BRONKOPNEUMONIA
Oleh :
NIM : 1490122062
TAHUN 2023
A. Pendahuluan
Penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan kematian adalah penyakit
infeksi saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut
atau kronis. Infeksi saluran nafas akut (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi disertai
tempat disepanjang saluran nafas dan adneki selnya (telinga tengah, cavum pleura, dan
paraanalisis). World Health Organitation (WHO) tahun 2005 menyatakan Propotional
Mortality Ratio (PMR) balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau
berkisar 1,6 -2,2 juta dan sekitar 70% terjadi di negara- negara berkembang terutama di
Afrika dan Asia Tenggara. Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di
dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran
napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF
Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 %
diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya
kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 %
diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data
sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 – 35 %. Pneumonia
komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per
tahun.
Pada laporan ini akan di bahas tentang salah satu tipe pneumonia yaitu asuhan
keperawatan pada pasien bronkopneumonia.
B. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli
terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.
Brokopneumonia merupakan infeksi pada parenki paru yang terbatas pada alveoli
kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada pemeriksaan
histologist terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan
oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Berbagai
spesies bakteri, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit dapat menjadi penyebab
(Levison, M. 2000).
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001). Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).
C. Anatomi Fisiologi
Anatomi Saluran pernafasan
Saluran pernafasan bagian atas:
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-
sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring
dibagi menjadi tiga region yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Saluran pernafasan bagian bawah:
1. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat
menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
2. Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan
lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang
lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang menjadi bronkus lobaris
kemudian bronkus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang
permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
3. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi
dan jalan udara pertukaran gas.
4. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II
sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe
III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
5. Paru
Paru-paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga
torak atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum sentral yang
mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar. Setiap paru-paru mempunyai
apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronbialis, bronkus, syaraf dan
pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula
interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
6. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada lobus inferior. Paru-paru kana mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen tini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru-paru dirongga dada
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu Pleura
Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru-paru; danPleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
1. Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran
karbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
2. Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :
- Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
- Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
- Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh.
D. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Nettina, 2001) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Manifestasi klinis:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
- Nyeri pleuritik
- Nafas dangkal dan mendengkur
- Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
- Mengecil, kemudian menjadi hilang
- Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan suhu tubuh 38,8 0C sampai 41,10C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis
- Area sirkumoral
- Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Patofisiologi
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya kuman melalui inhalasi,aspirasi, hematogen
dari fokus infeksi atau penyebaran langsung. Inflamasi bronkus ditandai dengan adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan menyebabkan penyempitan jalan
napas, sesak napas dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan
rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, asidosis respiratori, terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang
mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Pathway Bronkopneumonia Bakteri, jamur, virus
Metabolisme Dispneu
anaerob
Retraksi dada/ nafas
Peningkatan asam
cuping hidung
laktat
35x/menit,
- S : 38,5 0 C.
Subjektif: Kuman terbawa ke saluran Gangguan
pencernaan
- Klien mengatakan mengalami keseimbangan cairan
diare Infeksi saluran cerna elektronik
- Klien mengatakan perutnya Malabsorbsi
terasa sakit
Diare
3. Diagnosa Keperawatan
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus
kapiler.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveolus
- Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral
- Gangguan pemenuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Intervensi Keperawatan
Levison, M., 2000. Pneumonia, dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Misnadiarly. 2008. Penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak, orang dewasa, usia
lanjut, pneumonia atipik dan pneumonia atypik mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor
Nanda. (2010). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta: Digna Pustaka
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta:
EGC.
Populerhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20330/5/Chapter%20I.pdf