Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.U DENGAN DIAGNOSA MEDIS:PNEUMONIA


DI RUANG SERUNI RSUD CIBINONG
KABUPATEN BOGOR

DISUSUN OLEH :

MUHAMAD RIZA

162210052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIJAYA HUSADA BOGOR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Tn.U DENGAN DIAGNOSA MEDIS: PNEUMONIA
DI RUANG SERUNI RSUD CIBINONG
KABUPATEN BOGOR

Telah disetuji pada tanggal 11 Juni 2023

Mahasiswa

Muhamad Riza

162210052

CI Pembimbing Akademik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan
menimbulakn konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pneumonia adalah salah
satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk
dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
2. Etiologi
Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah,
bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke
dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab pneumonia tersebut
dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit
yang menyertainya (komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan
golonganbakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus Pneumoniae dan
Haemophilus Influenzae type B (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),
kemudian terjasi penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke
jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran
darah

1
3. Tanda dan Gejala
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi
hal-hal berikut :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5. Melemah atau kehilangan suara nafas
6. Retaksi dinding toraks: interkostal, substernal, diafragma, atau supraklavikula
7. Napas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya)
9. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih kecil)
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam
12. Ronchi
13. Sakit kepala
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a. Kulit yang lembab
b. Mual dan muntah

4. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan yaitu :
1) Nares Anterior Adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-
saluran itu bermuara di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara
ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung.
Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit.
Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi

2
bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung
(Syaifuddin, 2014).
2) Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Daerah pernafasan dilapisi epitelium silinder dan sel spitel berambut yang
mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat
permukaan nares basah dan berlendir. Di atas septum nasalis dan konka,
selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga tulang kerang
(konka) yang diselaputi epitelium pernafasan, yang menjorok dari dinding
lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput
lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-
bulu yang terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan
lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air
dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap (Syaifuddin,2014).
3) Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut
(orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal) (Syaifuddin, 2014).
4) Laring (tenggorok)
Terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring terdiri atas
kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran.
Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah
depannya terdapatbenjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu
sebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng ataunlamina yang
bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang
rawan krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor di
sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk
lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua tulang rawan

3
aritenoid yang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri
tulang rawan kuneiform kornikulata yang sangat kecil (Syaifuddin, 2014).
5) Trakea ( batang tenggorok)
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter panjangnya.
Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggianvertebratorakalis
kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea
tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa
cincin tulang rawan yang di ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah
laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang
larut masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
6) Bronkus (cabang tenggorokan)
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebratorakalis IV dan V mempunyai struktur serupa dengan
trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
ke bawah dan ke samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari
yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang- cabang, cabang yang paling kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau
alveoli (Syaifuddin, 2014).
7) Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur
lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih
tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di
atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai
permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat

4
tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi
depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

b. Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas,
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu
lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen
dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh haemoglobin
sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100
mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen.
Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler darah ke alveoli, dan
setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan
mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau
pernafasan eksterna :
1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah berdifusi daripada O2.
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan

5
dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.

5. Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan
respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki
saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring.
Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan
penurunan kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk.
Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen. Faktor mekanis host seperti
rambut nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial yang bercabang cabang
mencegah mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor
lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah
aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme di orofaring. Saat
mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih memiliki
makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag
membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme
bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat
ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.Respons inflamasi tubuh akan
memicu penglepasan mediator inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF
( Tumor Necrosis Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan
bermigrasi ke paru paru dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga
meningkatkaan sekresi purulen.
Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler
alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan
infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat
terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga
berujung pada kematian.

6
Pathway

Sumber :
Nurafif & Kusuma, 2013

7
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Misnadiarly, 2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah
:
a. Sinar X
Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih
sering virus). Pada pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin lebih bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
c. JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun.
d. LED Meningkat
e. Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun
f. Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
g. Bilirubin meningkat
h. Aspirasi / biopsi jaringan paru
7. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Misnadiarly, 2008), kepada penderita yang penyakitnya tidak
terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di
rumah. Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau
dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu di berikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang di
tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a. Oksigen 1-2L/menit
b. IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan

8
c. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
d. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaIki transport mukosilier.
f. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base :
1) Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
1) Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
8. Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
a. Abses paru
b. Edusi pleural
c. Empisema
d. Gagal napas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolik
k. Dehidrasi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Teori

1. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Hipertemi
c. Ketidakefektifan pola nafas
d. Intoleransi aktivitas
9
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Faktor Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
(Wong, 2008)
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas dan sekret dapat keluar
Kriteria hasil : Pernafasan normal 50-60 x/menit
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Berikan suction sesuai indikasi
3) Beri posisi yang nyaman
4) Anjurkan untuk minum yang banyak
5) Kolaborasi terapi Nebulizer sesuai dengan ketentuan
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Wilkinson, 2007)
Intervensi :
1) suhu tubuh dalam rentang normal
2) nadi dan RR dalam rentang normal
3) tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi :
1) monitor temperatur suhu tubuh
2) observasi TTV
3) anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak
4) berikan kompres pada lipatan axila dan paha
5) berikan antipiretik sesuai program tim medis
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah (Nurarif & Kusuma, 2013)
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : Menunjukan BB stabil
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Monitor asupan nutrisi
3) Monitor adanya penurunan BB
4) Monitor tugor kulit
5) Monitor mual muntah

10
6) Berikan informasi tentang kebutuhan tubuh
7) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (Nurarif & Kusuma,
2013)
Tujuan :
1) Energi conversation
2) Activity tolerance
3) Self care : ADLs
Kriteria hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi, dan RR
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
3) Tanda-tanda vital
Intervensi :
Activity Therapy
1) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat.
2) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuam
fisik, psikologi, dan sosial
4) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang di perlukan
untuk aktivitas yang di inginkan
5) Bantu untuk mendapatkan alat bantu dan aktivitas yang disukai
6) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitras yang di sukai
7) Bantu klien untuk membuat jadwal di waktu luang
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (Nurarif &
Kusuma, 2013)
1. Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway patency
Kriteria hasil :
1. Mendemostrasikan batuk efektif
2. Menunjukan jalan nafas yang paten

11
3. Tanda-tanda vital dsalam rentang normal
Intervensi :
1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
2. Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi
3. Lakukan fisioterapi data jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultrasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Monitor respirasi dan status O2

12

Anda mungkin juga menyukai