Anda di halaman 1dari 10

NAMA : HINDAYATUS SHOKHIFAH

KELAS : B10

NIM :1711015

Resume Keperawatan Jiwa

CONSULTATORY LIAISON MENTAL HEALTH NURSING (CLMHN)

 Orang sehat jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik,

mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi pada

komunitasnya. (UU No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa)

 Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental,

sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko

mengalami gangguan jiwa (UU No 18 th 2014 ttg Keswa)

 Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan pikiran, perilaku,

dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan

perilaku yang bermakna, menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi

sebagai manusia (UU No 18 th 2014 ttg Keswa)

 Klien berisiko (Psikososial)

 MASALAH FISIK

– Sakit
Darah tinggi, Diabet, Jantung, TBC, Stroke, Ginjal, Rematik, Kehilangan anggota
tubuh, Kurang gizi, dan semua sakit fisik

– Ibu Hamil
Ibu hamil dan Ibu melahirkan
 MASALAH SOSIAL

– Pekerjaan
PHK, Kehilangan harta benda, Ekonomi kurang
– RT
Kehilangan (meninggal) anggota keluarga, KDRT
– Hub SOS
Konflik

 MASALAH MENTAL

– Khawatir, Galau

TARGET PELAYANAN KESEHATAN JIWA

1. SEHAT JIWA TETAP SEHAT

2. RISIKO GANGGUAN JIWA JADI SEHAT JIWA

3. GANGGUAN JIWA JADI MANDIRI DAN PRODUKTIF

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA (UU Keswa N0 18 Tahun 2014, pasal 4)

1. Promotif

2. Preventif

3. Kuratif

4. Rehabilitatif

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN JIWA (UU KESWA no 18 tahun 2014, pasal 48)

1. Puskesmas dan jejaring, klinik pratama, dan praktik dokter dengan kompetensi pelayanan
Kesehatan Jiwa

2. Rumah sakit umum

3. Rumah sakit jiwa

4. Rumah perawatan
PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI RUMAH SAKIT UMUM

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA PASIEN SAKIT FISIK

(CLMHN, Consultation Liaison Mental Health Nursing)

Klien dengan masalah psikososial  berpotensi/risiko mengalami gangguan jiwa  Orang dangan
masalah kejiwaan (ODMK)

Bagaimana agar pasien dengan penyakit fisik bisa tetap sehat jiwa

Fokus keperawatan tidak hanya diagnosis fisik  emosional, spiritual, perkembangan, kognitif, respon
perilaku pasien akibat penyakit yang diderita

PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI RUMAH SAKIT UMUM

Diagnosis keperawatan psikososial

1. Ansietas

2. Harga diri rendah situasional

3. Gangguan citra tubuh

4. Ketidakberdayaan

5. Keputusasaan

1. Ansietas

 Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek yang spesifik
karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang baru (Stuart, 2013).

TANDA GEJALA SUBJEKTIF:

– Sakit kepala dan Sulit tidur

– Lelah

– Merasa tidak bahagia

– Sedih
– Menangis

– Sulit menikmati kegiatan harian

– Kehilangan minat gairah

– Perasaan tidak aman

– Pekerjaan sehari-hari terganggu

TANDA GEJALA OBJEKTIF:

– Nadi dan tekanan darah naik

– Tidak nafsu makan

– Diare/konstipasi

– Gelisah

– Berkeringat

– Tangan gemetar

– Sulit mengambil keputusan

– Sulit berfikir

– Mudah lupa

– Sulit menerima informasi dari luar

– Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

– Ketakutan

Penatalaksanaan ansietas

 Pasien

– Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,


akibat dan melatih teknik relaksasi fisik

– Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi

– Melatih mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari

– Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual


 Keluarga

– Bantu keluarga mampu mengenal masalah ansietas pasien dan masalah


merawat pasien ansietas

– Bantu keluarga mampu mengambil keputusan merawat klien dengan


ansietas

– Latih keluarga merawat klien dengan ansietas

– Latih keluarga mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dengan


ansietas

– Bantu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-


up dan mencegah kekambuhan klien

2. Gangguan citra tubuh

 Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan (Stuart, 2013)

TANDA GEJALA SUBJEKTIF

– Mengungkapkan perasaan adanya perubahan pandangan tentang


tubuhnya (misalnya: penampilan, struktur dan fungsi)

– Mengungkapkan persepsi adanya perubahan pandangan tentang


tubuhnya dalam penampilan

– Mengungkapkan merasa tidak puas dengan hasil operasi atau tindakan


infasif

– Mengatakan merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang/berubah

– Mengatakan perasaan negatif tentang tubuhnya

– Khawatir adanya penolakan dari orang lain

TANDA GEJALA OBJEKTIF

– Perubahan dan hilangnya anggota tubuh baik bentuk struktur dan fungsi
– Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu

– Menolak melihat atau menyentuh bagian tubuh

– Aktifitas sosial menurun

Penatalaksanaan GCT

PASIEN:

– Mengenal bagian tubuh yang terganggu

– Mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi dan yang terganggu

– Mengafirmasi dan melatih bagian tubuh yang sehat

– Melatih bagian tubuh yang terganggu

Keluarga

– Mengenal masalah gangguan citra tubuh

– Mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh

– Merawat klien dengan gangguan citra tubuh

– Menyusun rencana tindakan untuk klien dengan gangguan citra tubuh

3. Harga diri rendah situasional

 Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons
terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai
evaluasi diri positif (NANDA, 2015)

TANDA GEJALA SUBJEKTIF

– Mengungkapkan rasa malu/bersalah

– Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri

– Mengungkapkan hal-hal yang negative tentang diri (misalnya,


merendahkan kemampuannya dan ketidakbergunaan

TANDA GEJALA OBJEKTIF


– Menyalahkan diri secara episodic terhadap permasalahan hidup yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif

– Kesulitan dalam membuat keputusan

Penatalaksanaan HDRS

 Pasien

– Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan


akibat Harga diri rendah situasional

– Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (afirmasi


positif)

– Menilai kemampuan yang dapat digunakan

– Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

– Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

– Melakukan kegiatan yang sudah dilatih

 Keluarga

– Mengenal masalah harga diri rendah situasional

– Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah situasional

– Merawatklien dengan hargadirirendahsituasional

– Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien

– Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan


mencegah kekambuhan
4. Ketidakberdayaan

 Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil
secara bermakna; suatu keadaan individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan (Nanda, 2015).

Tanda subjektif

– Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai


kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.

– Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu

– Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan


untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.

– Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.

– Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

Tanda objektif

– Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi


tentang perawatan

– Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan


kesempatan

– Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

– Ketergantungan terhadap orang lain

– Apatis dan pasif

– Ekspresi muka murung

– Bicara dan gerakan lambat

– Tidur berlebihan dan kurang aktif

– Nafsu makan tidak ada atau berlebihan


– Menghindari orang lain

Penatalaksanaan ketidakberdayaan

PASIEN

– Mengenali ketidakberdayaan yang dialaminya

– Mengontrol ketidakberdayaannya dengan latihan berfikir positif

– Mengontrol ketidakberdayaannya dengan berpartisipasi dalam


pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan, pengobatan dan masa depannya

– Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan


mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan klien

KELUARGA

– Mendiskusikan masalah keluarga dalam merawat klien ketidakberdayaan dan akibat yang terjadi

– Menjelaskan dan melatih keluarga klien ketidakberdayaan cara : afirmasi positif dan melakukan
kegiatan yang masih dapat dilakukan

– Menjelaskan lingkungan yang terapeutik untuk klien

– Melatih, memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada klien ketidakberdayaan

– Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up dan mencegah


kekambuhan klien

5. Keputusasaan

 Keputusasaan merupakan kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya
ada sedikit atau bahkan tidak ada alternativ atau pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi
energi demi kepentingannya sendiri (NANDA, 2015).

Tanda gejala keputusasaan

– Kontak mata kurang


– Penurunan afek

– Penurunan selera makan

– Penurunan respon terhadap stimulus

– Penurunan verbal

– Kurang inisiatif

– Kurang keterlibatan dalam asuhan

– Pasif

– Gangguan pola tidur

– Isyarat verbal (misalnya: isi putus asa, saya tidak dapat, menghela nafas).

Penatalaksanaan

 PASIEN

– Mengidentifikasi kekuatan pribadi assesmen keputusasaan

– Latihan menemukan harapan dan makna hidup

– Latihan berfikir positif

– Evaluasi manfaat berfikir positif dan Latihan melakukan aktifitas untuk


menumbuhkan harapan dan makna hidup

KELUARGA

– Menjelaskan kondisi klien keputusasaan

– Menjelaskan cara merawat klien dengan keputusasaan

– Evaluasi peran keluarga dalam merawat pasien

– Diskusikan cara mencegah kekambuhan dan melakukan followup

Anda mungkin juga menyukai