Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS DI RUANGAN TERATAI

NAMA : REINILDIS MALA

NP M : 23203019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023/2024
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1) Definisi
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna
(Suryo, 2010).
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan
tenggorokan, bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang
menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan dan sinus ke paru
(Hidayat, 2008).
Bronkitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan trachea oleh
berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza,
dan Coxsackie virus. Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang
disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun
parasit. Ada 2 jenis Bronkitis yaitu bronchitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008).
2) Anatomi fisiologi
Pengertian pernafasan
Pernapasan atau respirasi adalah kegiatan pertukaran udara (karbodioksida dan
oksigen) dari dalam tubuh ke luar tubuh/paru-paru. Oksigen yang berada di luar
tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernapasan. Pada keadaan tertentu,
bila tubuh kelebihan karbondioksida, maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan
karbondioksida yang ada didalam tubuh tersebut dengan cara menghembuskan
napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan
karbondioksida didalam tubuh. Syaifuddin (2016).
a. Anatomi sistem pernafasan
 Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan
dan indra penciuman. Bentuk dan stuktur hidung menyerupai piramida
atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan
pars horizontal osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk
dalam sistem pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum
ronggahidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi
rambut-rambut halus yang mencegah masuknya bendabenda asing yang
menggangu proses pernapasan. Syaifuddin (2016).
 Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya 9 tegak lurus
antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI. Di antarabasis kranii dan
esofagus berisi jaringan ikat digunakan untuk tempat lewat alat-alat di
daerah faring. Syaifuddin (2016). Faring merupakan tempat
persimpangan antara jalan pernapfasan dan jalan makan. Manurung
(2016).
 Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum.
Sebelah atas pintu masuk laring membentuktepi epiglotis, lipatan dari
efiglotis aritenoid dan pita interaritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah
kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan
membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian
bawah disebut subglotis. Syaifuddin (2016).
 Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf
C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh
selaput, terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai tepi bawah
kartilago krikoidae vertebrata torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm
dandiameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding
fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
mempertahankan trakea tetap terbuka. Syaifuddin (2016).
 Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea,terdapat
pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai
struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama
dengan trakea dan berjalan kebawah kearah tampuk paru-paru. Bronkus
mengadakan pendekatanpada lobus pernafasan, struktur dalam bronkus
10 berbeda dengandiluar bronkus. Seluruh gabungan otot menekan
bagian yang melaui cabang- cabang tulang rawan yang makin sempit
dan semakin kecil yang disebut brokiolus. Dari tiap-tiap bronkiolus
masuk kedalam lobus dan bercabang lebih banyakdengan diameter 0,5
mm, bronkus yanng terakhir membangkitkan pernapasan brokiolus
membuka dengan cara melepaskan udara ke permukaan pernapasan
paru-paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas
ruangan pembuluh alveoli dimana terjadi pertukaran udara (oksigen
dengan karbon dioksida). Syaifuddin (2016).
 Paru
Paru-paru merupakan organ utama sistem pernapasan yang berda di
dalam rongga dada, terdiri atas paru kanan dan paru kiri. Paru-paru
dibungkus kantung yang dibentuk oleh pleura paritalis dan pleura
viseralis. Di antara paru kanan dan parukiri terdapat mediasternum yang
berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besara,
trakea. Kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya. Kedua paru sangat lunak dan elastis, mampu mengembang
dan mengempis secara bergantian. Sifat elastis paru disebabkan oleh
adanya serat-serat jaringan ikat elastis dan tegangan permukaan
alveolus. Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik
akibat dari partikelpartikel debu yang masuk dimakan fagosit, banyak
ditemukan pada pekerja tambang. Masing-masing paru mempunyai
apeks yang tumpul menjorok keatas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm
diatas klavikula. Fasieskostalis yang koveks berhubungan dengan
dinding dada dan fasies mediastinalis yang konkaf membentuk
perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri 11 terdapat hilus
pulmonalis suatu lekukan dimana bronkus, pembuluh darah, dan saraf
masuk paru-paru membentuk radiks pulmonalis. Syaifuddin(2016).
 Sinus pleura
Tidak seluruh kantung dibentuk oleh lapisan pleura diisi secarasempurna
oleh paru-paru, baik kearah bawah maupun kearah depan. Terdapat
kavum pleura yang dibentuk hanya oleh lapisan pleura parietalis saja,
rongga ini disebut sinus pleura (recessus pleura). Syaifuddin (2016).
 Ligamentum Pulmonal
Radiks pulmonalis : bagian depan, atas, dan belakang ditutupi oleh
pertemuan parietalis dan pleura viseralis. Sebelah bawah radiks yang
berasal dari depan dan belakang bergabung membentuk lipatan yang
disebut ligamentum pulmonal. Ligamentum ini terdapat diantara bagian
bawah fasies mediastinalis dan perikordiuim dan berakhir pada pinggir
yangbundar. Syaifuddin (2016).
b. Fisiologis sistem pernafasan
 Pernafasan Paru-paru ( pernafasan Eksternal)
Merupakan pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi pada paru- paru. O2
diambil melalui hidung pada waktu bernafas dimana O2 masuk melalui
trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonal, alveoli memisahkanO2 dari darah. O2 menembus embran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. CO2 yang merupakan hasil buangan
menembuh membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
 Pernafasan Jaringan (Pernafasan Internal) Hemoglobin yang banyak
mengandung O2 masuk ke dalam jaringan tubuh dan pada akhirnya
mencapai kapiler. Darah mengeluarkan O2 ke dalam jaringan dan
mengambil CO2 untuk di bawa ke paru-paru.
3) Etiologi
1. Bronkitis Akut
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus.Sebagai contoh
Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus,
Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis akut dapat disebabkan karena non
infeksi karena paparan asap tembakau karena polutan pembersih rumah tangga
dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat juga menyebabkan
bronkitis akut.Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat
memudahkan terjadinya bronkitis akut.
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami
penyembuhan.Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding
bronkus paru – paru yang sifatnya permanen.Disebut bronkitis kronis jika batuk
terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun di dua tahun berturut.
Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah :
a. Spesifik:
1) Asma.
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas .
7) Benda asing .
8) Kelainan jantung bawaan .
9) Kelainan sillia primer .
10) Defisiensi imunologis .
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin .
12) Fibrosis kistik .
13) Psikis
b. Non-Spesifik
1) Perokok.
2) Polusi udara dan debu
3) Gas beracun di tempat kerja
4) Gastroesophageal reflux desease (GERD). GERD adalah asam
lambung yang naik kedalam esophagus dan beberapa tetes masuk
ke saluran napas.GERD sebabkan karena lemahnya katup lambung
yang memisahkan antara lambung dan esophagus. (Raharjoe,2012).
4) Patofisiologi dan patoflowdiagram
 Patofisiologis
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun
non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan
menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti
emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar
sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan
mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh
mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary
defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial
meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan
mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial
dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar,
namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan
napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps
dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien
mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal
timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah
sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi,
pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC.
Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang
akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart
Failure).
 Patoflowdiagram

Virus, pajanan iritan, merokok,


gas berbahaya

Inflamasi meluas Hipertropi dan


Bronkitis
Hiperplasia kelenjar
mukus
Permeabilitas
Bronkus menyempit
kapiler meluas
dan tersumbat
Peningkatan
jumlah sel goblet

Degranulasi sel mast Udara terperangkap


pada bagian distal paru

Peningkatan
Pelepasan histamin produksi mukus

Fase ekspirasi
memanjang
Akumulasi monosit,
makrofag, dan sel T Bersihan jalan
Hepar napas tidak efektif
Pola napas tidak
efektif
Pelepasan pirogen
endogen (sitokin)
Ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Merangsang saraf vagus
Gangguan
Penurunan PO2 dan ventilasi
hipoksemia peningkatan PCO2 spontan
Sinyal mencapai
sistem saraf pusat
sianosis Perfusi perifer tidak
Pembentukan efektif
prostaglandin diotak

Demam, meningkatnya suhu basal Hipertermi


5) Manifestasi Klinik
1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat
“Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.
2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret,
rasa sakit dibawah sternum.
3. Tanda obstruksi : Sesak nafas, rasa mau muntah.
Gejala bronkitis berupa:
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).
2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
4. Lelah.
5. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan.
6. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan .
7. Pipi tampak kemerahan.
8. Sakit kepala
9. Gangguan penglihatan.
6) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai
suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa
normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter
udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal
seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru
diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap
orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang
dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke
bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam
proses pertukaran gas. (manurung, 2008 ).
2. Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan
asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
a. PH normal 7,35-7,45
b. Pa CO2 normal 35-45 mmHg
c. Pa O2 normal 80-100 mmHg
d. Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
e. HCO3 normal 21-30 mEq/l
f. Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
g. Saturasi O2 lebih dari 90%.
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun. (manurung, 2008 )
4. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis
paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan
sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular
type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
a. Lapisan teratas agak keruh
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak (celluler debris). (mutaqin, 2008)
7) Komplikasi
1. Sinusitis
2. Otitis media
3. Bronkhietasis
4. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
5. Gagal napas
8) Tinjauan Kasus Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data spesifik dari pasien untuk mengidentifikasi setiap masalah
kesehatan yang muncul. Fase pengkajian merupakan tahapan penting dalam
keseluruhan proses keperawatan. Jika ada data yang salah, sehingga proses
keperawatan tidak tercapai dengan optimal (Haryani, Hardani, & Thoyibah,
2020).
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab.
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
tempat tinggal. Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, dan hubungan dengan pasien.
b. Keluhan Utama Bronkitis
Keluhan utama yang sering pada pasien Bronkitis yaitu: sesak napas,
batuk tak kunjung sembuh, ditemukan suara napas ronkhi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai pasien
dibawa ke rumah sakit. Pasien dengan bronkitis biasa dating dengan keluhan
sesak nafas, susah untuk bernafas, batuk. Suara nafas wheezing dan/atau
ronkhi diikuti adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, tidak
nafsu makan, berat badan menurun serta kelemahan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya
infeksi saluran pernafasan atas, bronkitis kronik, asma bronchial, emfisema,
batuk kronis, dan alergi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-
paru lainnya.
f. Riwayat Kehamilan
Semua data tentang kesehatan ibu selama kehamilan, proses persalinan,
kelahiran dan kondisi bayi segera setelah lahir.
g. Riwayat Imunisasi
Informasi tentang imunisasi yang diterima pasien, umur pasien mendapat
imunisasi.
h. Riwayat Alergi
Informasi tentang alergi pasien, seperti alergi obat-obatan, makanan, atau
alergi lainnya.
i. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Meliputi berat badan pasien, perkembangan dengan usia, pertumbuhan
sesuai dengan usia, interaksi dengan orang lain.
j. Pola Pengkajian Fungsional Gordon Pengkajian riwayat kesehatan pola
fungsional Gordon pada anak:
 Pola Persepsi Sehat
Biasanya keluarga menganggap masalah yang dialami merupakan
penyakit biasa, keluarga pasien akan menganggap pasien mengalami
permasalahan pada saluran pernafasan bila sudah mengalami sesak pada
pernafasan pasien.
 Pola Metabolik Nutrisi
Biasanya pasien akan anoreksia, karena terdapat banyak akumulasi secret
yang menyebabkan rasa tidak nyaman untuk makan.
 Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami penurunan produksi urine karena perpindahan
cairan melalui proses evaporasi akibat adanya demam.
 Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan tidur pasien terganggu karena kesulitan akibat terganggu
sesak.
 Pola Aktivitas Latihan
Pasien akan mengalami penurunan aktifitas karena masalah yang dialami,
terutama rasa gelisah akibat tidak nyaman dengan masalahnya.
 Pola Kognitif – Persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang disampaikan biasanya
terjadi sesaat akibat penurunan asupan nutrisi serta suplai oksigen ke otak.
 Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien akan gelisah, terutama bagi anak akan lebih sering rewel,
dan merasa takut pada orang lain.
 Pola Peran Hubungan
Biasanya pasien akan malas diajak berbicara dengan orang lain dan lebih
senang dekat dan berbicara dengan keluarga saja.
 Pola Seksualitas – Reproduksi
Biasanya tidak terdapat masalah pada reproduksi pada anak.
 Pola Toleransi Stress – Koping
Biasanya pasien akan sering mengeluh terutama pada anakanak akan
sering menangis karena merasa terganggu akan status kesehatannya.
 Pola Nilai Keyakinan
Menggambarkan keyakinan yang dianut pasien dan tanggapan keluarga
serta pasien mengenai penyakit yang dialaminya dalam aspek spiritual.
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : lemah/sadar/terjaga.
 Tingkat kesadaran : composmentis, stupor.
 Tanda – tanda vital Suhu meningkat berkisar 39°C pada fase infeksi
yaitu 1– 4 hari. Pemeriksaan nadi dapat didapatkan penurunan
frekuensi nadi (bradikardi relatif). Tekanan darah sistolik 97–120 kali
dan tekanan diastolik 57–80kali permenit. Frekuensi pernafasan lebih
dari 25 kali permenit.
 Berat badan dan tinggi badan Terdapat penurunan berat badan atau
tidak pada anak.
 Kepala Pemeriksaan ubun -ubun apabila cekung mungkin terjadi
dehidrasi dan malnutrisi. Rambut rontok dan kemerahan mungkin
terjadi malnutrisi.
 Mata Kaji bentuk dan kesimetrisan mata, pemeriksaan konjungtiva
dan sklera, reflek pupil terhadap cahaya, pengeluaran air mata,
struktur kelopak mata.
 Mulut Kondisi mulut bersih/kotor.
 Hidung
Inspeksi : biasanya terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat
secret berlebih dan terpasang 02.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan dan benjolan
 Telinga Terdapat serumen/bersih pada pasien bronkitis.
 Leher Terdapat pembesaran kelenjar thiroid/tidak.
 Jantung
Inspeksi ukuran dengan posisi anak semifowler, amati dinding dada
pada suatu sudut.
Palpasi kulit untuk mengatahui waktu pengisian kapiler, dengan
menekan kulit pada bagian tengah, nilai waktu untuk mendapatkan
kembali warna aslinya.
Auskultasi bunyi, evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama
jantung.
 Paru-paru
Inspeksi : frekuensi napas, kedalaman dan kesulitas bernapas
(dispnea, takipnea, napas dangkal, retraksi dinding dada, paktus
karinatum (dada burung), barrel chest, perktus erkskavatum (dada
corong).
Palpasi : terdapat nyeri tekan, massa, vocal premitus.
Perkusi : pekak karena penumpukan cairan, normalnya timpani
(berisi udara).
Auskultasi : suara tambahan ronkhi pada sepertiga akhir inspirasi.
 Abdomen Pemeriksaan dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
 Integumen Kulit tampak sianosis, teraba panas, dan turgor menurun
karena dehidrasi.
 Ekstremitas
2. Masalah Keperawatan
a. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
c. Gangguan Ventilasi Spontan (D.0004)
d. Hipertermia (D.0130)
e. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0149)
3. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan Intervensi utama :
(D.0005) asuhan 1. Manajemen Jalan Nafas
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam a. Observasi
diharapkan pola  Monitor pola nafas
napas  Monitor bunyi nafas
Ekspektasi: tambahan
Meningkat
 Monitor sputum
dengan
b. Terapeutik
KH:
 Pertahankan kepatenan
 Ventilasi
jalan nafas dengan
semenit
head – tilt dan chin –
meningkat
lift (jaw – thrust jika
 Kapasitas
curiga trauma servikal)
vital
 Posisikan semi –
meningkat
fowler atau fowler
 Tekanan
 Berikan minum hangat
inspirasi dan
 Lakukan fisioterapi
ekspirasi
meningkat dada, jika perlu
 Dispnea  Lakukan penghisapan
menurun lendir kurang dari 15
 Frekwensi detik
napas  Lakukan
membaik hiperoksigenasi
 Kedalaman sebelum penghisapan
napas endotrakheal
membaik  Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika
perlu
c. Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
 Ajarkan teknik batuk
efektif
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator
2. Pemantauan Respirasi
Tindakan
a. Observasi
 Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya nafas
 Monitor pola nafas
 Monitor kemampuan
batuk efektif
 Monitor adanya
produksi sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor Hasil x-ray
thoraks
b. Terapeutik
 Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
2. Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan Intervensi utama :
Efektif (D.0009) asuhan 1. Perawatan sirkulasi
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam a. Observasi
diharapkan  Periksa sirkulasi
perfusi perifer perifer
Ekspektasi:  Identifikasi faktor
Meningkat risiko gangguan
KH: sirkulasi
 Denyut nadi  Monitor panas,
perifer kemerahan, nyeri atau
meningkat bengkak pada
 Warna kulit ekstremitas
pucat b. Terapeutik
menurun  Hindari pemasangan
 Pengisian infus / pengambilan
kapiler darah di area
membaik keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
 Lakukan pencegahan
infeksi
 Lakukan perawatan
kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
c. Edukasi
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan berolahraga
rutin
 Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar’
 Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurun kolesterol,
jika perlu
 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
 Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
 Ajarkan program diit
untuk memperbaiki
sirkulasi
 Informasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan

3. Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan Intervensi utama :


Spontan (D.0004) asuhan Dukungan Ventilasi
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam a. Observasi
diharapkan  Identifikasi adanya
ventilasi spontan kelelahan otot bantu
Ekspektasi: nafas
Meningkat  Identifikasi efek
KH: perubahan posisi
 Volume tidal terhadap status
meningkat pernafasan
 Dispnea  Monitor status
menurun respirasi dan
 Penggunaan oksigenasasi
otot bantu b. Terapeutik
napas  Pertahankan kepatenan
menurun jalan nafas
 PCO2  Berikan posisi semi
membaik fowler / fowler
 PO2 membaik  Fasilitasi mengubah
 Takikardia posisi senyaman
membaik mungkin
 Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
 Gunakan bag – valve
mask, jika perlu
c. Edukasi
 Ajarkan melakukan
teknik relaksasi
 Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri
 Ajarkan teknik batuk
efektif
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
4. Hipertermia (D.0130) Setelah dilakukan Intervensi utama :
asuhan Manajemen hipertermia
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam a. Observasi
diharapkan  Identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia
Ekspektasi:  Monitor suhu tubuh
Membaik  Monitor kadar
KH: elektrolit
 Menggigil  Monitor haluaran urine
menurun
 Monitor komplikasi
 Kulit merah akibat hipertermia
menurun b. Terapeutik
 Kejang
 Sediakan lingkungan
menurun
yang dingin
 Pucat
 Longgarkan atau
menurun
lepaskan pakaian
 Takikardi
 Basahi dan kipasi
menurun
permukaan tubuh
 Takipnea
 Berikan cairan oral
menurun
 Ganti linen setiap hari
 Bradikardi
atau lebih sering jika
menurun
mengalami
 Hipoksi
hiperhidrosis
menurun
 Lakukan pendinginan
 Suhu tubuh
eksternal
membaik
 Hindari pemberian
 Ventilasi
antipiretik atau aspirin
membaik
 Berikan oksigen, jika
perlu
c. Edukasi
 Ajarkan tirah baring
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
5. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Intervensi Utama
Tidak Efektif (D.0149) asuhan 1. Latihan batuk efektif
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam a. Observasi
diharapkan  Identifikasi
bersihan jalan kemampuan batuk
napas  Monitor adanya retensi
Ekspektasi: sputum
Meningkat
 Monitor tanda dan
KH:
gejala infeksi saluran
 Batuk efektif nafas
meningkat
 Monitor input dan
 Produksi
output cairan (mis,
sputum
jumlah dan
menurun
karakteristik)
 Wheezing b. Terapeutik
menurun
 Atur posisi semi –
 Dispnea
fowler / fowler
menurun
 Pasang perlak dan
 Ortopnea
bengkok di pangkuan
membaik
pasien
 Frekuensi
 Buang sekret pada
napas
tempat sputum
membaik
c. Edukasi
 Pola napas
 Jelaskan tujuan dan
membaik
prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, di
tahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi
tarik nafas dalam
hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik nafas yang ke 3
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
mukolitik /
ekspektoran, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta :


Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistim
Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction.
Rahajoe N., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. pp.583-
593
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai