a) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
b) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang
telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus
masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
c) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai

14
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih
padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu
setelah fraktur menyatu.
d) Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celahcelah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
e) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terusmenerus. Lamellae yang lebih
tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Teori


Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
a.Pengumpulan Data

15
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh
rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

16
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme

17
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
2) eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.
Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan
Istirahat
3) Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat
4) mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur,
dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E,
2002).
5) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
Donna D, 1995).

18
6) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan
8) aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
9) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).
10) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
11) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping
h) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan

19
pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan
total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya
memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
1) Gambaran Umum
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya
akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan
baik fungsi maupun bentuk.
2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik,
simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata

20
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris.

j) Paru
(1) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
(2) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(3) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(4) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
k) Jantung
a. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b. Palpasi

21
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l) Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d. Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu
Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah:
1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
bekas operasi).
(b) Cape au lait spot (birth mark).
(c) Fistulae.
(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.

22
(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal).
(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa
2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik
pemeriksa maupun klien. Yang perlu dicatat adalah:
a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
Capillary refill time Normal 3 - 5 detik
b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
3) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang
terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat
benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan
ukurannya.
4) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri
pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat
mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah

23
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran
metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan
aktif dan pasif (Reksoprodjo, Soelarto, 1995) .
3)Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka
diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu
disadari bahwa permintaan xray harus atas dasar indikasi kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray:
(1) Bayangan jaringan lunak.
(2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga
rotasi.
(3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
(4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti:
(1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur
yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini
ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada
satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

24
(2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami
kerusakan akibat trauma.
(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak
karena ruda paksa.
(4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang
yang rusak.
b) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
(2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
(3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDA
spartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain

(1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan


mikroorganisme penyebab infeksi.
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
(3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
(5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi
pada tulang.
(6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

25
(Ignatavicius, Donna D, 1995)

26
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,
edema, pembentukan trombus)
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
5. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

27
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL ( SMART )
1 Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Pencedera Fisik keperawatan selama 3 X 24 1. Observasi
jam,diharapakan tingkat nyeri
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun dan control nyeri
meningkat dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
1) Tidak mengeluh nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
2) Tidak Meringis
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
3) Tidak bersikap Protektif
4) Tidak mengalami kesulitan 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
tidur nyeri
5) Frekuensi nadi membaik
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Tekanan darah membaik
7) Melaporkan 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
8) Nyeri terkontrol 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
9) Kemampuan menggunakan 8) Monitor ikeberhasilan terapi komplementer yang sudah
teknik nonfarmakologi
meningkat diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

28
rasa nyeri
2) Control lingkungan yang memperverat rasa nyeri
3) Fasilitasi istrhjat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode , dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk me ngurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

2 Risiko disfungsi Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi Perifer


neurovaskuler keperawatan selama … X 24 1. Observasi
jam,diharapakan Neurovaskuler
perifer b/d 1) Identifikasi penyebab perubahan sensasi
meningkat dengan kriteria hasil:
penurunan aliran 1. Nadi membaik 2) Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis,
darah (cedera

29
vaskuler 2. Suhu tubuh membaik sepatu dan pakayan
3. Warna kulit 3) Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
4. Sirkulasi arteri 4) Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
5. Sirkulasi Vena menurun 5) Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan
6. Nyeri menurun tekstur benda
6) Monitor terjadinya parestesia jika perlu
7) Monitor perubahan kulit
8) Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli
vena
2. Terapeutik
1) Hindari pemakaian benda- benda yang berlebihan
suhunya ( Terlalu panas atau dingin )
3. Edukasi
1) Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji
suhu air
2) Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat
memasak
3) Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit
rendah

30
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik jkika perlu
2) Kolaborasi pemberian kortikosteroid jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan . 0005
pertukaran gas b/d keperawatan 3 x 24 jam Pemantauan Respirasi
perubahan aliran diharapkan karbondioksida pada 1. Observasi
darah membrane alveolus – kapiler 1) Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
dalam batas normal dengan 2) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan uapaya
criteria hasil : nafas
1. Tingkat kesadaran meningkat 3) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
2. Pc02 membaik 2. Terapeutik
3. P02 Membaik 1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
3. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Terapi Oksigen
1. Observasi
1) Monitor kecepatan aliran oksigen

31
2) Monitor posisi alat terapi oksigen
3) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4) Monitor integritas Mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
2. Terpeutik
1) Bersihkan secret pada mulut , hidung dan trakea
jika perlu
2) Pertahankan kepatenan jalan nafas
3) Berikan oksigen jika perlu
4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulansi
fisik b/d kerusakan keperawatan 3 x 24 jam 1. Observasi
rangka diharapkan mobilitas fisik 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
neuromuskuler meningkat dengan criteria hasil : 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
1. Pergerakan ekstermitas 3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
2. Kekuatan otot menurun sebelum memulai ambulansi
3. Nyeri menurun 4) Monitor kondisi umum selama melakukan
4. Kaku sendi menurun ambulansi
5. Gerakan terbatas menurun 2. Terapeutik
6. Kelemahan fisik menurun 1) Fasilitas aktifitas ambulansi dengan alat bantu

32
( Mis tongkat, kruk )
2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik jika perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulansi
3. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi
2) Anjurkan melakukan ambulansi dini \
3) Anjurkan ambulansi sederhana yang harus
dilakukan
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
kulit b/d fraktur keperawatan 3 x 24 jam 1. Observasi
terbuka diharapkan integritas kulit dan 1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
jaringan meningkat dengan 2. Terapeutik
criteria hasil : 1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
1. Elastisitas meningkat 2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang , jika
2. Hidrasi meningkat perlu
3. Kerusakan lapisan kulit 3) Bersihkan parineal dengan air hhangat terutama
menurun selama periode diare
4. Perdarahan menurun 4) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak

33
5. Nyeri menurun pada kulit kering
6. Hematoma menurun 5) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit
kering
3. Edukasi
1) Anjurkan menggunkan pelembab
2) Anjurkan minum air yang cukup
3) Anjurkan meningkatkan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan buah dan sayur
5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
6) Anjurkan menggunakan tabir surya minimal 30 saat
berada diluar rumah
7) Anjurkan mandi dan menggunakan air secukupnya .
6 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan 6. Observasi:
ketidakadekuatan keperawatan 3 x 24 jam 1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
pertahanan primer diharapkan glukosa derajat terapeutik
(kerusakan kulit infeksi menurun dengan criteria 2) Batasi jumlah pengunjung
hasil : 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
1. Demam menurun pasien dan lingkungan pasien
2. Kemerahan menurun 4) Pertahankan teknik aseptik

34
3. Nyeri menurun 7. Edukasi
4. Bengkak menurun 1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Kadar sel darah putih 2) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
menurun 3) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

8. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu .
7 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 1. Observasi
kurang terpapar diharapkan tingkat pengetahuan 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi membaik dengan criteria hasil : informasi
1. Perilaku sesuai anjuran 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapt meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
2. Kemampuan menjelaskan 2. Terapeutik
pengetahuan suatu topic 1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
meningkat 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Pertanyaan tentang masalah

35
yang dihadapi menurun 3) Berikan kesemptan untuk bertanya
4. Persepsi yang keliru terhadap 3. Edukasi
masalah menurun 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
5. Menjalani pemeriksaan yang kesehatan
tidak tepat meningkat 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
6. Perilaku meningkat 3) Ajarkan strategi yang dapt digunkan untuk
meningkatkab perilaku hidup bersih dan sehat

36
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa :Pudensiana Murni


NIM :22203018
Tanggal Pengkajian :
Tanggal Praktek :
1. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA :
A. Identitas/Data Biografis Klien
1. Nama :Ny. N.N
2. Tempat/Tgl lahir : 01 januari1936/70 tahun
3. Jenis Kelamin :perempuan
4. Status Perkawinan :sudah
5. Agama :hindu
6. Suku :bali
B. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
1. Pekerjaan Sebelumnya :petani
2. Sumber Pendapatan :-
3. Kecukupan pendapatan :tidak cukup
C. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Kebersihan dan Kerpaihan Ruangan :bersih dan rapi
2. Penerangan :cukup
3. Sirkulasi Udara :bagus
4. Keadaan kamar mandi dan WC :baik
5. Pembuangan air kotor :baik
6. Sumber air minum :baik
7. Pembuangan Sampah :baik
8. Sumber pencemaran :tidak ada
9. Privasi :tidak terjaga
10. Risiko injuri :ada
D. Riwayat Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :pasien mengatakan nyeri pada kaki
kiri dan tangan kanan dikarenakan fraktur
b. Gejala yang dirasakan :nyeri di tangan dan dikaki
c. Faktor pencetus :jatuh dari tempat tidur
d. Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( )
e. Upaya mengatasi : teknik relaksasi
f. Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat :
g. Mengkomsumsi obat-oabatan sendiri atau obat tradisional :
h. Lain-lain :
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah diderita :
b. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu, dll) :

37
c. Riwayat kecelakaan :tidak ada
d. Riwayat pernah rawat di RS :tidak ada
e. Riwayat pemakaian obat :tidak ada
E. Pola Fungsional
1. Persepsi Kesehatan dan pola manajemen kesehatan kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan, misalnya merokok, minuman keras, ketergantungan
terhadap obat (jenis/ frekuensi/ jumlah/ lama pakai) :tidak ada
2. Nutrisi metabolik frekuensi makanan, nafsu makan, jenis makanan, makanan yang
tidak disukai, alergi terhadap makanan, pantangan makanan, keluhan yang
berhubunga dengan makan :tidak ada riwayat alergi dan tidak ada diet khusus
3. Eliminasi
BAK : frekuensi dan waktu, kebiasaan BAK pada malam hari, keluhan yang
berhubungan dengan BAK:tidak
BAB : frekuensi dan waktu, konsistensi, keluhan yang berhubungan dengan BAB,
pengalaman pemakai pencahar :tidak adah keluhan atau pemakai pencahar
4. Aktifitas pola latihan
Rutinitas mandi, kebersihan sehari-hari, aktifitas sehari-hari, apakah ada masalah
dengan aktifitas, kemampuan kemandirian :pasien dibantu penuh oleh perawat
5. Pola istrahat dan tidur
Lama tidur malam, tidur siang, keluhan yang berhubungan dengan tidur :normal
6. Pola kognitif persepsi, masalah dengan penglihatan (normal, terganggu ka/ki,
kabur, pakai kaca mata. Masalah pendengaran normal,terganggu (ka/ki) memakai
alat bantu dengar, tuli (ka/ki) dsb. Kesulitan membuat keputusan :tidak ada
gangguan pada mata,pada telinga dan tidak ada kesulitan dalam mengambil
keputusan
7. Persepsi diri
Pola konsep diri bagaimana klien memandang dirinya (persepsi diri sebagai
lansia), bagaimana persepsi klien tentang orang lain mengenai dirinya :pasien
bersyukur karena masih diberi nafas kehidupan
8. Pola peran-hubungan peran ikatan, kepuasan, pekerjaan/ sosial/hubungan
perkawinan :pasien sudah menikah
9. Sexualitas riwayat reproduksi, kepuasan seksual, masalah :baik
10. Koping-pola toleransi stres, apa yang menyebabkan stres pada lansia, bagaimana
penanganan terhadap masalah :pasien mengatakan stress karena suaminya
meninggal
11. Nilai-pola keyakinan sesuatu yang bernilai dalam hidupnya (spirituality :
menganut suatu agama, bagaimana manusia dengan penciptaanya), keyakinan
akan kesehatan, keyakinan agama :pasien mengatakan selalu berdoa pada hyang
widhi dan pasien menganut agama hindu
F. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
2. TTV :
3. BB/ TB :

38
4. Kepala
Rambut :terlihat bersih dan beruban
Mata :.sclera tidak ikterik ,konjugtiva tidak anemis
Telinga :bersih
Mulut, gigi dan bibir :bersih dan terdapat karang gigi
5. Dada :dada simetris
6. Abdomen :tidak ada asites
7. Kulit :perut tidak ada nyeri tekan,peristaltic 12 x menit,tidak
elastis
8. Ekstremitas atas :terdapat fraktur pada tangan bagian kanan
9. Ekstremitas bawa :terdapat fraktur di kaki
G. Status fungsional
1. ADL (activity daily living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ. Pengkajian ini meliputi
observasi kemampuan klien untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari/
ADL indeks katz termasuk kategori manakah klien?
No Aktifitas Mandiri Tergantung
Nilai Nilai
(1) (0)
1. Mandi di kamar mandi (menggosok, membersikan, dan

mengeringkan badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya √
3. Memakan makanan yang disiapkan √
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri √
(menyisir rambit, mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5. BAB di WC (memberikan dan mengeringkan daerah √
bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses √
7. Membuang air kecil di kamar mandi(membersihkan dan √
mengeringkan daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih √
9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan √
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang √
dianut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat √
tidur, mencuci pakaian, memamsak dan membersikan
ruangan.
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan √
keluarga
13. Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang √

39
sendiri)
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian √
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan √
(takaran obat, dan waktu minum obat tepat)
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk √
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, aktifitas
sosialnya dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan
17. Melakukan aktifitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, √
sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan hobi)
Jumlah 0
Analisis hasil :
Point :13-17 mandiri
Point :0-12 ketergantungan
MODIFIKASI DARI BARTEL INDEKS
Termasuk Yang Manakah Klien ?
No Item Yang Dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak Mampu 1
1 = Bitih Bantuan Memotong, Mengoles Mentega Dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung Dengan Orang Lain 0
1 = Mandiri
3. Perawatan Diri 0 = Membutuhkan Bantuan Orang Lain 0
(Grooming) 1 = Mandiri Dalam Perawatan Muka, Rambut, Gigi, Dan Bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung Dengan Orang Lain 0
(Dressing) 1= Sebagia Di Bantu, Misal (Mengancing Baju)
2 = Mandiri
5. Bak (Bladder) 0 = Inkontinensia Atau Pakai Kateter, Tidak Terkontrol 1
1 = Kadang Inkontinensia (Maksimal 1x24 Jam)
2 = Kontinensia (Teratur Untuk Lebih Dari 7 Hari)
6. Bab (Bowel) 0 = Inkontinensia(Tidak Teratur Atau Perlu Enema) 1
1 = Kadang Inkontinensia Sekali Seminggu
2 = Kontinensia Teratur
7. Penggunaan 0 = Tergantung Bantuan Orang Lain 0
Toilet 1 = Membutuhkan Bantuan Tapi Dapat Melakukan Beberapa Hal
Sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak Mampu 0
1 = Butuh Bantuan Untuk Bisa Duduk (2 Orang)
2 = Bantuan Kecil 1 Orang
3 = Mandiri

40
9. Mobilitas 0 = Mobilitas (Tidak Mampu) 0
1 = Mengunakan Kursi Roda
2 = Berjalan Dengan Bantuan 1 Orang
3 = Mandiri (Meskipun Menggunakan Alat Bantu Seperti Tongkat)
10 Naik Turun 0 = Tidak Mampu 0
Tangga 1 = Membutuhkan Bantuan (Alat Bantu)
2 = Mandiri
Jumlah 3
Interpretasi Hasil :
20 : Mandiri 12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang 5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
2. Status kognitif / afektif
a. Short Portable Mental Status Questionare (SPMSQ) instruksi : ajukan
pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban. Catat jumlah
kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda ?
5 Nomor berapa rumah anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
8 Siapa nama presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda?
Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20, dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menuru
Analisis hasil :
Jumlah salah : 0-2 : fungsi intelektual utuh
Jumlah salah : 3-4 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Jumlah salah : 5-7 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Jumlah salah : 8-10 : fungsi intelektual kerusakan berat
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dan menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
41
 Bulan
2. Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada
registrasi 3  Negara
 Provinsi
 Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek (kursi,
meja, kertas) kemudian
ditanyakan kepada klien
menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. kertas
3. Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai
dan dari 100 kemudian kurangi 7
kalkulasi sampai 5 tingkat 100, 93, 86,79,
72
4. mengingat 3 Meminta klien untuk
menyebutkan objek nomor 2
1. kursi
2. meja
3. kertas
5. Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut)
1. jendela
2. jam dinding
meminta klien untuk mengulangi
kata berikut “tidak ada jika, dan,
atau, tetapi”
klien menjawab dan, atau, tetapi
meminta klien untukmengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah ambil belpoin ditangan
anda, ambil kertas, menulis saya
mau tidur
1. ambil balpoin
2. ambil kertas
3. ……….
4. Perintah klien untuk
melakukan hal tersebut
5. Perintahkan pada klien untuk
menulis atau kalimat dan
menyalin.

42
Total 30

Analisis hasil :
Nilai 24 – 30 : normal
Nilai 17 – 23 : probblable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : difinitif gangguan
3. Pengkajian Status Emosional
Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur ?tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah?tidak
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?tidak
d. Apakah klien sering was-was atau khwatir?tidak
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan ?nyeri
b. Ada atau banyak pikiran/tidak ada
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?tidak ada
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?tidak
e. Cenderung mengurung diri?tidak
Bila lebih dari satu atau sama1 jawaban “ ya” Masalah Emosional Positif (+)
4. Pengkajian psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain
harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi:klien mampu membina bhubungan
baik dengan orang lain
5. Pengkajian Spritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan,konsep/keyakinan klien tentang kematian,harapan-
harapan klien, dan lain-lain.:pasien menganut agama hindu dank lien mengatakan bahwa
tadkdirnya sudag diatur sama hyang widhi
6. Pengkajian Depresi
Menggunakan geriatric depression scale (GDS)
No Item Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Bapak/Ibu sekarang ini merasa puas dengan √
kehidupannya ?
2. Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan √
atau kesenangan akhir- akhir ini ?
3. Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/kosong dalam √
hidup ini?
4. Apakah Bapak/Ibu sering merasa bosan ? √
5. Apakah Bapak/Ibu merasa mempunyai harapan yang baik √
masa depan?
6. Apakah Bapak/Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang √
mengganggu terus menerus ?

43
7. Apakah Bapak/Ibu memiliki semangat yang baik setiap √
saat
8. Apakah Bapak/Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan √
terjadi pada anda ?
9. Apakah Bapak/Ibu merasa bahagia sebagian besar waktu √
10. Apakah Bapak/Ibu sering merasa tidak mampu berbuat √
apa-apa ?
11. Apakah Bapak/Ibu sering merasa resah dan gelisah ? √
12. Apakah Bapak/Ibu lebih senang tinggal dirumah dari pada √
keluar dan mengerjakan sesuatu ?
13. Apakah Bapak/Ibu sering merasa khawatir tentang masa √
depan ?
14. Apakah bapak /Ibu akhir-akhir ini sering pelupa √
15. Apakah bapak /Ibu pikir bahwa hidup Bapak/Ibu sekarang √
ini menyenangkan ?
16. Apakah Bapak/Ibu sering merasa sedih dan putus asa ? √
17. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ? √
18. Apakah Bapak/Ibu sering merasa khawatir tentang masa √
lalu ?
19. Apakah Bapak/Ibu merasa hidup ini mengembirakan ? √
20. Apakah sulit bagi Bapak/Ibu untuk memulai kegiatan yang √
baru ?
21. Apakah Bapak/Ibu merasa penuh semangat ? √
22. Apakah Bapak/Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada √
harapan ?
23. Apakah Bapak/Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik √
keadaanya dari pada Bapak/Ibu ?
24. Apakah Bapak /Ibu sering marah karena hal-hal spele ? √
25. Apakah Bapak/Ibu sering merasa ingin menangis ? √
26. Apakah Bapak/Ibu sulit berkonsentrasi ? √
27. Apakah Bapak/Ibu merasa senang waktu bangun tidur √
dipagi hari ?
28. Apakah Bapak/Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan √
sosial ?
29. Apakah mudah bagi Bapak/Ibu membuat suatu keputusan ? √
30. Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam √
memikirkan sesuatu seperti dulu ?
Ket : Setiap Jawaban yang “SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukan depresi sedang/berat

44
7. Status fungsional sosial
APGAR Keluarga :
No Uraian Fungsi Skor
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga Adaption 1
(teman –teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (Teman –teman)saya Partneship 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga (Teman-teman) saya Growth 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga(Teman-teman) saya Affection 1
mengekspresikan afek den berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,sedih atau mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve 1
menyediakan waktu bersama-sama.
AnalisiS Hasil :
Selalu = 2
Kadang-Kadang = 1
Hampir tidak pernah =0
Penilaian :
Total nilai <3 : Disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Total Nilai 7-10 : Tidak ada disfungsi keluarga

45
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
( SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF )
1. Subyektif : Kondisi Pathologis Nyeri
1. Pasien mengatakan mengalami patah tulang
tabrak 2023 Fraktur femur dan Humerus
2. P: Ny.N mengatakan nyeri akibat kaki dan
tangan mengalami patah akibat jatuh Pergeseran Fragmen tulang
Q: Ny.N mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N mengatakan nyeri pada kaki kii dan tangan Spasme Otot dan Kerusakan
kanan Struktur Tulang dan Jaringan
S: Ny.N ketika ditanya skala nyeri 1-10 Ny.N
mengatakan nyeri 6 Keluar Mediator Nyeri
T: Nyeri Muncul hilang muncul saat digerakan

Obyektif : Nyeri
1. Wajah tampak meringis kesakitan
2. Pasien mengalami fraktur pada femur, kaki di
imobilasasikan dengan bandage
3. Tampak susah menggerakan kaki kiri
4. Tanda- tanda Vital :
TD : 120/80 mMHg
N : 94 X/ Menit
RR : 20 X/Menit
S : 36,5 C
SpO2 : 99%

2. Subyektif : Kondisi Pathologis Gangguan Mobilitas


1. Pasien mengatakan patah tulang akibat Fisik
kecelakaan Fraktur Femur dan Humerus
2. Pasien mengatakan kaki diistrahatkan karena di
pasangan alat : di pasang bandage pada kaki kiri Pergesaran Fragmen Tulang
3. Keluarga mengatakan semua kebutuahan pasien
dibantu sepenuhnya oleh keluarga Deformitas
4. Pasien mengatakan tidak bis bergerak
Obyektif : Gangguan Fungsi
1. Pasien tampak diimobilasikan dengan terpasang
bandage dan Pasien tampak terbaring lemah dan
46
pemenuhan ADLNYA di bantu sepenuhnya oleh Hambatan Mobilitas Fisik
keluarga
2. Kemampuan ROM pasien menurun

3 Subyektif : Pathological Fraktur ( Multiple Risiko Jatuh


1. Pasien mengatakan riwayat jatuh dan patah tulang Myeloma, Osteoporosis )
2. Keluarga klien mengatakan klien lemah dan kaki
bagian kiri tidak dapat digerakkan Fraktur Femur dan Humerus
3. Klien mengatakan klien lemah
4. Keluarga klien mengatakan klien tidak mampu Trauma Pembuluh darah
memenuhi ADLnya
Gangguan Sirkuasi
Obyektif :
1. Pasien terpasang traksi Risiko Jatuh
2. Kekuatan otot menurun
3. Klien tampak tirah baring
4. Klien tampak lemah 5 5
5. Kekuatan otot
5 1

47
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Spasme Otot dan Kerusakan Struktur Tulang dan Jaringan ) yang ditandai dengan data
Subyektif : Pasien mengatakan mengalami patah tulang akibat jatuh dari tempat tidur 1 tahun yang lalu
P: pasien mengatakan nyeri akibat kaki dan tangannya mengalami patah akibat jatuh
Q: pasien mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
S: pasien ketika ditanya skala nyeri 1-10 ny,n mengatakan nyeri 6
T: Nyeri Muncul hilang muncul saat digerakan dan data Obyektif : Wajah tampak meringis kesakitan , Pasien mengalami fraktur pada
femur dan humerus dextra, kaki di imobilasasikan dengan bandage, Tampak susah menggerakan kaki kiri, Tanda- tanda Vital : TD :
110/80 mMHg, N : 94 X/ Menit , RR : 20 X/Menit, S : 36,5 C, SpO2 : 99%

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan Muskuloskeletal yang ditandai dengan data Subyektif : Pasien mengatakan
patah tulang akibat kecelakaan pada, Pasien mengatakan kakinya diistrahatkan karena di pasangan alat : di pasang bandage pada kaki
kiri dan data Obyektif : Pasien tampak diimobilasikan dengan terpasang bandage , Pasien tampak terbaring lemah dan pemenuhan
ADLNYA di bantu sepenuhnya oleh keluarga , Kemampuan ROM pasien menurun.
3. Risiko jatuh ditandai dengan data Subyektif :
5. Pasien mengatakan riwayat jatuh dan patah tulang
6. Keluarga klien mengatakan klien lemah dan kaki bagian kiri tidak dapat digerakkan
7. Klien mengatakan klien lemah
8. Keluarga klien mengatakan klien tidak mampu memenuhi ADLnya
Data Obyektif :
b. Pasien terpasang traksi
c. Kekuatan otot menurun
d. Klien tampak tirah baring
e. Klien tampak lemah 5 5
f. Kekuatan otot
5 1

Rencana keperawatan

48
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN ( SMART )
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 1. Observasi
jam,diharapakan tingkat nyeri 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
menurun dan control nyeri intensitas nyeri
meningkat dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi skala nyeri
1. Tidak mengeluh nyeri( dalam 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
skala nyeri 0 dari 10 NRS) 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Tidak Meringis kesakitan 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Tidak bersikap Protektif 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
4. Tidak mengalami kesulitan tidur 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
( Kualitas tidur 6-7 ) jam 8) Monitor ikeberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
5. Frekuensi nadi membaik ( 60- 9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
100 X/Menit 2. Terapeutik
6. Tekanan darah membaik 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
( 120/80 mMhg) 2) Control lingkungan yang memperverat rasa nyeri
7. Melaporkan 3) Fasilitasi istrhjat dan tidur
nyeri terkontrol 4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
Kemampuan menggunakan teknik meredakan nyeri
nonfarmakologi ( Teknik nafas 3. Edukasi
dalam ) meningkat 1) Jelaskan penyebab, periode , dan pemicu nyeri

49
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk me ngurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulansi


Mobilitas Fisik keperawatan 3 x 7 jam diharapkan 1. Observasi
mobilitas fisik meningkat dengan 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
kriteria hasil : 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
1. Pergerakan ekstermitas aktif 3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
2. Kekuatan otot meningkat ambulansi
dengan skala kekuatan otot 5 4) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
3. Nyeri menurun ( 0 dari 10 2. Terapeutik
dalam NRS) 1) Fasilitas aktifitas ambulansi dengan alat bantu ( Mis tongkat, kruk )
4. Kaku sendi menurun 2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik jika perlu
5. Gerakan terbatas menurun 3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
6. Kelemahan fisik menurun ambulansi
3. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi
2) Anjurkan melakukan ambulansi dini
3) Anjurkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan
3 Risiko Jatuh Setekah dilakukan asuhan Pencegahan Jatuh

50
keperawatan 3 x 24 jam keparahan 1. Observasi
dan cedera yang diamati atau 1) Identifikasi faktor risiko jatuh
dilaporkan menurun dengan kriteria 2) Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
hasil : 1. Kejadian Cedera 3) Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur kekursi roda dan
Menurun ( 5) sebaliknya
g. Luka/ lecet menurun ( 5) 9. Terapeutik
h. Perdarahann menurun 1) Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
i. Fraktur menurun 2) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
3) Pasang Handrall tempat tidur
4) Atur trmpat tidur mekanis pada posisi terendag
5) Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
6) Gunakan alat bantu berjalan
7) Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauanpasien
10. Edukasi
1) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2) Anjurkan menggunakanalas kaki yang tidak licin
3) Anjurkan berkosentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4) Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangaan saat berdiri
5) Ajarkan cara menggunkan bel pemanggil untuk memanggil
perawat

51
Catatan Perkembangan

No WAKTU TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN / HASIL TANDA


DX (TANGGA ( S,O) TANGA
L / JAM ) N
1 14/06/2023 Memanajemen Nyeri Subyektif :
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: pasien mengatakan nyeri akibat kaki
kualitas, intensitas nyeri mengalami patah akibat terjatuh
2. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi Q: pasien mengatakan Nyeri seperti di
rasa nyeri( Melatih teknik nafas dalam ) tusuk-tusuk
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri R: pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
4. Memfasilitasi istrhjat dan tidur S: pasien ketika ditanya skala nyeri 1-10
5. Menjelaskan penyebab, periode , dan pemicu nyeri pasien mengatakan nyeri 6
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri T: Nyeri Muncul hilang muncul saat
7. Mengajurkan memonitor nyeri secara mandiri ( Teknik digerakan
nafas dalam ) Obyektif :
8. Mengajurkan menggunakan analgetik secara tepat 1. Wajah tampak meringis kesakitan.
9. Mengjarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi 2. Pasien Masih terpasang traksi
rasa nyeri 3. Tampak susah menggerakan tangan
10. Mengkolaborasi pemberian Zometa 4 Mg dalam 100 cc kanan dan kaki kanan
Nacl 0,9% habis dalam 15 Menit ( Siklus 1) 4. Tanda- tanda Vital :
TD : 120/90 mMHg
N : 90 X/ Menit
RR : 20 X/Menit

52
S : 36,8 C
SpO2 : 99%
2 15/06/2023 Mendukungan Ambulansi Subyektif :
1. Mengidentifikasi danya nyeri atau keluhan fisik lainnya 1. Pasien mengatakan sudah bisa
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi memiring kiri dan kanan secara
3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum perlahan dengan bantuan keluarga
memulai ambulansi
4. Memonitor kondisi umum selama melakukan ambulansi Obyektif :
5. Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik ( Mobilisasi 1. Pasien tampak diimobilasikan dengan
Miring kiri dan kanan) terpasang bandage dan traksi dengan
6. Meliibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam pemberat 5 kg
meningkatkan ambulansi 2. Pasien tampak terbaring lemah dan
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulansi pemenuhan ADLNYA di bantu
8. Menganjurkan melakukan ambulansi dini sepenuhnya oleh keluarga
9. Mengnjurkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan 3. Kemampuan ROM pasien mulai
membaik

3 08 1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh Subyektif :


2. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan 1. Pasien mengatakan riwayat tabrak

53
risiko jatuh
3. Memonitor kemampuan berpindah dari tempat tidur kekursi Obyektif :
roda dan sebaliknya 1. Pasien terpasang traksi
4. Memastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam 2. Kekuatan otot Membaik
kondisi terkunci
5. Memasang Handrall tempat tidur
6. Mengatur termpat tidur mekanis pada posisi terendag
7. Mengajurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah

1 14/06/2023 Memanajemen Nyeri Subyektif :


11. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: pasien mengatakan nyeri akibat kaki
kualitas, intensitas nyeri mengalami patah akibat terjatuh
12. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi Q: pasien mengatakan Nyeri seperti di
rasa nyeri( Melatih teknik nafas dalam ) tusuk-tusuk
13. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri R: pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
14. Memfasilitasi istrhjat dan tidur S: pasien ketika ditanya skala nyeri 1-10
15. Menjelaskan penyebab, periode , dan pemicu nyeri pasien mengatakan nyeri 6
16. Menjelaskan strategi meredakan nyeri T: Nyeri Muncul hilang muncul saat
17. Mengajurkan memonitor nyeri secara mandiri ( Teknik digerakan
nafas dalam ) Obyektif :
18. Mengajurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Wajah tampak meringis kesakitan.
19. Mengjarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi 6. Pasien Masih terpasang traksi

54
rasa nyeri 7. Tampak susah menggerakan tangan
20. Mengkolaborasi pemberian Zometa 4 Mg dalam 100 cc kanan dan kaki kanan
Nacl 0,9% habis dalam 15 Menit ( Siklus 1) 8. Tanda- tanda Vital :
TD : 120/90 mMHg
N : 90 X/ Menit
RR : 20 X/Menit
S : 36,8 C
SpO2 : 99%
2 15/06/2023 Mendukungan Ambulansi Subyektif :
10.Mengidentifikasi danya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2. Pasien mengatakan sudah bisa
11.Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi memiring kiri dan kanan secara
12.Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum perlahan dengan bantuan keluarga
memulai ambulansi
13.Memonitor kondisi umum selama melakukan ambulansi Obyektif :
14.Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik ( Mobilisasi 4. Pasien tampak diimobilasikan dengan
Miring kiri dan kanan) terpasang bandage dan traksi dengan
15.Meliibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam pemberat 5 kg
meningkatkan ambulansi 5. Pasien tampak terbaring lemah dan
16.Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulansi pemenuhan ADLNYA di bantu
17.Menganjurkan melakukan ambulansi dini sepenuhnya oleh keluarga
18. Mengnjurkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan 6. Kemampuan ROM pasien mulai
membaik

55
3 098. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh Subyektif :
9. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan 2. Pasien mengatakan riwayat tabrak
risiko jatuh
10. Memonitor kemampuan berpindah dari tempat tidur kekursi Obyektif :
roda dan sebaliknya 3. Pasien terpasang traksi
11. Memastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam 4. Kekuatan otot Membaik
kondisi terkunci
12. Memasang Handrall tempat tidur
13. Mengatur termpat tidur mekanis pada posisi terendag
14. Mengajurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah

56

Anda mungkin juga menyukai