Disusun Oleh :
Hindayatus S
1930036
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Pneumonia adalah sebuah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkab
oleh agen infeksius meliputi mikroorganisme, bakteri, mikrobakteri, jamur serta virus.
Pneumonitis merupakan bentuk umum yang menjelaskan mengenai proses inflamasi di
dalam jaringan paru yang dicetuskan oleh tempat atau faktor resiko pasien oleh invasi
nonmikroorganisme seperti bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan
lain-lain (Smelzer&Bare, 2010)
B. Etiologi
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi hal-
hal berikut :
a. Batuk
b. Dispnea
c. Takipea
j. Demam
k. Ronchi
l. Sakit kepala
m. Sesak nafas
n. Menggigil
o. Berkeringat
B. Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen
dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh haemoglobin sel darah
merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobin 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler darah ke alveoli,
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :
1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat
mencapai semua bagian tubuh
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah
berdifusi daripada O2.
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang meninggalkan
paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak
darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2;
jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan
memungut lebih banyak O2
E. Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan respons
tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki saluran
pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat
terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia sangat jarang
tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial
yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran
pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang
mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih memiliki
makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag membunuh
mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup.
Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi
klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan
mediator inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang
akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan menyebabkan
leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan
neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat
keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini
menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta
hipoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi hipoksik
yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan
hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme
paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian.
F. Pathway
Gambar 2.2 Pathway Pneumonia
Radang bronkial
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Atelektasis
Pengeluaran energi berlebih
Hipoxemia
Intoleransi aktivitas
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Misnadiarly, 2008), kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat,
bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita
anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin
perlu di berikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang di
tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1) Oksigen 1-2L/menit
2) IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan
3) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasiJika sesak tidak
terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan
feeding drip.
8) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
9) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community
base:
1. Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
I. Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu
a. Abses paru
b. Edusi pleura
c. Empisema
d. Gagal napas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolik
k. Dehidrasi
K. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian Umum
a) Identitas klien
Angka kejadian tertinggi pada usia balita sedangkan pada usia dewasa dapat
ditemukan akibat satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan
tubuh. Pneumonia merupakan penyebab mortalitas pada dewasa muda. Insidensi
pneumonia pada laki-laki dan wanita sama.
b) Keluhan Utama
Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
lemas, dan kepala nyeri.
c) Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai keluhan batuk
biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk
yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk yang tidak
produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan
mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk.
d) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang dapat menjadi factor utama terjadinya pneumonia seperti penyakit
kronik (misalnya ginjal, dan paru), diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya
obat-obatan, HIV), ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit
virus yang baru terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,
pascaoperasi (Misnadirly, 2008).
1) B1 (Breathing)
Inspeksi apakah terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering didapatkan
pada pasien pneumonia. Palpasi adanya ketidaksimetrisan pernapasan pada
klien. Perkusi seluruh dada dan lapang paru untuk menentukan letak gangguan
di paru sebelah mana. Auskultasi bunyi napas tambahan yaitu stridor maupun
ronkhi pada pasien pneumonia untuk menentukan pneumonia terletak pada
lobus paru sebelah mana.
2) B2 (Blood)
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah
menurun, dan peningkatan LED serta leukositosis berhubungan dengan adanya
agen asing yang masuk di dalam tubuh.
3) B3 (Brain)
Pada klien dengan pneumonia pada fase akut dapat terjadi penurunan GCS,
refleks menurun atau normal, letargi. Terjadi karena virus atau bakteri di
dalam paru besirkulasi mengikuti aliran darah menuju sistem saraf pusat.
4) B4 (Bladder)
Pada pneumonia produksi dapat menurun atau normal. Observasi adanya
penurunan urin sebagai tanda terjadinya penurunan tekanan darah atau syok
hipovolemik.
5) B5 (Bowel)
Pneumonia kadang tidak mempengaruhi sistem pencernaan, feses normal atau
dapat terjadi mual dan muntah akibat terapi pengobatan dan anoreksia.
6) B6 (Bone)
Akibat gangguan pada ventilasi paru maka suplai O2ke jaringan juga menurun
mengakibatkan penurunan tonus otot dan nyeri otot. Kulit nampak pucat,
sianosis, banyak keingat, suhu kulit meningkat serta kemerahan.
L. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
2) Hipertemi
4) Intoleransi aktivitas