PENDAHULUAN
I.3. TUJUAN
I.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia di ruang
rawat intensif anak (PICU).
I.1.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui:
a. Definisi, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan dan komplikasi
pneumonia
b. Pengkajian keperawatan pada anak dengan pneumonia
c. Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan pneumonia
d. Rencana keperawatan pada anak dengan pneumonia
e. Implementasi dan evaluasi keperawatan pada anak dengan pneumonia
I.4. MANFAAT
I.4.1. Manfaat bagi Institusi (ICU anak RSUPN. Cipto Mangunkusumo)
Dapat menambah wawasan pengetahuan sebagai dasar dalam menangani dan memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia.
I.4.2. Manfaat bagi penulis
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai pneumonia
b. Dapat menambah pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
pneumonia di ruang rawat intensif anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu bentuk infeksi yang menyerang salah satu atau kedua lobus paru-paru.
Pneumonia merupakan infeksi yang menyerang paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri, virus
dan fungi. Pneumonia bukan merupakan kasus tunggal, namun dengan penyebab yang bervariasi. Gejala
yang ditimbulkan pun bervariasi dari ringan hingga berat.
Pneumonia menyerang paru-paru dengan 2 mekanisme. Lobar pneumonia merupakan pneumonia yang
menyerang pada satu bagian (lobus) paru. Bronchial pneumonia (Bronchopneumonia) menyerang semua
bagian pada 2 lobus paru-paru.
II.3. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia bervariasi, antara lain disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, dan bahan
kimia. Seseorang menderita pnuemonia dengan beberapa cara antara lain:
a. Bakteri dan virus yang berada di hidung, sinus dan mulut menyebar ke paru-paru
b. Menghirup udara yang mengandung bakteri, virus, atau fungi
c. Menghirup makanan, cairan, atau muntahan dari mulut ke paru-paru (pneumonia aspirasi)
Berikut beberapa contoh organisme penyebab pneumonia:
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), Legionella pneumophila, Mycoplasma
pneumoniae, dan Chlamydophila pneumoniae. Pneumocystis jiroveci biasanya menyebabkan
pneumoni pada orang dengan penurunan sistem imun misal pada HIV AIDS
2. Virus : Respiratory syncytial virus
3. Fungi : Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum
4. Mycoplasma : Mycoplasma pneumoniae
Beberapa faktor resiko seseorang menderita pneumonia antara lain sebagai berikut:
1. Cerebral palsy
2. Penyakit paru kronik
3. Perokok
4. Kesulitan menelan
5. Penurunan sistem imun
6. Penurunan kesadaran
7. Penyakit kritis lainnya
8. Pembedahan atau trauma
9. Status gizi buruk
10. Sedang mengalami laringitis atau flu
II. 4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi saat mikroorganisme patogen masuk ke saluran pernafasan dan tubuh
melakukan mekanisme pertahanan diri dengan munculnya respon inflamasi.
Patofisiologi pneumonia dimulai dari hilus paru yang menjalar secara progresif ke perifer sampai
seluruh lobus terkena. Proses radang ini dapat kita bagi atas 4 tingkatan:
1. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat kongesti
Lobus paru yang meradang tampak berwarna kemerah-merahan, membengkak pada perabaan
mengandung banyak cairan dan pada irisan keluar cairan kemerah-merahan. Pada tingkat ini kapiler
melebar dan kongestif, alveolus terisi oleh netrofil dan makrofag.
2. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat hepatisasi merah
Pada tingkat ini jumla,h netrofil bertambah, tampak pula sel-sel darah merah dalam alveoli. Eksudat
berubah menjadi fibrinosa. Pada makroskopis paru-paru tampak lebih padat sehingga perabaannya
menyerupai hati.
3. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat hepatisasi kelabu
Pada perabaan paru masih tetap kenyal seperti hepar, hanya warna kemerah-merahan berubah menjadi
kelabu. Eksudat masih tetap terlihat bahkan dapat berubah menjadi nanah dan masuk ke pleura, pada
mikroskopis sel-sel tampak amorf. Saat ini kuman sudah tidak dapat terdeteksi lagi dan makrofag lebih
berperan dalam proses penyembuhan.
4. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat resolusi atau penyembuhan total
Disini paru-paru menjadi lunak dimana eksudat yang melunak sebagian dibatukkan keluar dan sebagian
lagi mengalami resorbsi. Pada saat ini seluruh bagian paru kembali kepada keadaan normal.
II.5. TANDA DAN GEJALA
Gejala pneumonia dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Beberapa gejala yang sering
ditemukan antara lain:
a. Nafas cepat atau kesulitan bernafas
b. Batuk
c. Demam
d. Menggigil
e. Kurang nafsu makan
f. Nyeri dada, terutama pada saat bernafas dalam dan batuk
g. Retraksi dinding dada.
II.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia tergantung dari berat ringannya gejala yang diderita. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan infeksi dan mencegah komplikasi. Jika gejala masih ringan, dapat
dianjurkan :
a. Banyak minum, terutama air hangat untuk membantu mengencerkan lendir yang pekat
b. Istirahat yang cukup
c. Berhenti merokok
d. Menghirup udara yang hangat dan lembab : caranya dengan meletakkan kain yang lembab dan
hangat di dekat mulut dan hidung. Tujuannya untuk mengencerkan lendir yang pekat di saluran
nafas
e. Batuk efektif: dapatmembantu mengeluarkan dahak
f. Periksa ke dokter : untuk mendapatkan antibiotik dan obat penurun panas
Jika gejala makin berat maka perlu dirawat di rumah sakit. Tindakan yang dilakukan antara lain:
a. Pemberian cairan intra vena
b. Pemberian antibiotik intravena : tergantung dari organisme penyebab pneumonia dan berat
ringannya infeksi serta gejala yang timbul. Jika pneumonia karena virus, biasanya tidak diberikan
antibiotik, namun antiviral. Pneumonia karena virus biasanya membaik dalam 1-3 minggu.
c. Terapi oksigen
d. Terapi pernafasan (breathing treatment)
II.8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien pneumonia antara lain:
1. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
2. Efusi pleura
3. Abcess paru
4. Gagal nafas ( membutuhkan ventilasi mekanik)
5. Sepsis, yang dapat menyebabkan gagal multi organ
KASUS:
By.H, jenis kelamin laki-laki, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak yang semakin
memberat sejak 9 jam smrs.
III.1. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2012, pukul 21.00
Ruang rawat : ICU Anak (masuk tgl. 2 Mei 2012)
1. Identitas Pasien
Nama : By. H
NRM : 368.3406
Tanggal lahir : 10 Maret 2012
Umur : 2 bulan
Tanggal masuk RS : 1 Mei 2012
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kalibata timur I RT: 09 RW: 01
Penanggung jawab biaya : Surat Keterangan Tidak Mampu
2. Keluhan Utama:
Sesak nafas yang semakin memberat 9 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
By H, sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit sering batuk-batuk, berdahak, namun
dahak tidak keluar. Tidak ada sesak, demam tidak ada, muntah tidak ada. BAB 3-4x/hari, BAK
tidak ada keluhan. Kejang tidak ada, namun anak tampak lebih banyak tidur dan mau menyusu
jika dibangunkan.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien BAB sebanyak 10 kali, cair ampas sedikit,
warna kuning, tidak ada darah dan lendir, anak lebih banyak tidur. 9 jam SMRS, anak lebih
banyak mengantuk, ada demam, menggigil, tidak ada kejang. Batuk semakin berat, menurut ibu
anak tampak biru, tidak ada muntah, BAB 2 kali seperti bubur. Anak di bawa berobat ke RS Tria
Dipa, dikatakan sepsis, di rujuk ke IGD RSCM.
1 Mei 2012 : Tiba di IGD RSCM dalam keadaan apnea, dilakukan intubasi dan bagging
manual. Klien dirawat selama satu hari, lalu pindah rawat ICU anak.
2 Mei 2012 : klien tiba di PICU dalam keadaan terintubasi dengan bagging manual.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu menyangkal riwayat penyakit serupa sebelumnya.
5. Penyakit berat sebelumnya
Ibu mengatakan tidak pernah sakit berat sebelumnya
6. Genogram
Keluarga Ibu Keluarga Ayah
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-Tanda Vital (TTV):
TD: 62/35 mmHg Nadi: 155x/menit RR: 60 x/menit Suhu: 37oC
2. Pernafasan
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada, retraksi
tidak ada, tidak ada sianosis
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
Perkusi : Sonor di area paru
Auskultasi : Ronkhi di kedua paru, suara paru kanan dan kiri sama keras
Alat bantu nafas: klien terintubasi dengan ETT no3,5 kedalaman 9cm on ventilator
modus Pressure Control(PC), FiO2: 55%, PEEP : 6, RR: 50x/menit, P : 18, trigger: -1,
IT: 0,4, I:E ratio : 1: 1,7.
Min.Volume 0,9, SpO2: 99%
3. Sirkulasi
a. Sianosis : tidak ada c. CRT : <2 dtk
b. Pucat : tidak ada d. Akral : hangat
4. Neurologi
a. Kesadaran : Apatis/somnolent, GCS E1 M5 Vintubasi
dibawah sedasi dengan midazolam 1cc/jam (1microgram/kg/menit)
b. Pupil isokor, diameter 2mm/2mm, Reflek cahaya +/+
b. Gangguan neurologi : tidak ada
5. Gastrointestinal
a. Inspeksi : mukosa mulut lembab, abdomen datar, tidak distended
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : abdomenlunak, tidak tegang, hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
b. Mual dan Muntah : tidak ada
c. Asites : tidak ada
6. Eliminasi
a. Defekasi : via anus, karakter feses lunak
b. Urin : Spontan, tidak ada kelainan. Urin jernih
c. Diuresis ; 3,3 ml/kg/jam
7. Integumen
a. Warna kulit : normal
b. Luka : tidak ada
8. Muskuloskeletal
a. Kelainan tulang : tidak ada
b. Gerakan anak : bebas, normal
9. Genetalia
Laki-laki, bentuk normal
10. Penapisan / skrinning gizi:
a. TB/PB : 46cm
b. Berat badanaktual : 3,5 Kg
c. Berat badan ideal : 4,6kg ( Kurva CDC terlampir)
Status gizi pasien berdasarkan Waterlow, (BB aktual/BB ideal )x 100%
(3,5kg/4,6kg) x 100%= 76 %, maka status gizi pasien dinyatakan kurang.
Range Waterlow
- > 120% dinyatakan obesitas
- 110%-120% dinyatakan overweight atau kelebihan berat badan
- 90%-110% dinyatakan gizi normal
- 70%-90% dinyatakan gizi kurang
- <70% dinyatakan gizi buruk
RESIKO/CEDERA JATUH
Berdasarkan skala resiko jatuh Humpty Dumpty : nilai 12 termasuk resiko tinggi jatuh
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan darah by. H
Tanggal 6 mei 2012 diterima hasil Analisa Gas Darah (AGD):
pH: 7,345 pCO2: 71 PaO2 : 81,6 BE: 12,4 HCO3: 38,2 SaO2: 94,9%
2. Hasil rontgen thorax:
Tanggal 1 Mei 2012: infiltrat pneumonia tidak terlihat jelas, tapi terlihat adanya
atelektasis paru kiri yang diduga karena ETT terlalu dalam
Tanggal 2 Mei 2012: atelektasis paru kiri membaik
Tanggal 4 Mei 2012: tidak tampak atelektasis, tampak bercak infiltrat
DIAGNOSA MEDIS
- Pneumonia riwayat atelektasis paru kiri
TERAPI
1. Oral : Puasa
2. Farmakologi: - Cefotaxime injeksi 3x150mg IV
- Paracetamol 3x35mg (KP)
- Inhalasi NaCl 0,9% 3cc + ventolin 1 amp. per 6 jam
3. Cairan dan Elektrolit
a. N5 (48ml) + KCl (10ml), kecepatan 11,6cc/jam via syringe pump
b. Aminofusin 5%, kec. 2,9cc/jam
c. Dobutamin 45mg dalam 25ml D5% kec. 1cc/jam
d. Miloz dalam 25ml D5% kec. 1 cc/jam
2 Data subjektif : ibu mengatakan anaknya Penumpukan secret Bersihan jalan nafas
batuk pilek tidak efektif
Data objektif:
pada auskultasi paru terdengar ronkhi
kasar
terdapat reflek batuk
sekret kental berwarna putih
3 Data subjektif :- Kurangnya pengetahuan Nutrisi kurang dari
Data objektif : orang tua tentang kebutuhan
usia 2 bulan, BB 3,5 kg, PB 46 cm pemberian gizi yang cukup
menurut kurva CDC berat badan ideal pada anak
adalah 4,6 kg,di dapat penghitungan
bedasarkan skala waterlow status gizi
anak adalah 76% sehingga di dapat
status gizi pasien kurang
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Defisit perawatan diri
5. Resiko jatuh
5. Resiko Jatuh
Tujuan : selama tindakan keperawatan 2x24 jam, tidak terjadi jatuh pada klien
Intervensi :
a. Monitor resiko jatuh menggunakan skala humpty dumty
b. Pakaikan gelang resiko (kuning)
c. Pasang pengaman di infant warmer
d. Observasi klien tiap jam
07.00
7/5/2012 DX 1,2,3,4,5,
21.00 Memoonitor tanda –tanda vital tiap jam
Melakukan Suctioning
Melakukan suctioning
8/5/2012
Melakukan pengecekan residu (-)
01.00 Memberikan diet susu perNGT 10cc
Memandikan pasien
Mengganti linen kotor
05.00 Menggukur berat urine 50cc
Melakukan inhalasi dengan Nacl 0,9% dan ventolin
1 ampl
Melakukan suctioning
10/5/2012
14.00
Mengukur tanda-tanda vital
17.00
18.00
19.00
20.00
DP 2 S:-
O : Auskultasi suara nafas :ronkhi (+)
slem berwarna putih dan kental
A : jalan nafas tidak bersih
P: suction berkala, inhalasi NaCl 0,9% 3 cc+ventolin 1 ampul tiap 6 jam
DP3 S:-
O:
- status gizi kurang yaitu 73%
- pasien terpasang NGT dekompresi
- pemberian aminofusin 5%, 2,9cc per jam via syiringe pump
A : pemberian nutrisi melalui parenteral
P:
- Periksa bising usus untuk mengetahui aktivitas usus
- kolaborasi pemberian diet enteral jika fungsi usus baik
DP4 S: -
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
EVALUASI TANGGAL 08-05-2012 pk07.00
DIAGNOSA EVALUASI
DP 1 S:-
DP 2 S:-
O : - ronkhi (+)
O:
P:
DP 4 S:-
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
EVALUASI TANGGAL 10-05-2012 pk 07.00
DIAGNOSA EVALUASI
DP 1 S :-
- pantau AGD
DP 2 S:-
A : - jalan nafas tidak bersih sehingga membuat pola nafas tidak efektif
P : -inhalasi NaCl 0,9% 3 cc+ berotec 5 tetes per 6 jam, inhalasi NaCl 0,9 %
3cc+ epinephrine 0,4 ml per 6 jam
- auskultasi dada
- suctioning
DP 3 S:-
DP 4 S:-
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien