Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Community-acquired pneumonia (CAP) merupakan salah satu penyebab utama
dari kejadian rawat inap di masyarakat dan kematian diseluruh dunia. Pemilihan
pengobatan CAP biasanya direkomendasikan berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakit pasien. Pengobatan CAP dikatakan baik berdasarkan dari tingkat perawatan
yang dibutuhkan atau atas dasar skor resiko prognostic (Postma, 2019).
Pneumonia dapat di artikan sebagai infeksi akut pada jaringan paru atau secara
umum dikenal sebagai radang paru. Bakteri penyebab pneumonia yaitu streptococcus
pneumonia yang merupakan flaura normal tenggorokan manusia yang sehat. Namun
apabila daya tahan tubuh menurun disebabkan oleh usia tua, gangguan kesehatan,
maupun asupan gizi, setelah menginfeksi bakteri tersebut akan memperbanyak diri.
Penyebaran infeksi dapat terjadi dengan cepat keseluruh tubuh karena melalui
pembuluh darah (Nuriyanto & Andy, 2019).
Alasan asuhan keperawatan pada pasien CAP yaitu untuk menunjukkan jalan
nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, dan mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan nafas, mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas yang bersih. Oleh karena itu CAP dengan angka kematian tinggi setiap tahunnya
perlu kiranya sebagai tenaga kesehatan kita harus mendalami kasus tersebut,
pneumonia juga kasus yang paling sering terjadi di RPD.
Di Indonesia berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018 disebutkan bahwa
insidens dan prevelens pneumonia sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen. Pneumonia dapat
menyerang semua kelompok umur, akan tetapi angka kematian lebih tinggi pada
kelompok usia lebih dari 60 tahun dibandingkan usia 50 tahun yaitu 2-4 kali lebih
tinggi. Sedangkan pada balita pneumonia merupakan penyebab kematian utama balita
di dunia, diperkirakan mencapai 2 juta kematian balita akibat pneumonia dari 9 juta
kematian pada balita. Oleh karena tingginya angka kematian akibat pneumonia akan
tetapi sering tidak disadari maka pneumonia mendapat julukan “the forgotten
pandemic”.

1
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Pneumonia adalah
salah satu penyakit infeksi pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering
merupakan sebab kematian yang mengenai jaringan paru-paru dan alveoli dimana
merupakan penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk ke dalam alveoli (Mutaqqin, 2017).

B. Rumusan masalah
Tingginya Angka Kematian Akibat Pneumonia Akan Tetapi Sering Tidak

Disadari Maka Pneumonia Mendapat Julukan “The Forgotten Pandemic”.

Berdasarkan Uraian Latar Belakang Di Atas, Adapun Yang Menjadi Rumusan

Masalah Dalam Laporan Ini Adalah Bagaimana Laporan Pendahuluan Dan Asuhan

Keperawatan Community- Acquired Pneumonia (CAP) Pada Ny.S Di Ruang RPD

Dirumah Sakit Tgk. Abdullah Syafi`I ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan Community-
Acquired Pneumonia (CAP)

2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Pengertian Community-Acquired Pneumonia
2. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Community-Acquired Pneumonia
3. Untuk mengetahui Etiologi Community-Acquired Pneumonia
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Community-Acquired Pneumonia
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Community-Acquired Pneumonia
6. Untuk mengetahui Pathway Community-Acquired Pneumonia
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Community-Acquired Pneumonia
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Community-Acquired Pneumonia
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Community-Acquired Pneumonia

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan pada paremkim paru yang melibatkan bronkus
yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (Kusuma, 2016)
Pneumonia adalah penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Muttaqin, 2009)
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat.
Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang
lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada kedalam.
Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Kusuma, 2016)
Pneumonia secara klinis didefinisikan sebagi suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur dan parasit, akan tetapi
tidak termasuk yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium Tuberculosis. Pneumonia
komuniti atau community acquired pneumonia (CAP) adalah pneumonia yang didapat
di masyarakat. Epidemiologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data
untuk membandingkan hal itu sangat sedikit terutama di negara berkembang.
B. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi saluran nafas

Gambar : Anatomi saluran nafas

3
b. Fisiologis
Organ-organ pernafasan :
1. Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring
dan menghangatkan udara (Mutaqqin, 2017).

2. Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan makanan (Mutaqqin, 2017).

3. Laring (pangkal tenggorok)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya (Mutaqqin, 2017).

4. Trakea (batang tenggorok)


Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah
dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2017).

5. Bronkus (cabang tenggorokan)


Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2017).

6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya  90 meter persegi, pada lapisan inilah
terjadi pertukaran udara (Mutaqqin, 2017).

4
Fisiologis pernafasan :
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan
yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk
pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan
udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran
udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan
udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi
mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai
ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang
melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan
pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel
tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal (Mutaqqin, 2009).

Proses pernafasan :

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali
bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla
oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan
dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke


dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi
dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua
adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik
dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi

5
kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir
yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan
karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan
dikeluarkan oleh paru-paru (Mutaqqin, 2017).

C. Etiologi
Penyebab pneumonia adalah (Muttaqin, Arif. 2017) :
a. Bakteri : pnemokokus, streptokokus, stafilokokus, pseudomonas aeruginosa.
b. Virus : virus influenza, adenovirus, sitomegalovirrus.
c. Fungi : aspergillus, koksidiomikosis, histoplasma
d. Aspirasi : cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan CAP yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia
di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi
banyak disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI, 2003). Secara umum bakteri yang
berperan dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
aureus, H. Influenzae, Steptococcus Group B kuman atipik klamidia dan mikoplasma.
Beberapa keadaan seperti malnutrisi, usia muda, kelengkapan imunisasi,
kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn, paparan asap rokok secara pasif
dan faktor lingkungan (polusi udara) merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia.
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti
gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman.
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini
berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang
tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah
dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari
lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui
dengan baik pola kuman di suatu tempat.

6
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada penyakit pneumonia adalah :
a. Batuk produktif
b. Dispnea
c. Takipnea
d. Sianosis
e. Melemahnya suara nafas
f. Retraksi dinding dada
g. Nafas cuping hidung
h. Mual dan muntah
i. Berkeringat
j. Penggunakan otot bantu nafas
k. Nyeri pada abdomen (disebabkan oleh diafragma oleh paru terinfeksi disekatnya)
l. Batuk paroksismal mirip pertusis ( terjadi pada anak yang lebih kecil).
m. Anak-anak yang lebih besar tidak tampak sakit.

E. Patofisiologi
Bakteri terhisap keparu perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan peneybaran kuman.
Bagian paru yang terkena mengalami konsilidasi yaitu terjadinya sebukan sel
PMNs (Polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses
ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu
adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan peura.
Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses peningktan jumlah sel
magrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya
kuman dan debris (mansjoer, 2000).
Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi, suaru rekasi
infalamsi yang dilakukan oleh pnemokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan
eksudat yang menggangu gerakan dan difusi oksigen dan karbondioksida. Sel-sel
darah putih kebayakan neutofil juga berimigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mengalami ventilasi yang
cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial
bronchi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tekanan oksigen alveolar.

7
Darah vena yang memasuki patu lewat melalui area yang kurang terventilasi dan
keluar kesisi jantung. Pencampuran darah yang teroksigen ini mengakibatkan
hipoksemia arterial (Smelzer, 2002).
F. Pathway
Secara bagan alir, pathway dari Community Acquired Pneumonia dapat
digambarkan sebagaimana tersebut di bawah ini:
Bakteri staphylococcus aureus
Bakteri hamophyllus influenza
 Penderita sakit berat di RS
 Penderita supresi system
Pertahanan tubuh
Saluran pernafasan bagian atas
↓ ↓ ↓
Kuman berlebih kuman terbawa infeksi saluran nafas
Di bronkus saluran pencernaan bagian bawah
↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Proses infeksi saluran dilatasi pemb peningkatan edema antara
Peradangan pencernaan darah suhu kapiler & alveoli
↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Akumulasi secret peningkatan flora eksudat plasma septikimia iritasi PMN
Di bronkus normal dlm usus masuk alveoli eritrosit pecah
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Bersihan mucus malabsorbsi gangguan difusi peningkatan edema
Jalan nafas meningkat diare dalam plasma metabolism paru
Tidak efektif ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Bau mulut gangguan gangguan evaporasi pengerasan din
Tidak sedap keseimbangan pertukaran gas meningkat ding paru
↓ cairan dan ↓
Intake kurang elektrolit penurunan
↓ Complance paru
nutrisi kurang ↓
(deficit nutrisi) Suplai O2
Menurun
↓ ↓
Hiperventilasi hipoksia
↓ ↓
Dispneu Metabolisme
↓ anaerob meningkat
Rektrasi dada ↓
Cuping hidung akumulasi
↓ asam laktat
gangguan ↓
pola nafas Fatigue

intoleransi aktivitas

8
G. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik)
a. Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan
diagnosis etiologi dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
Kultur darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak diobati. Analisa
gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003).

H. Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah.
Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya
S. pneumoniae yang resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam
faktor modifikasis adalah:
a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
1) Umur lebih dari 65 tahun
2) Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
3) Pecandu alkohol
4) Penyakit gangguan kekebalan

9
5) Penyakit penyerta yang multipel
b. Bakteri enterik Gram negatif
1) Penghuni rumah jompo
2) Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
3) Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
4) Riwayat pengobatan antibiotik
c. Pseudomonas aeruginosa
1) Bronkiektasis
2) Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
3) Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
4) Gizi kurang
Secara umum, penatalaksanaan CAP dibagi menjadi beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penderita rawat jalan
Pengobatan suportif / simptomatik
1) Istirahat di tempat tidur
2) Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
3) Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
4) Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
5) Pemberian antiblotik harus diberikan kurang dari 8 jam
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
Pengobatan suportif / simptomatik
1) Pemberian terapi oksigen
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
4) Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
Pengobatan suportif / simptomatik
1) Pemberian terapi oksigen.
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik.
Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam.
Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Retno. dkk. 2006. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita
Selekta Ilmu Kesehatan Anak Kuliah Pneumonia.
Corwin, J. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. 2008. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). 2007. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusuma,H & Amin H. N. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Nanda Nic Noc
dalam berbagai kasus. Jogjakarta : Mediaction
Muttaqin, Arif. 2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi. Jakarta:
Salemba Medika
Nuriyanto & Andy.(2019). Kumpulan Diagnosa Keperawatan NIC-NOC (NANDA).
Bandung: STIKes Dharma Husada Bandung
PPDI. 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

12

Anda mungkin juga menyukai