Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

DISUSUN OLEH :

Luciana Christine 1490123011

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXX

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

TAHUN 2023
1. Pengertian
Pneumonia adalah suatu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) dan ditandai
dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) yang dapat dilihat melalui gambaran
radiologi. (Nuarif 2015)
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pada pengisian
rongga alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda
asing. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang bisa
menimbulkan kematian terutama pada anak usia balita (Dinda Saputri, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang bisa
menimbulkan kematian terutama pada anak usia balita (Dinda Saputri, 2019). Biasanya
pneumonia pada neonatus diakibatkan karena proses yang terjadi pada saat kehamilan,
dengan terjadinya serangan dalam beberapa jam sejak kelahiran. Infeksi dapat ditularkan
melalui plasenta, aspirasi, atau diperoleh setelah kelahiran.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah penyakit
infeksi saluran napas bawah akut yang mengalami peradangan alveoli atau pada
parenchyma paru yang sering terjadi pada bayi dan anak disebabkan oleh sistem imun
yang masih rendah.
2. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan jamur. Menurut hasil penelitian
penyebab pneumonia adalah bakteri (70%) kemudian virus dan jamur yang sangat jarang
ditemukan sebagai penyebab pneumonia. Menurut Nurarif & Kusuma (2016), penyebab
pneumonia pada anak dapat digolongkan menjadi :
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu:
1) Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia: Merupakan bakteri anaerob fakultatif.
b) Staphylococcus aureus: Bakteri anaerob fakultatif. Apabila suatu organ telah
terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal adalah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella
sp
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya menyerang
pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah cytomegali
virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Jamur
Fungi Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya
Pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah
dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain, struktur bangunan (misal; ventilasi),
debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi
oleh kegiatan dalam rumah seperti perilaku merokok dalam rumah,
Ada beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan terjadinya kasus pneumonia
pada balita ialah:
a) Umur balita: pada kelompok umur bayi sampai anak balita yang menderitapneumonia
yang tertinggi terdapat pada kelompok umur bayi (<12 bulan) dibandingkan usia
balita (12-59 bulan) (Adawiyah & Duarsa, 2012).
b) Factor nutrisi : status gizi yang kurang dengan keadaan imunitas rendah akan mudah
terserang penyakit terutama pneumonia (Sediaoetama, 2018). Balita yang tidak
mengkonsumsi ASI Eklusif sampai pemberian usia 6 bulan dan pmberian ASI kurang
dari 24 bulan lebih beresiko terkena pneumonia, dibandingkan pemberian ASI pada 6
bulan pertama. Pemberian ASI selama 2 tahun juga akan menambah ketahanan anak
dalam melawan gangguan penyakit infeksi salah satunya adalah Pneumonia.
(Choyron, 2015)
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi system pernapasan
Sistem pernapasan terdiri dari komponen berupa saluran pernapasan yang dimulai
dari hidung sampai paru-paru dan terdapat, faring, laring, trakhea, brokhus,
bronchiolus, alveoli, dan paru-paru. (Evelyn C.Pearce, 2011):
1) Hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea)
dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap
benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga
rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara.
2) Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara..
3) Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan laringofaring. Salah satu tulang rawan pada
laring disebut epiglotis.
4) Trakea
Tenggorokan berbentuk seperti pipa panjang, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi
oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Di
dalam rongga dada, batang tenggorokan bercabang menjadi dua cabang
tenggorokan (bronkus).
5) Bronkus
Bronkhus merupakan percabangan dari trakea, dimana bagian kanan lebih pendek
dan lebar dibanding bronkhus kiri. Bronkhus kanan memiliki tiga lobus, yaitu
lobus atas, lobus tengah, dan lobus bawah. Berbeda halnya bronkhus kiri yang
lebih panjang, memiliki dua lobus, yaitu lobus atas dan lobus bawah.
6) Bronkhiolus
Saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut sebagai
bronkiolus. Bronkiolus ialah cabang-cabang bronkhus yang semakin masuk ke
dalam paru-paru semakin kecil dan halus dengan dinding yang tipis. Luas
permukaan bronkiolus menentukan besar oksigen yang dapat diikat secara
efektif oleh paru-paru. Fungsi bronkiolus adalah sebagai media atau saluran yang
menghubungkan oksigen agar mencapai paru-paru.
7) Alveoli
Ujung saluran napas sesudah bronkhiolus berbentuk kantong udara yang disebut
alveoli. Kelompok-kelompok alveoli yang sangat banyak ini berbentuk seperti
anggur dan disinilah terjadinya pertukaran gas O 2 dan CO2. Dinding alveoli
berupa selaput membran tipis dan elastis serta diliputi oleh banyak kapiler.
Membran ini memisahkan gas dari cairan. Gas yaitu udara saat menarik napas dan
cairan adalah darah dari kapiler. Jadi seluruh pertukaran dalam paru terjadi pada
alveoli.
8) Paru-paru
Paru-paru merupakan orang yang paling besar dari system pernapasan dan terdiri
dari 2 buah, di kiri dan kanan. Paru kanan memiliki 3 lobus dan sedikit lebih besar
dari paru kiri yang mempunyai 2 lobus. Kedua paru dipisahkan oleh ruang yang
disebut mediastinum yang berisi jantung, trachea, esofagus, dan beberapa limfe-
nodus. Paru dilapisi oleh selaput pelindung yang disebut pleura dan pisahkan dari
rongga abdomen oleh diafragma. Selaput pleura yang meliputi paru terdiri dari 2
lapis, berisi cairan yang diproduksi pleura. Fungsi cairan ini agar paru dapat
bergerak leluasa dalam rongga dada selama bernapas (Sarpini, 2016)
b. Fisiologi system pernapasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernapsan
melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan
mulut pada waktu bernapas. Oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Hanya
satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler yang memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru karbondioksida
salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari
kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan
melalui hidung dan mulut. Pola pernapasan pada sistem pernapasan anak sebagai
berikut:
a. Pernapasan normal (eupnea)
b. Pernapasan cepat (tachypnea)
c. Pernapsan lambat (bradipnea)
d. Sulit/ sukar bernapas (oypnea)
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
a) Neonatus: 40-60 x/menit
b) Bayi (1 bulan – 1 tahun): 30-40 x/menit
c) Anak: 20-30 x/menit
d) Dewasa: 16-24 x/menit
4. Patofisiologi
Menurut Padila (2013), penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri.
Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit. Virus
penyebab tersering, virus menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli secara patchy dan
mengenai bayak lobus kemudian terjadi respons inflamasi awal: terjadi infiltrasi sel-sel
mononuclear kedalam submukosa dan perivaskuler sehingga menyebabkan akumulasi
debris, mucus dan sel-sel inflamasi pada saluran napas kecil dan alveoli terjadi obstruksi
pada parsial maupun total pada saluran napas dan alveoli kemudian respons inflamasi
diperberat dengan adanya edema submukosa yang bisa meluas kedinding alveoli terjadi
denudasi (pengelupasan) epitel dan akan terbentuk eksudat hemoragik. Kemudian
eksudat menumpuk dijalan napas dan menghalangi jalan napas, obstruksi jalan napas
sehingga terjadi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Bakteri terhirup atau menyebar secara hematogen, terjadi proses antigen-antibody,
dimana saat bakteri sampai dinding alveoli akan ditangkap oleh lapisan epitel yang
mengandung opsonin dan membentuk immunoglobulin G spesifik. Pembentukan jaringan
parut pada paru menjadi minimal dari Red Hepatization terjadi gangguan pada komponen
volume ventilasi karena kerusakan parenkim paru, rasio optimal antara ventilasi perfusi
karena kerusakan parenkim paru, rasio optimal antara ventilasi perfusi tidak tercapai
sehingga terjadi ventilasion perfusion mismatch, tubuh mengkompensasi dengan cara
menaikkan volume tidal dan frekuensi napas. Usaha napas menjadi ekstra dan pasien
terlihat sesak maka timbul masalah pola napas tidak efektif. Dari Red Hepatization ini
juga dapat terjadi gangguan pada komponen volume ventilasi karena kerusakan parenkim
paru, volume paru juga menjadi berkurang, kemudian proses difusi terganggu
menyebabkan hipoksia jaringan maka akan timbul masalah gangguan pertukaran gas.
Respon inflamasi menyebabkan bakteri melepaskan toksin yaitu pirogen eksogen
kedalam sirkulasi, tubuh bereaksi dengan mengeluarkan zat kimia yaitu pirogen endogen
(interleukin-1), kemudian merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan
suatu substansi yakni asam arakhidonat yang dapat meningkatkan set point hipotalamus
maka terjadi demam dan timbul masalah perubahan suhu tubuh.
5. Pathway

6.
7. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anakn tergantung pada beratringannya infeksi,
tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
1) Gejala infeksi umum, yaitu demam, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.
2) Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipneu, nafas
cuping hidung, merintih dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara nafas
melemah, dan ronkhi. Akan tetapi, pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda
pneumonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas, mencakup serangan apnea,
sianosis, merintih, nafas cuping hidung, takipnea, muntah, tidak mau minum, takikardi
atau bradikardi dan retraksi subkosta. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak
ditemukan kelainan (Limbong, 2017).
Manifestasi klinis pada pneumonia menurut (Johannes 2017), sebagai berikut :
1) Keluhan utama batuk.
2) Tedapat salah satu atau lebih tanda bahaya umum, seperti bayi tidak bisaminum atau
menyusu, selalu memuntahkan semuanya, bayi kejang dan bayi tampak latergis/tidak
sadar.
3) Frekuensi nafas cepat.
4) Ada tarikan dinding dada dalam saat bernafas.
5) Terdapat stridor.
6) Saturasi oksigen < 90%
8. Penatalaksanaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distress pernafasan,
tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap. Dasar tatalaksana pneumonia rawat adalah pengobatan
kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan
keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat
diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit
peryerta harum ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus
dapat diantisipasi (Limbong, 2017).
9. Kemungkinan data focus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut (Santa, 2019).
Pengkajian yang harus dilakukan (Nurarif, 2015) yaitu :
a. Identitas pasien Yang terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, no rm, diagnosa
b. Identitas penanggung jawab Yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
hubungan dengan pasien.
c. Keluhan utama Pasien pneumonia biasanya mengeluh batuk dan sesak napas.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Awalnya, keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-
hijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan berbau khas/busuk. Klien biasanya
mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba
dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
2) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru,
trauma, diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi
atau faktor pencetus penyakit.
3) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
termasuk infeksi saluran pernapasan akut.
4) Riwayat alergi
Kaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, udara,
debu, dan lainnya.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada pasien pneumonia menunjukkan kondisi seperti tampak lemas, sesak
napas.
2) Kesadaran
Tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa menjadi somnolen.
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : biasanya normal
b) Nadi : biasanya takikardi
c) Respirasi : takipnea, dispnea, napas dangkal
d) Suhu : hipertermi
2. Pemeriksaan Fisik head to toe
1) Kepala
Bentuk kepala, distribusi rambut, tidak ada kelainan
2) Mata
konjungtiva anemis, reflek pupil mengecil jika terkena cahaya langsung, mengecil
jika terkena cahaya langsung, skelera ikterik, mata tampak cekung.
3) Mulut
Pada pasien pneumonia biasanya ditemukan mukosa bibir kering dan bisa bibir
pecah-pecah
4) Hidung
Hidung tampak kotor, tidak ada pembesaran polip, pernapasan cuping hidung jika
sesak napas
5) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getang bening
6) Paru
- Inspeksi : pengembangan paru berat dan tidak simetris, penggunaan otot bantu
napas.
- Palpasi : pada pasien pneumonia biasanya adanya nyeri tekan, peningkatan
vokal fremitus pada daerah yang terkena.
- Perkusi : pekak bila ada cairan, normalnya timpani –
- Auskultasi : bisa terdengar ronchi.
7) Jantung, tidak ada gangguan, jika tidak ada kelainan
8) Ekstremitas : sianosis, turgor kulit berkurang jika dehidrasi, kelemahan
ekstremitas
3. Pemeriksaan Diagnostik
Foto rontgen thoraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis utama
pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya efusi
pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambarab radiologi sering kali tidak sesuai
dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa tetapi
gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak dapat
membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus.
Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam:.
1) Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram biasanya
disebabkan infeksi akibat pneumocpccus atau bakteri lain.
2) Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau mycoplasma, gambaran berupa
corakan bronchovaskuker bertambah, peribronchal cuffing dan overaeriation : bila
berat terjadi pachyconsolidation karena atelectasis.
3) Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan
gambaran bilateral yang diffus, corakan periobroncial yang bertambah, dan
tampak infiltrate halus sampai ke perifer.
Pemeriksaan laboratorium, pada sebagian kasus pemeriksaan yang ekstensif tidak
perlu dilakukan tetapi pemeriksaan laboratorium mungkin akan membantu
memperkira mikroorganisme penyebab, Leukoisitosis >15.000/UL sering kali
dijumpai. Dominasi netrofil pada hitung jenis atau adanya pergeseran ke kiri
menunjukkan bakterisebagai penyababnya. Leukosit >30.000/UL dengan dominasi
netrofil mengarah ke pneumonia streptokokus dan staphylococcus
4. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS : keluarga Bakteri, virus, jamur, Bersihan jalan napas
mengatakan pasien benda asing tidak efektif
sesak napas
Keluarga mengatakan Peradangan diruang
interstisial, alveoli dan
pasien sulit bernapas
bronkhiolus

DO : organisme menembus
1. Klien Tampak mukosa sel, udara di
gelisah alveoli berkembang biak
2. Batuk tidak efektif
3. Sputum berlebihan peningkatan WBC

4. Mengi/wheezing,
WBC bermigrasi ke
ronkhi kering tempat klejadian infeksi
5. Gelisah, sianosis sehingga terjadi
kebocoran kapiler,
6. Frekuensi dan pola
edema di eksudat
nafas berubah
sputum terkumpul di
dalam di sekitar alveoli
dan dinding menebal
Secret menumpuk pada
bronkus

Bersihan jalan napas


tidak efektif
2 DS : keluarga pasien Bakteri, virus, jamur, Gangguan pertukaran
mengatakan sesak napas benda asing Gas

DO: Peradangan diruang


interstisial, alveoli dan
1. PCO2 meningkat bronkhiolus
2. O2 meningkat
3. Ph arteri menurun/ organisme menembus
mukosa sel, udara di
meningkat
alveoli berkembang biak
4. Takikardia
5. Bunyi nafas peningkatan WBC

tambahan/ nafas
WBC bermigrasi ke
cuping hidung tempat klejadian infeksi
6. Sianosis, kesadaran sehingga terjadi
kebocoran kapiler,
menurun
edema di eksudat

sputum terkumpul di
dalam di sekitar alveoli
dan dinding menebal
Secret menumpuk pada
bronkus

Difusi 02 menurun

Gangguan Pertukaran
Gas
3 DS : Bakteri, virus, jamur, Perfusi jaringan tidak
Keluarga mengatakan benda asing efektif
pasien tidak banyak
bergerak Peradangan diruang
interstisial, alveoli dan
Keluarga mengatakan
bronkhiolus
pasien rewel sering
menangis organisme menembus
mukosa sel, udara di
alveoli berkembang biak
DO :
1. CRT >3 detik peningkatan WBC
2. Nadi perifer
menurun atau tidak WBC bermigrasi ke
tempat klejadian infeksi
teraba sehingga terjadi
3. Akral teraba dingin kebocoran kapiler,
4. Warna kulit pucat edema di eksudat

5. Tugor kulit menurun


sputum terkumpul di
6. edema dalam di sekitar alveoli
dan dinding menebal
Secret menumpuk pada
bronkus

fibrin edema sehingga


mengurangi kapasitas
vital

alveolus kolaps
sehingga mengurangi
pertukaran gas ke darah

hypoxemia
perfusi perifer tidak
efektif
4 DS : Bakteri, virus, jamur, Hipertermia
Keluarga pasien benda asing
mengeluh pasien
demam, menggigil Peradangan diruang
interstisial, alveoli dan
bronkhiolus
DO :
1. Kulit dan wajah organisme menembus
kemerahan mukosa sel, udara di
alveoli berkembang biak
2. Kejang
3. TakikardiTakipnea peningkatan WBC
4. Mukosa mulut
kering WBC bermigrasi ke
tempat klejadian infeksi
5. Kulit teraba hangat
sehingga terjadi
Suhu tubuh diatas nilai kebocoran kapiler,
normal (>38’C) edema di eksudat
proses Radang dan
Penyakit

peningkatan suhu
(demam)

hipertermia
5 DS : Bakteri, virus, jamur, Deficit nutrisi
Keluarga mengatakan benda asing
pasien tidak mau makan
Keluarga mengatakan Peradangan diruang
interstisial, alveoli dan
nafsu makan pasien
bronkhiolus
menurun
organisme menembus
DO : mukosa sel, udara di
1. Bising usus alveoli berkembang biak
hiperaktif
2. Otot menelan lemah peningkatan WBC

3. Membrane mukosa
WBC bermigrasi ke
pucat / kering tempat klejadian infeksi
4. Serum albumin sehingga terjadi
kebocoran kapiler,
turun
edema di eksudat
5. Diare
sputum terkumpul di
dalam di sekitar alveoli
dan dinding menebal
Secret menumpuk pada
bronkus

batuk berdahak
peningkatan metabolism
dan penurunan nafsu
makan

5. Diagnose Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
2) Gangguan pertukaran Gas
3) Perfusi perifer tidak efektif
4) Hipotermia
5) Deficit Nutrisi
6. Intervensi Keperawatan

Diagnose Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Latihan Batuk Observasi :
napas tidak keperawatan selama 3x24 jam Efektf (I.01006) 1. Untuk mengetahui
efektif diharapkan Bersihan Jalan Observasi : kemampuan pasien
(D.0001) Nafas (L.01001) meningkat, 1. Identifikasi kemampuan dalam batuk efektif
dengan Kriteria Hasil : batuk 2. Mengidentifikasi adanya
1. Batuk efektif meningkat 2. Monitor adanya restensi sputum berlebihan
2. Produksi sputum menurun sputum Terapeutik :
3. Mengi, wheezing menurun Teraupeutik: 1. Pengiriman oksigen dapat
4. Dyspnea, ortopnea, sulit 1. Atur posisi semi fowler atau diperbaiki dengan posisi
bicara menurun fowler duduk tinggi serta
5. Sianosis dan gelisah 2. Pasang perlak dan bengkok di mengurangi penekanan
menurun pangkuan pasien pada diafragma.
6. Frekuensi dan pola nafas 3. Buang sekret pada tempat 2. Menjaga kebersihan tubuh
membaik sputum pasien
4. Ajarkan teknik batuk 3. Memudahakan untuk
efektif mengobservasi sekret
5. Kolaborasi penerapan 4. Membantu pasien untuk
inhalasi nebulizer mengeluarkan dan
Edukasi : mengurangi penumpukan
1. Jelaskan tujuan dan sekret
prosedur batuk efektif 5. Untuk melancarkan atau
2. Anjurkan tarik nafas dalam mengencerkan dahak dan
melalui hidung selama 4 melancarkan jalan bafas
detik, ditahan slama 2 detik Edukasi :
kemudian keluarkan dari 1. Menginformasikan kepada
mulut dengan bibir mencucu pasien agar tidak terjadi
(dibulatkan) selama 8 detik miss komunikasi
3. Anjurkan mengulangi tarik 2. Mempermudah pengeluaran
nafas dalam hingga 3 kali sekret atau sputum
4. Anjurkan batuk dengan kuat 3. Mengeluarkan dahak atau
langsung setelah tarik nafas sputum
dalam yang ke-3 kalinya 4. Untuk melancarkan
pengeluaran sekret atau
sputum
Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan tindakan SIKI : Pemantauan Respirasi Observasi :
Gas (D.0003) keperawatan selama 3x24 jam (I.01014) 1. mengetahui frekuensi, irama,
diharapkan Pertukaran Gas Observasi : kedalaman, dan upaya nafas
(L.01003) meningkat, dengan 1. monitor frekuensi, irama, pasien
Kriteria Hasil : kedalaman dan upaya nafas 2. menetahui pola nafas pasien
1. Tingkat kesadaran meningkat 2. monitor pola nafas (seperti (seperti bradipnea, takipnea
bradipnea, takipnea,
2. Dyspnea menurun hiperventilasi dll) hiperventilasi dll)
3. Bunyi nafas tambahan 3. monitor kemampuan batuk 3. mengetahui kemampuan
menurun efektif batuk efektif pada pasien
4. Takikardia menurun 4. monitor adanya sumbatan nafas 4. menetahui adanya sumbatan
5. PCO2 membaik 5. monitor saturasi oksigen pada jalan nafas pasien
6. PO2 membaik 6. monitor nilai AGD 5. mengetahui adanya perubahan
7. pH arteri membaik 7. monitor hasil x-ray toraks saturasi oksigen
8. pola nafas membaik Terapeutik : 6. mengetahui adanya perubahan
1. atur interval pemantauan nilai AGD pada pasien
repirasi sesuai kondisi pasien 7. mengetahui adanya kelainan
2. dokumentasi hasil pemantauan pada hasil toraks
Edukasi : Terapeutik :
1. jelaskan tujuan dan prosedur 1. mengetahui perkembangan
pemantauan kondis pasien
2. informasikan hasil pemantauan, 2. mengetahui dan
jika perlu mengevaluasi hasil
keperawatan sebagai
tanggung gugat perawat
Edukasi :
1. memberikan informasi pada
pasien dan keluarga terkait
tindakan yang akan diberikan
2. meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga mengenai
kondisi pasien

Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan SIKI : Perawatan Sirkulasi Observasi :
efektif (D.0009) keperawatan selama 3x24 jam (I.02079) 1. Mengidentifikasi tanda
diharapkan Perfusi Perifer Observasi : dan gejala perfusi perifer
(L.02011) meningkat, dengan 1. periksa sirkulasi perifer (mis. 2. Indentifikasi factor yang
Kriteria Hasil : Nadi, edema dll) dapat menyebabkan
1. kekuatan nadi perifer 2. identifikasi factor risiko gangguan
meningkat gangguan sirkulasi 3. Memoonitor bila
2. edema perifer menurun (dm,perokok dll) terjadinya perfusi
3. akral membaik 3. monitor panas kemerahan, Terapeutik :
4. tugor kulit membaik nyeri pada ekstremitas 1. Untuk membantu
Terapeutik : mencegah dan
1. Hindfari pemasangan mengurangi terjadinya
pengambilan darah sirkulasi perifer
pengukuran tekanan darah 2. Membantu menstabilkan
pada area keterbatasan ion dan air di dalam
perfusion trubuh
2. Lakukan hidrasi Edukasi :
eEdukasi : 1. Untuk menghindari kulit
1. Anjurkan menggunakan , terbakar, kulit kering yang
perawatan kulit yang tepat dapat menyebabkan
(mis. Melembabkan kul;lit kerusakan jaringan
kering) 2. Untuk mengetahui dengan
2. Informasikan tanda dan cepat jika terjadi hal
gejala darurat yang dharus darurat yang tidakl
dilaporkan (rasa sakit yang diinginb kan
tidak hilang dan terus
menerus)
Hipertermia (D.0130) Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Hipertermia Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam (I.15506) 1. Mengidentifikasi penyebab
diharapkan Termoregulasi Observasi: dari hipertermia
membaik (L.14134) membaik, 2. Agar tidak terjadi dehidrasi
1. Identifkasi penyebab
dengan Kriteria Hasil : 3. Dengan gangguan dalam
hipertermia (mis. dehidrasi
1. Menggigil dan kulit merah kadar elektrolit dapat
terpapar lingkungan panas
menurun menunjukkan adanya
penggunaan incubator)
2. Kejang, Akrosianosis, komplikasi penyakit
2. Monitor suhu tubuh
piloreksi, vasokonstriksi 4. Untuk mengetahui adanya
3. Monitor kadar elektrolit
perifer dan pucat menurun komplikasi dari demam yang
4. Monitor komplikasi akibat
3. Takikardi, takipnea, dasar ditimbulkan
kuku sianotik, dan hipoksia
menurun hipertermia Terapeutik :
4. Suhu tubuh dan suhu kulit 1. Suhu lingkungan yang dingin
Terapeutik :
membaik dapat mempengaruhi panas
5. Pengisian kapiler, Ventilasi, dari suhu tubuh
1. Sediakan lingkungan yang
Tekanan darah membaik 2. Proses konveksi akan
dingin
terhalang jika pakaian ketat
2. Longgarkan atau lepaskan
3. Dapat mempertahankan suhu
pakaian
tubuh
3. Basahi dan kipasi permukaan
4. Saat demam kebutuhan akan
tubuh
cairan tubuh akan meningkat
4. Berikan cairan oral
5. Agar tidak terjadinya resiko
5. Ganti linen setiap hari atau
infeksi pada kulit
lebih sering jika mengalami
6. Membantu proses
hiperhidrosis (keringat berlebih)
perpindahan panas secara
6. Lakukan pendinginan eksternal
konduktif
(mis. selimut hipotermia atau
7. Untuk membantu klien
kompres dingin pada dahi,
bernafas jika mengalami
leher, dada, abdomen,aksila)
kesukaran bernafas
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi : mencegah komplikasi
Edukasi : Anjurkan tirah baring dan memberikan rasa nyaman
Kolaborasi : cairan dan elektrolit Kolaborasi : untuk mencegah
intravena, jika perlu terjadinya dehidrasi dan syok.
Defisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Nutrisi Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam (I.03119) 1. Menentukan diit yang harus
diharapkan defisit nutrisi pada Observasi : dikonsumsi pasien
pasien dapat teratasi dengan 1. Identifikasi status nutrisi 2. Membantu meningkatkan
kriteria hasil: 2. Identifikasi makanan yang nafsu makan.
Status Nutrisi (L.03030) disukai. 3. Memantau intake output
membaik. 3. Monitor asupan makan. 4. Mengetahui jika terjadi nilai
1. Porsi makanan yang 4. Monitor hasil pemeriksaan yang berlebih
dihabiskan meningkat laboratorium Terapeutik :
2. Perasaan cepat kenyang Terapeutik : 1. Makanan tinggi kalori dan
menurun 1. Berikan makanan tinggi kalori protein dapat menambah atau
3. Diare menurun dan tinggi protein menjaga berat badan agar
4. Frekuensi makan membaik 2. Berikan suplemen makanan jika tidak turun
5. Nafsu makan membaik perlu 2. Menambah nafsu makan
6. Bising usus membaik. Edukasi : Edukasi :
1. Menganjurkan makanan sedikit 1. Menghindari terjadinya mual
tapi sering 2. Menghindari terjadinya
2. Menghindari makanan yang muntah
menyebabkan mual Kolaborasi :
Kolaborasi : 1. Membantu menambah nafsu
1. Kolaborasi pemberian medikasi makan, menghindari tejadinya
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi mual
untuk menentukan jumlah 2. Membantu menjaga
kalori dan nutrien yang keseimbangan nutrisi tubuh
dibutuhkan
7. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Santa, 2019). Menurut
(Safitri, 2019) implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya yang sudah behasil dicapai (Panjaitan, 2019). Evaluasi dapat
berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif
adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan
selesai dilaksanakan dan memperoleh informasi yang efektifitas pengambilan
keputusan.
Daftar Pustaka
Arifin, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosis. Fakultas Ilmu Kesehatan,
(18), Pp. 8–23. Available At: Http://Repository.Ump.Ac.Id/3981/3/Sefrizal
Arifin BAB II.Pdf.

Barkah. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Di
Ruang Melati Rsud Bangil.

Chalik, R. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia.

Damayanti, R. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia. Paper Knowledge . Toward A


Media History Of Documents, 7(2), Pp. 107–15.

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien
Dengan Congestive Heart Failure (CHF). Tugas Akhir, P. 176. Available At:
Http://Pustaka.PoltekkesPdg.Ac.Id/Repository/Eki_KTI_DIII_Keperawatan_P
adang_2017.Pdf.

Kemenkes RI .(2019). Health Statistics, Science As Culture.


Doi:10.1080/09505438809526230.

Khasanah, F.N. (2017). Asuhan Keperawatan Dengan Pneumonia Di Ruang Kanthil Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas. Asuhan Keperawatan Pada An. V dengan
Pneumonia Di Ruang Kanthilrumah Sakit Umum Daerah Banyumas, Pp. 9–40.

Seyawati, A. (2018). Tata Laksana Kasus Batuk Dan Atau Kesulitan Bernafas : Literature
Review. Ilmiah Kesehatan, (2008), Pp. 30–52.

Sukarmin, S.R. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Graha Ilmu.


Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Warganegara, E. (2017). Pneumonia Nosokomial: Hospital-Acquired, VentilatorAssociated,


Dan Health Care-Associated. Jurnal Kedokteran Unila, 1(3), Pp. 612–618.
Available At:
Http://Juke.Kedokteran.Unila.Ac.Id/Index.Php/JK/Article/View/1729.

Anda mungkin juga menyukai