Nur Awalliyah
211030230159
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala kuasa dan karunia
yang diberikan sehigga penulis dapat menyelesaikan Profesi Ners yang berjudul”
Ruang Rawat Inap Anak Rs. Annisa TAngerang”. Profesi Ners ini diajukan untuk
bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada
Husada Tangerang
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kes Selaku Ketua STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang
4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid Selaku Wakil Ketua 2 Bidang Akademik
5. Ida Listiana, SST, M.Kes Selaku Wakil Ketua 3 Bidang Akademik Stikes
6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep Selaku Ketua Studi s1 Keperawatan dan
1
7. Ns.Uswatun Hasanan S.Kep., M. Epid Selaku Pembimbing Profesi Ners
kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaikan laporan penelitian
ini.
1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan serius yang sebagian
besar menyerang anak balita dibawah usia 5 tahun, pneumonia merupakan penyakit
terbesar penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia, ada 15 negara dengan
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya.
terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di
1
2
bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar dan
B. Anatomi Fisiologis
Menurut Syaifuddin (2016) secara umum sistem respirasi dibagi menjadi saluran
a. Hidung Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
b. Faring Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak
yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai
berikut:
3
a. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih
vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas
b. Bronkus
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan
lebar yang daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan
bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan
c. Bronkiolus
3. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam
rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas
beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta
dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari
tiga lobus dan paru kiri dua lobus. Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua
bagian, yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk yang bagian puncak disebut
apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori, serta berfungsi sebagi
tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dinamakan alveolus.
4
C. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma, pada tahun 2015 menjelaskan bahwa secara umum
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan
peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
5
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
D. Manifestasi klinis
2. Demam (39o -40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
atelectasis absorbsi.
E. Patofisiologi
invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis
dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat
merasa sesak.
paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak hanya menginfeksi
saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh
darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen
sehingga timbul masalah GI. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme.
penyakit. masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan
yang ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena
adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi
merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada
atau sangat minimal sehingga orang dewasa akan bertambah sesak, stadium ini
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas seperti ampisilin,
pengobatan ini diberikan sampai bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang
2014)
2. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan dan,
Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc sehari) atau dengan
mencapai 38ºC serta untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
3. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini dengan dosis
1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB.
obat agonis beta- 2 adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus.
Salbutamol menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
1. Pemeriksaan laboratorium
yang spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia. 5) Sampel darah, sputum dan urine
2. Pemeriksaan radiologi
benda padat
I. Komplikasi
dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang-orang dengan kondisi
1. Infeksi Darah Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan
menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan kegagalan
organ.
2. Abses Paru-paru Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga
paruparu. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi kadang-
3. Efusi Pleura Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di
sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan
dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah
4. Gagal Napas Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,
sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi
pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ
tubuh berhenti berfungsi dan berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari atas lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling
B. Pengkajian Keperawatan
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
1. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada
nafas.
merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot
bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah
7
14
bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki
faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau
5. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi.
distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri
dada pada saat menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan
dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan
b. Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau
secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
c. Perkusi
d. Auskultasi
hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi
atau wheezing. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan
berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
15
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang
1. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas.
untuk makan)
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing,
ketidaknyamanan.
16
6. (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua, keterbatasan
lingkungan
D. Intervensi Keperawatan
keputusan awal tentang suatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan
(Dermawan,2012).
Tahap intervensi memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan orang
(Allen, 1998)
E. Implementasi Keperawatan
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2008).
1. Fase orentasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya bertemu
2. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat
masalah kesehatanya.
3. Fase terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan
pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi nantinya
klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka dikatakan
balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan
1. Evaluasi Formatif
18
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
LAPORAN KASUS
30-06-2018
Brongkopneumonia
Orang tua klien mengatakan bahwa anaknya batuk berdahak, ibu mengatakan anaknya
Ibu klien mengatakan anaknya suka jajan, kemudian anaknya batuk berdahak 3 hari lalu
dan demam, kemudian pada tanggal 25 Oktober 2021 ibu mengatakan anaknya di bawa
1. Prenatal :
Ibu mengatakan bahwa hamil anak 1, kemudian melahirkan dengan usia kehamilan
40 minggu
2. Intra Natal :
3. Post Natal :
2. Pernah dirawat di RS
4. Tindakan (Operasi)
5. Alergi
6. Kecelakaan
7. Imunisasi
21
Ket :
Ayah
Ibu
Anak
1. Yang mengasuh
Ibu
Orang tua
Baik
5. Lingkungan rumah
23
Padat penduduk
B. Kebutuhan Dasar
Semua makanan disukai dan tidak ada makanan yang tidak disukai
Piring, sendok
2. Pola tidur
Pola tidur sebelum sakit baik, saat sakit pola tidurnya kurang
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang biasa dibawa
Ibu mengatakan sebelum tidur anaknya tidur selalu memeluk boneka jerapahnya
Tidur siang
Ibu mengatakan anaknya sering tidur siang sebelum sakit, saat sakit tidurnya tidak teratur
3. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya mandi 3x sehari, saat sakit anaknya
hanya di elap
4. Eliminasi
Ibu mengatakan selama di rumah dan dirmah sakit anak R untuk BAB/BAK dan BAB
5. Aktivitas bermain
Ibu mengatakan anaknya, anak yang aktif bermain diluar rumah dan akrab bersama teman
sebayanya
24
1. Diagnosa Medis :
Brongkopeneumonia
25
2. Tindakan Operasi
3. Status Nutrisi
Ibu mengatakan anaknya makan 1- 3x sehari dengan jenis makanan seperti nasi,
lauk pauk, sayur. Ibu mengatakan tidak ada pantangan dan alergi makanan
anaknya menyukai nugget. Untuk minuman ibu mengatakan anaknya minum air
putih, teh. Ibu mengatakan sejak sakit anak tidak nafsu makan hanya makan 1-2
sendok.
4. Status Cairan
5. Obat-obatan
IVFD D5 1 /2 10 tpm
6. Aktifitas
Ibu mengatakan anaknya adalah anak yang aktif, lebih sering bermain di dalam
7. Hasil Laboratorium
HB : 11,4 gr/dl
8. Hasil Rontgen
Bronkopneumonia
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kedaan Umum
umum sedang
2. Kepala
Muka Simetris, rambut berwarna hitam dan sulit dicabut, ubun ubun besar
menutup,
3. Mata
Sklera putih, tidak cekung, respon pupil bai, reflek cahaya baik, konjungtiva tidak
anemis
4. Hidung
5. Mulut
6. Telinga
7. Tengkuk
8. Dada
27
Inspeksi : Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 42 kali/menit, irama nafas tidak
teratur cepat dan dangkal, terdapat cuping hidung saat bernafas, terdapat
penggunaan otot bantu nafas, anak R menggunakan alat bantu nafas, nassal kanul
2 lpm
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, getaran lemah pada kedua paru
9. Jantung
Tidak terlihat adanya pulsasi iktus kordis, CRT < 2 detik ,Tidak ada sianosis
10. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk perut datar, mengikuti gerak saat bernafas, tidak terdapat bekas
luka operasi
Palpasi : Tidak terdapat massa ataupun juga tumor, nyeri tekan tidak ada
11. Perut
12. Punggung
13. Genitalia
14. Ekstremitas
Baik
15. Kulit
28
2. Motorik Halus
ngobrol
4. Motorik Kasar
F. Informasi lain
Ibu datang ke Rs anisa membawa anaknya dengan keluhan , Ibu pasien mengatakan anaknya
mengalami sesak nafas, Ibu mengatakan saat posisi tidur telentang anak semakin
merasa sesak nafas, Ibu mengatakan anaknya batuk tapi tidak bisa mengeluarkan
dahaknya, Ibu mmengatakan anaknya rewel, Ibu mengatakan anaknya demam sejak 2
29
hari lalu, hasil pemeriksaan didapatkan Suara nafas ronki pada paru kiri, Pernafasan
cepat dan dangkal , Anak tidak mampu mengeluarkan dahaknya secara mandiri,
Terdapat otot bantu pernafasan dada, TTV : RR : 37x/i N: 110x/i S : 39,00°C, S :39C
H. Analisa Data
DO :
nafas
30
DO:
Do:
S : 39,0°C
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan hambatan upaya napas ditandai dengan
depsneu
39,0°C
31
Edukasi
efektif
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
Nebulezer
pemantauan
Edukasi
7. Jelaskan tujuandan
prosdur pemantauan
8. Informasikan hasil
pemantaian
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
Oksigen
dingin
Edukasi
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
Dk
25/10/2021
Dk.1
Nebulezer RR=47x/i
A:
belum teratasi
P:
35
Lanjutkan intervensi :
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
tambahan
efektif
7. Kolaborasi pemberian
DK.
prosdur pemantauan P:
jalan napas
pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
pemantauan
Informasikan hasil
pemantaian
Kolaborasi pemberian
oksigen
37
DK.
cairan intravena P:
Lanjutkan intervensi:
Identifikasi penyebab
hipertermia
dingin
intravena
26/10/2021
38
Dk.1
RR= 40x/menit
SpO2=98%
nebu
2lpm
A:
P:
Lanjutkan intervensi
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
tambahan
Kolaborasi pemberian
Dk.2
pemantauan N : 105x/i,
40
prosdur pemantauan
pemantauan A:
P:
Lanjutkan intervensi
Monitor frekuensi ,
jalan napas
pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan
Dk.3
dingin O:
cairan intravena A:
inj sebagian
Lanjutkan intervensi
dingin
intravena
27/10/2021
Dk.1
tambahan O:
Dk.2
pemantauan P:
Dk.3
A:
P:
Intervensi dihentikan
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu bersihan jalan napas tidak efektif,
pola napastidak efektif dan hipertermi diagnosa ini di dukung oleh data yang
keperawatan yang sebelumnya tersusun dan sesuaikan dengan konsidi klien pada
4. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses yang berfungsi untuk menilai
hasil tindakan keperawatan dan rencana keperawatan sebagai tolak ukur dan
jangka panjang belum dapat teratasi karena membutuhkan waktu yang cukup
lama.evaluasi yang didaptkan pada An..R. Masalah sudah teratasi dan klien sudah
pulang.
B. Saran
Dapat mengembangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan mutu pelayanan
baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan lainnya yang ada di dalam rumah
sakit tersebut
44
45
2. Bagi Pembaca
Bagi pembaca khususnya klien rumah sakit agar lebih memperhatikan dan peduli
lagi tentang keadaan anak dan lingkungan sekitar, membawa anak kerumah sakit
dalam kondisi tidak sehat adalah keputusan yang tepat, karna dengan hal tersebut
dapat lebih awal mengatasi masalah dan mengetahui penyakit apa yang diderita
pada anak
4. Bagi Penulis
bronkopeneumonia.
46
Daftar Pustaka
Agustina, I (2013) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Pencegahan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) Penyakit yang Ditularkan Melalui
Bumi Medika
Dermawan (2012) Proses Keperawatan Penerapan Konsep Dan Kerangka Kerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Dinkes (2016) Profil Kesehatan Kota Samarinda 2016 Samarinda: Dinas Kesehatan Kota
Samarinda
Dewi & Noprianty (2018) Risk Factors Related To Faal Incidence In Hospitaliced Pediatric
Infodatin (2015) Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Jakarta : infodatin
Kemenkes RI (2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017 Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Nugroho, T (2011) Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam
Ningrum dan Sri Utami (2008) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
Medika Riyadi dan Sukarmin (2009) Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi pertama
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
Sherwood, L (2012) Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6 Jakarta: EGC Suara,
Mahyar. dkk (2013) Konsep Dasar Keperawatan Jakarta: CV Trans Info Media
Wijayaningsih,
Kartika Sari (2013) Asuhan Keperawatan Anak Jakarta : CV Trans Info Media