Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

DI SUSUN OLEH

MITHA AYU DWI LESTARI

22106028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TAHUN 2021
BAB I

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Anatomi Fosiologi Sistem Pernapasan

a. Anatomi sistem pernapasan

Gambar 2.1 Sistem Pernafasan manusia (Fitri, 2019)

Menurut (Fitri, 2019) menyebutkan bahwa anatomi sistem

pernapasan diantaranya sebagai berikut :

1) Rongga hidung meliputi vertibulum yang dilapisi oleh sel

submukosa sebagai proteksi dalam rongga hidung terdapat

rambut yang berperan sebagai penapis udara.

2) Faring

Merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga

mulut, terdiri dari nasofagus (bagian yang berbatasan dengan

rongga hidung), orofaring (bagian yang berbatasan dengan

rongga mulut) dan hipofaring (bagian yang berbatasan dengan


laring), yakni bagian di mana pemisahan antara udara dan

makanan terjadi.

3) Laring

Walaupun fungsi utamanya adalah sebagai alat suara,akan

tetapi di dalam saluran pernapasan fungsi laring adalah sebagai

jalan udara, karena celah suara di antara pita suara berfungsi

sebagai pelindung dari jalan udara.

4) Trakea

Trakea merupakan suatu cincin tulang rawan yang tidak lengkap

(U-Shapped / berbentuk huruf U), di mana pada bagian

belakangnya terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan.

5) Paru

Paru kanan dan kiri adalah jaringan yang elastis yang bekerja

seperti bunga karang dan teraba seperti karet spons.

6) Bronkus

Dinding bronkus dan bronkiolus mengandung otot polos dan

dilapisi oleh sistem saraf otonom.

b. Fisiologi system pernapasan

Menurut (Nurul, 2018) fisiologi system pernapasan meliputi :

1) Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara

pleura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal

sekitar 5cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan

untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai

istirahatnya. Kemudian selamspirasi normal, pengembangan


rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan

yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih

negatif (sekitar -7,5 cm H2O).

2) Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru.

Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke

dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas

sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer

(tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O.

Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah

tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat

menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik.

Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.

3) Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan

tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya

elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada

setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.

2. Konsep Pneumonia

Pneumonia atau dikenal dengan istilah paru-paru basah adalah

infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantongkantong udara di

salah satu atau kedua paru. Pada penderita pneumonia, sekumpulan

sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernafasan

dalam paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah.
Pneumonia biasanya dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur

(Tjin Willy, 2019)

Anwar & Dharmaynti, 2020 tentang definisi Pneumonia adalah

infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya

adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari

paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri

yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan

Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia

adalah adenoviruses, rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus

(RSV) dan para influenza virus.

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan

infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali

bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut disebut

bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit ISPA

semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia),

disebut “Pneumonia” saja ( Dikutip Yuyun, 2019).

Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi

di bawah usia lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi

pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita

yang ada di Indonesia pada tahun 2018. Berdasarkan Diagnosis tenaga

kesehatan dan 2 gejala menurut provinsi di NTT, Pervalensi pneumonia


pada tahun 2013 mencapai 10% dan menurun 7% pada tahun 2018

(Riskesdas, 2020)

Pneumonia adalah infeksi yang di akibatkan oleh bakteri atau virus

streptococcus pneumonia yang mengakibatkan peradangan padakantung

udara paru-paru. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien pneumonia dengan masalah bersihan jalan napas

tidak efektif.(Bagas, 2019).

Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkim paru, pada

umumnya disebabkan oleh bakteri digambarkan sebagai pneumonia yang

mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia lobular

atau adanya infiltrate pada sebagian area pada kedua lapangan atau

bidang paru dan sekitar bronchi ( Yulianti, 2020)

Pneumonia menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

(2018) adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,

jamur, dan bakteri.

Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan akut yang sering

terjadi pada balita usia < 4 tahun. Pneumonia adalah infeksi akut yang

mengenai jaringan paru-paru dan menimbulkan peningkatan cairan pada

alveoli atau parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Streptococcus pneumoniae dari lingkungan sekitar. Pneumonia pada anak

menjadi penyebab kematian kedua pada balita (Herina, Sutarmi, dkk,

2021)
Pneumonia adalah penyakit yang menjadi salah satu penyebab

kematian pada anak dibawah 5 tahun dan merupakan salah satu masalah

kesehatan global yang sangat penting khususnya di negera negara

berkembang. Pneumonia merupakan penyakit yang di akibatkan oleh

virus pneumococcus yang menyerang anak dan orang dewasa terutama

yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (Sidiq, 2019).

3. Etiologi

Menurut ( Novita & Nani, 2020) penyebaran infeksi terjadi melalui

droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang

infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr

oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena

perubahan keadan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis,

polusi ligkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk

paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan

mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selain di atas penyebab

terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:

a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus

hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,

mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.

b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.

Influenza.

c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans,

blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,

candida albicans.

e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,

benda asing

f. Pnemonia hipostatik

g. Sindrom loefflet

4. Patofisiologi

Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai

dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang

berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, streptokokus grup B,

serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Walaupun pneumonia viral

dapat ditatalaksana tanpa antibiotik, tapi umumnya sebagian besar pasien

diberi antibiotik karena infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan.

1594 Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer

melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan

yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan

sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi

serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya

kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.

Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan

leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium
ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag

meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis,

kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi.

Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap

normal (Nurul, 2018).

5. Manifestasi klinis

Menurut (Fitri, 2019) manifestasi klinis sebagai berikut :

a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling

sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-

40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang

atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak

bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.

b. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges.

Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit

kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda

kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,

c. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa

kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap

sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap

demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap pemulihan.

d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang

merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung

singkat, tetapi dpat mementap selama sakit.


e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.

f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa

dibedakan dari nyeri apendiksitis.

g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh

pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi

pernafasan dan menyusu pada bayi.

h. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan

sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau

tahap infeksi.

i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat

menjadi bukti hanya selama fase akut.

j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi

terdengar mengi, krekels.

6. Pemeriksan diagnostic

Kriteria diagnostik pneumonia menurut (Fitri, 2019) yaitu :

a. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail);

dapat juga menyatakan abses)

b. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus

d. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi

semua orgaisme yang ada


e. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas

berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan

f. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7. Komplikasi

Komplikasi pneumonia menurut (Fitri, 2019) yaitu :

a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat

b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena

obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi

c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)

d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)

e. Delirium terjadi karena hipoksia

f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:

penisilin

g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang

meradang.

h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Penatalaksanaan

Menurut (Fitri, 2019), mengemukakan bahawa penatalaksanaan

pneumonia meliputi : kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu

berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah.

Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic

diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan

intervena dan alat bantu nafas mekanik.Kebanyakan penderita akan

memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik

dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan

antara lain:

a. Oksigen 1-2L/menit.

b. IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic

diberikan sesuai hasil kultur.

Untuk kasus pneumonia community based:

a. Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

b. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital based:

c. Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

d. Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian


B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Yuyun. A (2019), Pengkajian merupakan catatan tentang

hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari

pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang

respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat

mendukung untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik

dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data

yang cukup untuk menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data

pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu

memahami metode memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak

jarang terdapat masalah 33 yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data

hasil pengkajiian perlu didokumentasikan dengan baik.

a. Usia :

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak

terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

b. Keluhan utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak

nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia

biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan

batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas


tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan,

kadang disertai diare.

d. Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran

pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau

pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya

riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka

panjang.

e. Pemeriksaan fisik :

1) Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif

menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas. 34

Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50

kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5

tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya

tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak

jelas.

2) Palpasi

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat

cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak

terdapat secret.
3) Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi

redup.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara

mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak

pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.

Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan

berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi

basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi,

bronkoponi, kadangkadang terdengar bising gesek pleura.

5) Penegakan diagnosis

Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED

meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang

35 tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau

sebagian besar lobus.

6) Riwayat kehamilan dan persalinan:

a) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu

selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.

b) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir

prematur, bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.


7) Riwayat sosial

Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran

ibu, keyakinan agama/budaya.

8) Kebutuhan dasar

a) Makan dan minum

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB,

mual dan muntah

b) Aktifitas dan istirahat

Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

c) BAK

Tidak begitu terganggu

d) Kenyamanan

Malgia, sakit kepala

e) Higiene

Penampilan kusut, kurang tenaga

9) Pemeriksaan tingkat perkembangan

a) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan

dapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota

tubuh.

b) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil

benda, menggengggam, mengambil dengan jari,

menggambar, menulis dihubungkan dengan usia. k.


10)Data psikologis

Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya

support, keseriusan penyakit.

Orang tua

Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi

oleh:

a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya

b) Pengalaman sebelumnya

c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

d) Adanya suportif dukungan

e) Agama, kepercayaan dan adat

f) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Yuyun. A (2019), diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau

risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok, dimana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga 37 status kesehatan menurunkan,

membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan adalah

keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai


akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan

rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk

didokumentasikan dengan baik.

Masalah keperawatan yang sering muncul pada bayi prematur

berdasarkan (PPNI, 2018) adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme

jalan nafas

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

nafas

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolism

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen g. Ansietas berhubungan

dengan krisis situasional

g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare

i. Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan

ketidakmampuan fisik.
3. Rencana Asuhan Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan. Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit

bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

spasme jalan napas

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

bersihan jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria

hasil :

a) Batuk efektif

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Dispnea menurun

f) Ortopnea menurun

g) Gelisah menurun

h) Frekuensi napas membaik

i) Pola napas membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk


b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) e)

Auskultasi bunyi napas

Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler atau fowler

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Ajarkan teknik batuk efektif

c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas

dalam yang ke-3

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau

ekspektoran, jika perlu

b. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola

napas (L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :

a) Tekanan ekspirasi meningkat

b) Tekanan inspirasi meningkat


c) Dispnea menurun 40

d) Penggunaan otot bantu napas menurun

e) Frekuensi napas membaik

f) Kedalaman napas membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor bunyi napas

b) Monitor sputum

c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

d) Monitor kemampuan batuk efektif

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Monitor saturasi oksigen

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk efektif

c. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membrane alveolus-kapiler

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

pertukaran gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Dispnea menurun

b) Bunyi napas tambahan menurun


c) Napas cuping hidung menurun

d) PCO2 membaik 41

e) PO2 membaik

f) Takikardi membaik

g) Ph arteri membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

c) Monitor adanya sumbatan jalan napas

d) Auskultasi bunyi napas

e) Monitor saturasi oksigen

f) Monitor nilai AGD

g) Monitor hasil x-ray thoraks

h) Monitor kecepatan aliran oksigen

i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan

oksigen

Terapeutik

a) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi

Kolaborasi

a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen

b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur


d. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka

termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil :

a) Menggigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Kejang menurun

d) Pucat menurun

e) Takikardi menurun

f) Takipnea menurun

g) Bradikardi menurun

h) Hipoksia menurun

i) Suhu tubuh membaik

j) Suhu kulit membaik

k) Tekanan darah membaik

2) Intervensi keperawatan :

Observasi :

a) Identifikasi penyebab hipertermia

b) Monitor tanda-tanda vital

c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

d) Monitor intake dan output cairan

e) Monitor warna dan suhu kulit

f) Monitor komplikasi akibat hipertermia


Terapeutik :

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

e) Berikan cairan oral

f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih

g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada

dahi, leher, dada, abdomen, aksila

Edukasi :

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan memperbanyak minum

Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

e. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolism

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status

nutrisi (L.03030) membaik. Dengan kriteria hasil:

a) orsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Diare menurun

c) Berat badan membaik

d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik


e) Nafsu makan membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Monitor asupan makanan

c) Monitor berat badan

Terapeutik

a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

c) Berikan suplemen makanan, jika perlu

d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika

asupan oral dapat ditoleransi

e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan

Edukasi

a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi

makan kepada pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu


f. Diagnosa : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

toleransi aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Frekuensi nadi meningkat

b) Keluhan lelah menurun

c) Dispnea saat aktivitas menurun 45

d) Dispnea setelah aktivitas menurun

e) Perasaan lemah menurun

2) Intervensi Keperawatan : Observasi

a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas

b) Monitor saturasi oksigen

c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah

melakukan aktivitas

Terapeutik

a) Libatkan keluarga dalam aktivitas

b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat

berpindah atau berjalan

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap


c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika

sesuai

g. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil :

a) Perilaku gelisah menurun

b) Perilaku tegang menurun

c) Diaforesis menurun

d) Konsentrasi membaik

e) Pola tidur membaik

f) Frekuensi pernapasan dan nadi membaik

g) Tekanan darah membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor tanda-tanda ansietas

b) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan

berkonsentrasi

c) Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Teraupetik

a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan

kepercayaan

b) Pahami situasi yang membuat ansietas

c) Dengarkan dengan penuh perhatian


d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

e) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan

f) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan

berirama

Edukasi

a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

b) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

h. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Perilaku sesuai anjuran meningkat

b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

meningkat

d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya

yang sesuai dengan topik meningkat

e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

g) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Teraupetik

a) Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

i. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan

diare

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria

hasil :

a) Serum natrium membaik

b) Serum kalium membaik

c) Serum klorida membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)

b) Monitor mual, muntah, dan diare

c) Monitor status hidrasi

Terapeutik
a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam

b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)

c) Berikan cairan intravena, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,

difenoksilat)

j. Diagnosa : Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan

ketidakmampuan fisik (L.10101)

1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

status perkembangan membaik Kriteria hasil :

a) Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia

b) Respon social meningkat

c) Kontak mata meningkat

d) Afek Membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

Terapeutik

a) Minimalkan kebisingan ruangan


b) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan

optimal

c) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain

d) Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan

positif atau umpan balik atas usahanya

e) Mempertahankan kenyamanan anak

f) Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai

Edukasi

a) Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone

perkembangan anak dan perilaku anak

b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak

(PPNI, 2018, PPNI, 2019)


4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan

kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk

memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Yuyun. A,

2019).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan

yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi

keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,

afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik

(Yuyun. A, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Bagas N. (2019). Asuhan Keperawatan Pneumonia dengan Ketidakefektifan Bersihan


Jalan Nafas di Ruang Teratai RSUD Bangil Pasuruan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehata
Insan Cendekia Medika. Jombang.

Herina, Sutarni dkk.(2021). Jurnal studi Keperawatan : Asuhan Keperawatan Pada


Anak Pneumonia dengan Fokus Studi Pengelolaan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soetijono Blora. Poltekkes Semarang.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Laporan Akhir


Tahun 2020. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Novita A, Nani N. (2020). Pengaruh Pengaturan Terhadap Posisi Status Kesehatan


Pada Anak dengan Pneumonia ; Telaah Literature. Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Nurul, (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi R Dengan Pneumonia Dalam


Kebutuhan Pemenuhan Oksigenasi di Ruang Lambu Barakati Anak di RSU Bahteramas
Prov. Sultra. Poltekkes Kesehatan. Kendari

PPNI (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI ( (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Yulianti L, Faisal, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pneumonia
dengan Masalah Gangguan Pertukaran Gas di RSUD Pandan Tapanuli Tengah.
Politeknik Kesehatan Kemenkes. Medan.

Yuyun A .(2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R.F dengan Pneumonia di Ruang
Kenanga RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang. Poltekkes Kemenkes Kupang.

Anda mungkin juga menyukai