TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang
Pneumonia adalah sebuah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkab
oleh agen infeksius meliputi mikroorganisme, bakteri, mikrobakteri, jamur serta virus.
dalam jaringan paru yang dicetuskan oleh tempat atau faktor resiko pasien oleh invasi
nonmikroorganisme seperti bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan
B. Etiologi
sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau
sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan
penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi hal-
hal berikut :
A. Batuk
B. Dispnea
C. Takipea
G. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya)
H. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih kecil)
J. Demam
K. Ronchi
L. Sakit kepala
M. Sesak nafas
N. Menggigil
O. Berkeringat
A. Anatomi
a. Nares Anterior
dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang
bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus
yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung
(Syaifuddin, 2014).
b. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epitelium silinder
dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu
membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di atas septum nasalis dan konka,
selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga tulang kerang (konka)
yang diselaputi epitelium pernafasan, yang menjorok dari dinding lateral hidung ke
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di
lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan
c. Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
d. Laring (tenggorok)
vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya
terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher.
Laring terdiri atas dua lempeng ataunlamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi
atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya
seperti cincin mohor di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang
berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua tulang rawan
aritenoidyang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebratorakalis kelima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua
puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia
dan sel cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini
debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk bersama dengan pernafasan dapat
dikeluarkan.
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat pada
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang paling kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
g. Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama. Paru- paru mengisi
rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum.
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul
sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di
atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang
menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang
menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
B. Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris.
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui
pernafasan eksterna :
C. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
D. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
E. Klasifikasi
1). Berdasarkan Etiologi (Soemantri,2007)
pru mekakui aliran
Jenis Etiologi darah
Pneumonia
Sindrom Streptococos
tipikal pneumoniae jenis
pneumonia tampa
penyulit
Streptococus
pneumoniae
dengan penyulit
Sindrom Haemophilis
atipikal influenzae
Staphyloco
cus aureus
Mycoplas
ma
pneumoni
a
Virus patogen
Aspirasi Aspirasi basil
gram
negatif
Klebsiella,
Pseudomonas,
enterobacter,
Escherrichia
proteus, dan
basil
gram potitif
staphylococus
Aaspirasi
asam
lambung
Hematogen Terjadi bila
patogen
manyebar ke
paru-
Faktor Risiko Tanda dan Gejala
F. Patofisiologi
orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada
refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga
inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.
alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat
terisinya alveolar.
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah
Radang bronkial
Ketidakefektifan Atelektasis
bersihan jalan nafas
Pengeluaran energi
berlebih
Hipoxemia
Intoleransi aktivitas
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan pola nafas
kebutuhan tubuh
Sumber :
Nurarif & Kusuma, 2013
H. Pemeriksaan Penunjang
adalah :
C. Sinar X
D. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
E. JDL Leukositosis
F. LED Meningkat
I. Bilirubin meningkat
terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal
di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan
K. Oksigen 1-2L/menit
M. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
N. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
J. Komplikasi
Q. Abses paru
R. Edusi pleural
S. Empisema
T. Gagal napas
U. Perikarditis
V. Meningitis
W. Atelektasis
X. Hipotensi
Y. Delirium
Z. Asidosis metabolik
AA.Dehidrasi
K. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian Umum
a) Identitas klien
Angka kejadian tertinggi pada usia balita sedangkan pada usia dewasa
dapat ditemukan akibat satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu
daya tahan tubuh. Pneumonia merupakan penyebab mortalitas pada
dewasa muda. Insidensi pneumonia pada laki-laki dan wanita sama.
b) Keluhan Utama
Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, lemas, dan kepala nyeri.
c) Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai keluhan
batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum
obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk
yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan
seringkali berbau busuk.
d) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang dapat menjadi factor utama terjadinya pneumonia seperti
penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru), diabetes mellitus,
imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV), ketergantungan alkohol,
aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang baru terjadi (misalnya
influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik, pascaoperasi (Misnadirly, 2008).
e) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien ada yang mengalami hal
yang sama dengan pasien atau apakah keluarga ada yang mengalami
penyakit degeneratif.
f)Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya kebiasaan
minum alkohol, kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan, aktifitas
atau olahraga, dan stress
g) Pengkajian fisik (B1-B6)
Setelah melaukan anamnesa yang mengarah pada keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik dilakukan secara persistem (B1-B6) dengan
focus pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan dari klien. Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa
TTV. Pada klien pneumonia biasanya didapatkan sesak nafas, peningkatan
suhu tubuh lebih dari normal yaitu 38-48 oC, kemerahan, panas, kulit kering,
dan berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi
dan iritasi alveoli yang sudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh.
(1)B1 (Breathing)
Inspeksi apakah terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang
sering didapatkan pada pasien pneumonia. Palpasi adanya
ketidaksimetrisan pernapasan pada klien. Perkusi seluruh dada dan
lapang paru untuk menentukan letak gangguan di paru sebelah mana.
Auskultasi bunyi napas tambahan yaitu stridor maupun ronkhi pada
pasien pneumonia untuk menentukan pneumonia terletak pada lobus paru
sebelah mana.
(2) B2 (Blood)
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah
menurun, dan peningkatan LED serta leukositosis berhubungan dengan
adanya agen asing yang masuk di dalam tubuh.
(3) B3 (Brain)
Pada klien dengan pneumonia pada fase akut dapat terjadi penurunan
GCS, refleks menurun atau normal, letargi. Terjadi karena virus atau
bakteri di dalam paru besirkulasi mengikuti aliran darah menuju sistem
saraf pusat.
(4) B4 (Bladder)
Pada pneumonia produksi dapat menurun atau normal. Observasi
adanya penurunan urin sebagai tanda terjadinya penurunan tekanan
darah atau syok hipovolemik.
(5) B5 (Bowel)
Pneumonia kadang tidak mempengaruhi sistem pencernaan, feses
normal atau dapat terjadi mual dan muntah akibat terapi pengobatan
dan anoreksia.
(6) B6 (Bone)
Akibat gangguan pada ventilasi paru maka suplai O2ke jaringan juga
menurun mengakibatkan penurunan tonus otot dan nyeri otot. Kulit
nampak pucat, sianosis, banyak keingat, suhu kulit meningkat serta
kemerahan.
L. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
CC.Hipertemi
Intervensi:
NOC :
kulit NIC :
b. observasi TTV
Intervensi :
Kusuma, 2013)
NOC
a. Energi conversation
b. Activity tolerance
Kriteria hasil:
NIC
Activity Therapy
Kusuma, 2013)
NOC
Kriteria hasil :