PNEUMONIA
Disusun Oleh
Mahasiswa Ners Program Khusus
DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN
PNEUMONIA DI RUANG PRABU SILIWANGI LT 1..................................................34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................48
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
B. Fungsi Paru
1. Respirasi (Pertukaran gas O2 dan CO2)
2. Keseimbangan asam basa
3. Keseimbangan cairan
4. Keseimbangan suhu tubuh
5. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi
6. Fungsi endokrin: keseimbangan bahan vaso aktif, histamine,
serotonin,Cairan ekstraselular, dan angiotensin.
7. Perlindungan terhadap infeksi melalui makrofag.
C. Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan
usaha keras pernafasan yang tergantung pada:
1. Tekanan interpleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi
paru.Dalam keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal
inidisebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfer
(760mmHg) dan tekanan interpleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi
diafragmaberkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan
interpleural dan interalveolar turun dibawah tekanan atmosfer sehingga
udara masuk. Sedangkan saat ekspirasi volume rongga dada mengecil,
mengakibatkan tekanan intrepleural dan tekanan interalveolar meningkat
diatas atmosfer sehingga udara mengalir keluar.
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran
dikenal sebagai istilah compliance. Ada dua bentuk compliance, yaitu:
Static compliance. Perubahan volume paru per satuan perubahan tekanan
saluran nafas (airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang
dewasa muda normal : 100 ml/cmH2O.
Effective Compliance. Merupakan tidal volume/peak pressure selama fase
pernafasan. Normal: ±50 ml/cmH2O
4
D. Pneumonia
adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, parasite. Pneumonia juga disebabkan oleh bahan
kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi. (Djojodibroto, 2014).
Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
dan bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia
disebabkan oleh Bakteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia,
sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia yaitu Adenoviruses,
Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan para
influenza (Athena & Ika, 2014).
E. Etiologi
Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab
utama pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
3. Jamur
Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang
mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
5
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013).
Penyebaran infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian
ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena
kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat penyakit kronis.
F. Klasifikasi
Menurut pendapat Amin & Hardi (2015)
1. Berdasarkan anatomi:
a. Pneumonia lobaris yaitu terjadi pada seluruh atau sebagian besar dari
lobus paru. Di sebut pneumonia bilateral atau ganda apabila kedua
paru terkena.
b. Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung bronkhiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen dan membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya.
c. Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam dinding
alveolar dan interlobular.
2. Berdasarkan inang dan lingkungan
a. Pneumonia komunitas Terjadi pada pasien perokok, dan mempunyai
penyakit penyerta kardiopulmonal.
b. Pneumonia aspirasi Disebabkan oleh bahan kimia yaitu aspirasi bahan
toksik, dan akibat aspirasi cairan dari cairan makanan atau lambung.
6
G. Patofisiologi
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam
jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkhiolus
dan alveolus. Setelah Bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi peradangan
dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein. Kuman pneumokokusus
dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit dan leukosit
mengalami peningkatan, sehingga Alveoli penuh dengan cairan edema yang
berisi eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar,
paru menjadi tidak berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah
menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan.
Perlahan sel darah merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan
terdapat eksudat pada alveolus Sehingga membran dari alveolus akan
mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi
osmosis oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa
oleh darah. Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis.
Terdapatnya cairan purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan
pada paru, dan dapat menurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar
serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan
menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada di
paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen
bronkus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkan produksi mukosa dan
peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek batuk.
7
H. Manifestasi klinis
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penebab dan penyakit
pasien Brunner & Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o
C sampai 40,5 o C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali
pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus,
infeksi mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat
rendah, nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari,
sputum mucoid atau mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan
sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau
hijau, bergantung pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama
pasien (misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan
resistensi terhadap infeksi.
I. Komplikasi Pneumonia
meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi pleura, empyema, abses paru,
dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang
menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis (Paramita 2011).
8
J. Pencegahan
Pencegahan pneumonia yaitu menghindari dan mengurangi faktor resiko,
meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas
kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia yang benar dan
efektif (Said, 2010).
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung
dkk (2009) adalah :
1. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia.
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator.
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga penanganannya
pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, pengobatan
pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul. (Shaleh,
2013)
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Dengan pemberian
antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-benar tidak
lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray
dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).
a. Untuk bakteri Streptococcus pneumonia Dengan pemberian vaksin dan
antibotik. Ada dua vaksin yaitu pneumococcal conjugate vaccine yaitu
vaksin imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun dan
pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang
dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia
ini yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide
antibiotics (Shaleh, 2013).
b. Untuk bakteri Hemophilus influenzae Antibiotik cephalosporius kedua
dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid, fluoroquinolones,
9
L. Pemeriksaan penunjang
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah:
1. Sinar X Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses
atau infiltrate, empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.
2. GDA Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung
pada luas paru yang sakit.
3. JDL leukositosis Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan
kondisi imun.
4. LED meningkat Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan
napas meningkat.
10
M. PATHWAY
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trachea, dan bronkiolus dari secret atau benda asing dijalan nafas
(Andarmoyo,2012)
Mengajarkan teknik batuk yang dapat merangsang pengeluaran secret
dari paru- paru (Tamsuri, 2008) dalam
2. Tujuan Batuk Efektif
- Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
- Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
- Mengurangi sesak nafas akibat pennumpukkan dahak
- Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
- Meningkatkan volume paru
- Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
3. Indikasi batuk efektif
- Jalan nafas tidak efektif
- Pre dan post operasi
- Klien immobiliasi
4. Kontraindikasi batuk efektif
- Klien yang mengalami peningkata tekanan intra kranial (TIK)
gangguan fungsi otak
- Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi berat, aneurisma, gagal jantung,
infark miokard
- Emphysema karena dapat menyebabkan rupture dinding alveolar
5. Standar Operasional Prosedur
a). Alat dan Bahan
- Tisu
- Pengalas dada
- Bengkok atau pot sputum
- Mencuci tangan
- Meyiapkan alat
c). Tahap orientasi
- Memberikan salam teraupetik
- Menjaga perivacy pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasiendan keluarga
d). Tahap Kerja
1) Beritahu pasien, minta persetujuan klien dan cuci tangan
2) Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau duduk setengah
membungkuk
3) Letakkan pengalas pada dada klien, letakkan bengkok/pot
sputum pada pangkuan dan anjurkan klien memegang tisu
4) Ajarkan pasien untuk menarik napas secara perlahan, tahan
1-3 detik dan embuskan perlahan dengan mulut. Lakukan
prosedur ini beberapa kali
5) Anjurkan untuk menarik napas, 1-3 detik batukkan dengan kuat
6) Tarik napas kembali selama 1-2 kali dan ulang prosedur diatas
hingga dua sampai enam kali
7) Jika diperlukan ulang prosedur diatas
8) Bersihkan mulut klien, instruksikan klien untuk membuang
sputum pada pot sputum atau bengkok
9) Beri penguatan, bereskan alat, cuci tangan.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan
respon dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
Diagnosa keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau
pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand
dkk, 2015).
18
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas SLKI) : bersihan jalan SIKI: Bersihan jalan
tidak efektif jalan nafas tidak efektif nafas tidak efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengansekresi yang Label : Bersihan jalan nafas Label: Manajemen jalan
tertahan setelah dilakukan intervensi nafas
selama ..x..24jam, diharapkan Observasi:
bersihan jalan nafas meningkat 1) Monitor pola nafas
dengan kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman,
- batuk efektif meningkat usaha nafas)
- produksi sputum menurun 2) Monitor bunyi nafas
- mengi, wheezing menurun tambahan (mis.
- meconium meurun Gurgling, mengi
- Dispneaa meurun wheezing, ronkhi
- ortopnea menurun kering)
- sulit bicara menurun 3) Monitor sputum
(jumlah warna aroma)
Terapeutik:
1) Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan
head tilt chin lift
( jawthrust jika curiga
trauma servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan
20
3) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
4) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Defisit nutrisi (SLKI) : deficit nutrisi SIKI: Deficit
berhubungan dengan Luaran Utama nutrisi Intervensi
ketidak mampuan Label : status nutrisi Utama
menelan makanan setelah dilakukan intervensi Label: Manajemen nutrisi
selama ..x..24jam, diharapkan Observasi:
status nutrisi membaik dengan 1) Identifikasi status
kriteria hasil: nutrisi
- porsi makanan yang 2) Identifikasi alergi
dihabiskan meningkat dan intoleransi
- Kekuatan otot makanan
menelan meningkat 3) Identifikasi makanan
- Kekuatan otot yang disukai
pengunyah meningkat 4) Monitor asupan
- Verbalisasi keinginan makanan
untuk meningkatkan 5) Identifikasi
nutrisi meningkat kebutuhan kalori dan
- Frekuensi makan jenis nutrient
membaik 6) Monitor berat badan
- Nafsu makan 7) Monitor hasil
membaik pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
23
1) Lakukan oral
hygiene sebelum
makan jika perlu
2) Vasilitasi
menentukan
pedoman diet
(misalnya piramida
makanan)
3) Berikan makanan
tinggi serat
mencegah konstipasi
4) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
5) Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi:
1) Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis
peredam nyeri,
antiemetic jika
perlu)
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
24
Label:
Pemantauan
Cairan
Observasi:
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian
kapiler
6. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
7. Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin
dan protein total
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
26
27
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
31
32
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
7. Intoleransi aktivitas (SLKI) : SIKI: Intoleransi
berhubungan dengan Intoleransi aktivitas Intervensi
kelemahan aktivitas Utama
Luaran Utama Label: Terapi
aktivitas
Label : toleransi
Observasi:
aktivitas setelah
1) Observasi
dilakukan intervensi
identifikasi deficit
selama ..x..24jam,
tingkat aktivitas
diharapkan toleransi
2) Indentifikasi
aktivitas meningkat
aktivitas dalam
meningkat dengan
aktivitas tertentu
kriteria hasil:
3) Identifikasi sumber
- Frekuensi nadi
daya untuk aktivitas
meningkat
yang diinginkan
- Saturasi oksigen
Terapeutik
meningkat
1) Fasilitasi memilih
- Kemudahan dalam
aktivitas dan
melakukan aktivitas
tetapkan tujuan
sehari-hari meningkat
aktivitas yang
- Keluhan lelah
konsisten sesuai
menurun
kemampuan fisik,
- Dyspnea saat
psikologis, dan
melakukan aktivitas
social
menurun
2) Kordinasikan
- Dyspnea setelah
pemilihan aktivitas
aktivitas menurun
sesuai usia
- Perasaan lemah
3) Fasilitasi pasien
menurun
dan keluarga dalam
- Warna kulit membaik
33
menyesuaikan
- Tekanan darah
membaik
34
program aktivitas
2) Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
8. Hipertermia (SLKI) : Hipertermia SIKI:
berhubungan Luaran Utama Hipertermia
dengan proses Label : Termoregulasi Intervensi
penyakit setelah dilakukan intervensi Utama Label:
ditandaidengan selama ..x..24jam, Terapi aktivitas
suhu tubuh diatas diharapkan toleransi Observasi:
nilai normal. aktivitas meningkat 1. Identifikasi penyebab
meningkat dengan kriteria hipertermia (mis.
hasil: Dehidrasi, terpapar
- Menggigil menurun lingkungan panas,
- Suhu tubuh membaik penggunaan incubator)
- Suhu kulit membaik 2. Monitor suhu tubuh
- Kadar glukosa darah 3. Monitor kadar elektrolit
membaik 4. Monitor haluaran urine
- Pengisian kapiler 5. Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermia
- Ventilasi mebaik Terapiutik :
- Tekanan darah 1. Sediakan lingkungan
membaik yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
36
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN
PNEUMONIA
DI RUANG PRABU SILIWANGI LT 1
A. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Status Marital : Menikah
Tanggal masuk : 06 – 06 – 2023
Tanggal Pengkajian : 07 – 06 – 2023
Diagnosa Medis : Pneumonia
No. Medrek : B69563
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien :Anak
Alamat : Pangenan Kabupaten Cirebon
B. Keluhan Utama
Sesak, lemas
C. Riwayat kesehatan sekarang
Tanggal 5 Juni 2023 pasien datang ke unit gawat darurat RSD Gunung jati
dengan keluhan sesak nafas. Riwayat sebelumnya sesak (+) 1 minggu yang
38
lalu. Batuk (+), flu (-), demam (-), nyeri telan (-), mual muntah (-). 1 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami sesak yang semakin memberat,
keluhan sesak dirasakan setiap saat. Sesak semakin bertambah saat pasien
banyak beraktivitas. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak (+)
dan pasien merasa lemas.
D. Riwayat Kedehatan terdahulu
3. Nutrisi
39
RR : 32x/menit
Spo2 : 96 %
3. System pernafasan
- Ins : Pengembangan dinding dada sama, hidung tidak ada sinusitis, tidak
ada benjolan, hidung simetris, trakea tidak mengalami deviasi, warna
kulit dada klien kecoklatan, tidak ada pembengkakkan pada daerah
dada klien, ada retraksi, RR : 32 x/mnt, Spo2 : 96%
- Pal : tidak ada nyeri tekan pada daerah dada
- Per : sonor
- Aus : suara nafas tambahan ronchi
4. System Kardiovaskuler
- Ins : Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada
simetris kiri dan kanan, tidak ada sianosis
- Pal : N : 132 x/m, Tidak ada nyeri tekan, crt < 2 detik
- Per : bunyi pekak, TD : 132/80 mmHg
- Aus : Suara jantung normal, tidak ada suara tambahan seperti Mur-mur
(-) dan gallop (-)
5. Ssistem Pencernaan
- Ins : Mukosa bibir kering, mulut simetris, terdapat caries gigi, lidah
bersih
- Aus : Bising usus 12x/menit
- Per : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan pada abdomen
- Pal : timpani
6. System Persyarafan
- Gcs 15
- N I (olfaktorius ) : penciuman pasien baik
- N II ( optikus ) : ketajaman mata pasien baik
- N III (okulomotor), N IV ( Troklearis ), N VI 9 Abdusen ); kelopak mata
dapat bergerak ke kanan, kekiri, ke atas ke bawah, tidak ada juling,
- N V ( trigeminus ) : tidak ada gangguan saat mengunyah, pasien data
menggerakkan rahang
41
9. Sistem endokrin
- Ins: tampak tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Pal : kelenjar tiroid teraba normal
10. System Integumen
Ins : warna kulit sawo matang, tidak ada sianosis, kulit kering
Pal : akral hangat, tidak ada luka dan benjolan
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Hematokrit 41,9 37 – 54 %
2 Kimia Klinik
Uerum 46 15 – 45 mg/dl
3 Gula Darah
2. Rontgen Thorax
Edema pulmo, efusi pleura bilateral, cardiomegali
I. Penatalaksanaan Medis
Infus Nacl 12 jam/hari
Terapi :
- Levofloxasin 1x750mg iv
- Omeperazole 2x1 iv
- Dexametasone 3x1 iv
- digoxsin 1x1 mg iv - furosemid 1x1 iv
- Ventolin 3x1 ampul
- Spinalactono 1x25 mg iv
J. Analisa Data
43
- Pasien bedrest
K. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk
tidak efektif.
2. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dankebutuhan
oksigen d.d merasa lemah
3. Gangguan pola tidur b.d sesak dan lingkungan
45
L. Intervensi Keperawata
L. Intervensi keperawatan
Edukasi
11) Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
12) Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
13) Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
14) Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
15) Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (Mis, psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja
16) Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya
51
M. Implementasi Keperawatan
jika perlu
Hasil : therapy nebu
ventolin 3x 1 respul /hari
diberikan
Implementasi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
berkurang
Hasi; : pasien tampak
kooperatif
Betz & Sowden. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3.
Jakarta: EGC.
Jaypee Brothers. 2006. IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India:
Medical Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Oski’s Pediatrics: Principles &
Practice: 4th Edition. Philadelphia.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoniapada Balita,
OrangDewasa, Usia Lanjut. Pustaka. Jakarta: Obor Populer
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih bahasa: Peter anugerah. Jakarta: EGC
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Roudelph. 2007. Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik 2016. Tim Pokja
SDKI DPP PPNI. SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI
DPP PPNI.
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan 2018.Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6.
Volume 6. Jakarta : EGC
Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit
FKU