Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pneumonia

a. Pengertian

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi

pada bayi dan anak, walaupun dapat juga terjadi pada semua usia

(Marni, 2014).Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan

peradangan akut parenkim paru – paru dan pemadatan eksudat pada

jaringan paru (Suharjono, 2009).

b. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Anatomi dan fisiologi Paru - paru menurut Mubarak (2008),

adalah :

1) Anatomi Pernafasan Bawah

Sistem pernapasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang

dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru,

dan membran pleura.

a) Trakea

Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh

cincin-cincin kartilago yang menghubungkan laring dengan

bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama

terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di


bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk

pohon bronkus.

Gambar 2.1 Anatomi pernafasan trakea

b) Paru-paru

Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri.

Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga

lobus dan paru kiri dua lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.

Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang

bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan

jaringan ikat elastik. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung

tertutup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal

membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura

visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan

tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas

guna mencegah friksi selama gerakan bernapas.


Gambar 2.2 Anatomi pernafasan paru-paru

c) Bronkus

Cabang bronkus yang berupa tabung kecil untuk

menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli, dan untuk mengontrol

jumlah udara yang di distribusikan melalui paru-paru dengan

konstriksi dan dilatasi.

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Pernafasan bronkius (Mubarak, 2008)

d) Alveolus

Alveoli adalah kantung kecil di dalam paru - paru kita yang

memungkinkan oksigen dan karbon dioksida untuk bergerak di

antara paru - paru dan aliran darah.


Gambar 2.4 Anatomi pernafasan Alveoli (Mubarak, 2008)

Merupakan bagian integral dari sistem pernapasan, alveoli berupa

kantung-kantung kecil di akhir dari bronkiolus. Alveoli ditutupi

dengan kapiler, dan membran pernapasan dibuat dimana alveoli

dan kapiler bertemu O2 dan CO2 melewati membran ini masuk dan

keluar dari aliran darah.

2) Fisiologi pernapasan

a) Pernapasan Eksternal

Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada

keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan

eksternal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung

dalam tiga langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas

alveolar, serta transport oksigen dan karbondioksida.

(1) Ventilasi Pulmoner

Saat bernapas udara bergantian masuk-keluar paru

melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas

antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi


ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang

bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh,

rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi

dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.

(2) Pertukaran Gas Alveolar

Setelah oksigen memasuki alveolus, proses

pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus

ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan

molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke

area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini

berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan

dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan

tekanan gas.

(3) Transpor Oksigen dan Karbondioksida

Tahap ketiga pada proses pernapasan adalah

transport gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen

diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida

diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

b) Pernapasan Internal

Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu

pada proses metabolisme intrasel yang berlangsungdalam

mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2

selama proses penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses


ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh

tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi

pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan.

Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi

pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

c. Penyebab

Menurut Ridha (2014), pneumonia dapat disebabkan oleh :

1) Bakteri (pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza,

klebsiela mycoplasma pneumonia).

2) Virus (virus adena, virus para influenza, virus influenza)

3) Jamur/fungi (candida abicang, histoplasma, capsulatum,

koksidiodes).

4) Protozoa (Pneumokistis karinti)

5) Bahan kimia (Aspirasi makan./susu/isi lambung) keracunan

hidrokarbon (minyak tanah, bensin)

d. Patofisiologi

Bakteri atau virus masuk kedalam tubuh, akan menyebabkan

gangguan atau peradangan pada terminal jalan nafas dan alveoli.

Proses tersebut akan menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai

pada multiple lobus, terjadi dekstruksi sel dengan menanggalkan

debris cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi

alveoli jalan nafas. Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS,
cystic fibrosis, aspirasi benda asing dan kongentinal yang dapat

meningkatkan resiko pneumonia (Marni, 2014).

e. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), manifestasi klinis

pneumonia terdiri dari :

1) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling

sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai

39,5 – 40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan

peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,

beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.

2) Meningismus, yaitu tanda–tanda meningeal tanpa infeksi

meninges. Terjadi dengan awitan demam yang tiba–tiba dengan

disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher,

dan akan berkurang saat suhu turun.

3) Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan

penyakit masa kanak–kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari

penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih

sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang

sampai ketahap pemulihan.

4) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit

yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya

berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.


5) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.

6) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bias

dibedakan dari nyeri apendiksitis.

7) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh

mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan

menyusu pada bayi.

8) Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin

encer dan sedikit atau kental dan purulent, bergantung pada tipe

dan atau tahap infeksi.

9) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.

Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut.

10) Bunyi pernafasan seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi

terdengar mengi.

11) Sakir temggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada

anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk

minum dan makan per oral.

12) Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum,

atau memutahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,

distress, pernafasan berat.

f. Klasifikasi

Klasifikasi Pneumonia menurut Ridha (2014) terdiri dari :

1) Berdasarkan klinis dan apidemiologi.


a) Pneumonia yang di dapat di masyarakat community-acquired

pneumonia (CAP) disebabkan pneumokokus.

b) Pneumonia yang dapat di RS (Hospital Acquaired

Pneumonia/Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan

bakteri gram negative dan angka kematian lebih tinggi.

c) Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak,

d) Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.

2) Berdasarkan kuman penyebab.

a) Pneumonia bakterialis/topikal, dapat terjadi pada masa usia,

beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka.

b) Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda

dan disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.

c) Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak.

d) Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder

terutama pada orang dengan daya tahan tubh lemah dan

pengobatannya lebih sulit.

3) Berdasarkan prediksi infeksi.

a) Pneumonia lobaris mengenai satu lobus atau lebih, disebabkan

karena obstruksi bronkus, misalnya aspirsi benda asing, proses

keganasan.

b) Bronkopneumonia, adanya bercak – bercak infiltrat pada paru

dan disebabkan oleh virus atau bakteri.


g. Tanda dan Gejala

Tanda gejala dari pneumonia menurut Ridha (2014) yaitu :

1) Gejala klinis tergantung dari penyebab pneumonia.

2) Keluhan utama berupa batuk (80%).

3) Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat).

4) Demam tinggi pada 5 – 10 hari bersama.

5) Sesak nafas (lebih – lebih bila ada komplikasi).

6) Produksi sputum mukoid, purulent, warna seperti karat.

7) Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah.

h. Komplikasi

Menurut Ridha (2014) komplikasi yang dapat disebabkan dari

penyakit pneumonia adalah :

1) Efusi pleura

2) Komplikasi

3) Hipoksemia.

4) Pneumonia konik

5) Bronkietasis.

i. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Nurarif & Kusuma (2015)

terdiri dari :

1) Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural (missal : lobar

bronchial) dapat juga menyebabkan abses.

2) Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis.


3) Pemeriksaan kultur, sputum dan darah : untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada.

4) Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus.

5) Spirometrik static : untuk mengetahui paru – paru, menetapkan

luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

6) Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7) Bronkoskopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda

asing.

j. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit pneumonia menurut Ridha (2015)

yaitu :

1) Antibiotik diberikan sesuai penyebabnya.

2) Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase.

3) Rehidrasi yang cukup adekuat.

4) Latihan nafas dalam dan batuk efektif yang membantu.

5) Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat.

6) Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan.

7) Diet tinggi kalori dan tinggi protein.

8) Terapi lain sesuai dengan komplikasi.


k. Asuhan keperawatan

1) Pengkajian

Menururt Marni (2014), pengkajian pada pasien pneumonia

pasien anak adalah pemeriksaan pernafasan akan didapatkan

retraksi, nyeri dada, krakles, penurunan bunyi nafas, pernafasan

cuping hidung, sianosis, batuk reproduktif, ronkhi. Pada

pemeriksan kardiovaskuler akan didapatkan takikardi. Pada

pemeriksaan neurologis pasien akan mengeluh nyeri kepala,

kesulitan tidur dan terdapat iritabilitas. Pada pemeriksaan

gastrointestinal terdapat penurunan nafsu makan dan nyeri

lambung. Pada pemeriksaan musculoskeletal pasien akan

menunjukkan kelelahan dan kegelisahan. Sedangkan pada

pemeriksaan integument akan terjadi peningkatan suhu tubuh dan

terdapat sianosis.

2) Diagnosa Keperawatan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), diagnosa keperawatan

pada pasien pneumonia adalah :

a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi paru /

parenkim paru.

b) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

inflamasi.

c) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan, akibat hipertermi / hiperpnea.


d) Hipertermi berhubungan dengan infeksi.

e) Intoleransi aktivitas.

3) Intervensi

intervensi padapneumonia didasarkan pada NOC

(Moorhead dkk, 2013), dan NIC (Bulechek dkk, 2013), adalah

sebagai berikut:

a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi paru /

parenkim paru.

Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi

ventilasi adekuat.

NOC

Sistem pernafasan

Setelah dilakkan tindak keperawatan pada an. A keluar

masuknya udara dari dan kedalam paru tidak ada gangguan,

dengan kriteria hasil :

(1) Frekuensi pernafasan normal.

(2) Tidak ada suaranafas tambahan.

(3) Tidak ada suara pekusi nafas.

(4) Tidak ada dispnea saat istirahat dan latihan.

NIC

Monitor pernafasan

(1) Posisikan pasien miring ke samping.


(2) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan

bernafas.

(3) Monitor suaranafas tambahanseperti mengidan ngorok.

(4) Monitor kemampuan batuk efektif pasien.

(5) Berikan bantuan terapi nafas jika di perlukan.

(6) Monitor keluhan sesak naafas pasien, termasuk kegiatan

yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas

tersebut.

b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

adanya secret yang berlebih.

Definisi : ketidakmampuan memberi sekresi atau obstruksi dari

saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

NOC

Status pernafasan : kepatenan jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada an. A

maka saluran trakeobronkial yang terbukadan lancar untuk

pertukaran udara normal, dengan kriteria hasil :

(1) Frekuensi pernafasan normal.

(2) Irama pernafasan normal.

(3) Tidak ana ansietas.

(4) Tidak terdengar suara nafas tambahan.

(5) Tidak ada batuk.

(6) Tidak ada dyspnea saat istirahat.


NIC

Manajemen jalan nafas

(1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

(2) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya.

(3) Buang secret dengan memotifasi pasien untuk melakukan

batuk atau penyedotan lendir.

(4) Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi

bernafas dalam kepada anak-anak.

(5) Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas.

(6) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukanbatuk efektif.

(7) Monitavi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan

batuk.

(8) Kelola nebulizer ultrasonic.

(9) Auskultasi suara nafas.

c) Resiko kekuragan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan, akibat hipertermi / hiperpnea.

Definisi : kerentanan mengalami penurunan volume cairan

intra vascular, interstisial, dan/atau intraselular, yang dapat

mengganggu kesehatan.
NOC

Keseimbangan cairan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada an. A

keseimbangan cairan di dalam ruang intraselular dan

ekstraselular terpenuhi dengan kriteria hasil :

(1) Tekanan darah normal.

(2) Tidak ada peningkatan denyut nadi radial.

(3) Kesemimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak

terganggu.

(4) Berat badan stabil.

(5) Membran mukosa lembab.

Hidrasi

Setelah silakukan tindak keperawatan pada an. A [ketersediaan]

Air yang cukup dalam kompsrtemen intraselular dan

ekstraselular terpenuhi dengan kriteria hasil :

(1) Turgor kulit normal.

(2) Membrane mukosa lembab dalam rentan normal.

(3) Tidak ada rasa haus yang berlebih.

(4) Tidak ada kehilangan berat badan.

(5) Tidak ada bola mata cekung dan lunak.

(6) Tidak ada penurunan tekanan darah, penignkatan suhu

tubuh.
NIC

Manajemen cairan

(1) Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien.

(2) Jaga intake/asupan yang akuran dan cata output [pasien].

(3) Monitor status hidrasi.

(4) Monitor tanda-tanda vital pasien.

(5) Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan setelah

dialisis.

Monitor cairan

(1) Monitor asupan dan pengeluaran.

(2) Monitor tanda vital pasien.

(3) Monitor berat badan pasien.

(4) Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon haus.

(5) Monitor warna, kuantitas urin.

d) Hipertermi berhubungan dengan infeksi.

Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

NOC

Termoregulasi

Setelah dilakukan tindak keperawatan pada an. A

keseimbangan antara produksi panas, mendapatkan panas dan

kehilangan panas, normal dengan kriteria hasil :

(1) Tingkat pernafasan normal.

(2) Peningkatan dan penurunan suhu tubuh tidak ada gangguan.


(3) Tidak dehidrasi.

(4) Berkeringat saat panas normal.

NIC

Pengaturan suhu

(1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan.

(2) Monitor suhu dan warnakulit.

(3) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai

kebutuhan.

(4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat.

(5) Berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Perawatan demam

(1) Pantau suhu dan tanda vital lainnya.

(2) Jangan beri aspirin untuk anak-anak.

(3) Fasilitas istirahat, terapkan pembatasan aktivitas : jika

perlu.

(4) Tingkatlan sirkulasi udara.

(5) Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.

e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis

untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.


NOC

Toleransi terhadap aktivitas

Setelah dilakukan tindak keperawatan pada an. A

respon fisiologis terhadap perggerakan yang memerlukan

energi dalam aktivitas sehari-hari tidak ada gangguan, dengan

kriteria hasil :

(1) Frekuensi nadi ketika beraktivitas normal.

(2) Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas normal

(3) Kemudahan bernafas ketika beraktivitas tidak ada

gangguan.

(4) Warna kulit normal.

(5) Kecepatan berjalan normal.

NIC

Pengajaran : proses penyakit

(1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan

sesuai dengan konteks usia dan perkembangan.

(2) Tentuka jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan

untuk menjaga kesehatan.

(3) Monitor sumber kegiatan olahraga dan kelelahan emosional

yang dialami pasien.

(4) Anjurkan tidur siang bila perlu.

(5) Monitor intak easupan nutrisi untuk mengetahui sumber

energi yang adekuat.


2. Konsep Oksigenasi

a. Pengertian

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam system

( kimia ataupun fisika). Oksigen merupakan gas tidakk berwarna dan

tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel.

Sebagai hasilnya, terbentuknya karbondioksida, energi dan air. Akan

tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermakna terhaap aktivitas sel

(Mubarak & Chayanti, 2008).

b. Fungsi Pernafasan

Menurut Mubarak & Chayanti (2008), pernafasan atau

respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan. Fungsi

utama pernafasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan

oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel.

Saat bernafas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian

diangkut ke seluruh tubuh melalui darah guna dilakukan pembakaran.

Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh

darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak

digunakan lagi oleh tubuh.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Pernafasan

Menurut Mubarak & Chayanti (2008), faktor yang

mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu :


1) Faktor fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap

kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat

mempengaruhi pernafasannya.

a) Penurunan kapasitas angkut O2 secara fisiologis, daya angkut

hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan

tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu – waktu apabila

terdapat gangguan pada tubuh.

b) Penurunan konsentrasi O2 inspirasi, kondisi ini dapat terjadi

akibat penggunann alat terapi pernafasan dan penurunan kadar

O2 lingkungan.

c) Hipovolemik, kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume

sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang

berlebih.

d) Peningkatan laju metabolik, dapat terjadi pada kasus infeksi

dan demam yang terus–menerus yang mengakibatkan

peningkatan laju metabolic.

e) Kondisi lainnya, kondisi yang mempengaruhi pergerakan

dinding dada seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas

musculoskeletal.

2) Status kesehatan

Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar

oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan


tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat

terhambat sehingga menganggu pemenuhan kebutuhan oksigen

tubuh.

3) Faktor perkembangan

Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang

mempengaruhi sistem pernafasan individu.

a) Bayi prematur, bayi yang lahir prematur beresiko menderita

penyakit membrane hialin yang ditandai dengan

berkembangnya membaran serupa hialin yang membatasi ujung

saluran pernafasan.

b) Bayi dan anak – anak, kelompok usia ini beresiko mengalami

infeksi saluran nafas atas.

c) Anak usia sekolah dan remaja, kelompok usia ini beresiko

mengalami infeksi saluran nafas akut akibat kebiasana buruk.

d) Dewasa muda dan paruh baya, kondisi stress, kebiasaan

merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga merupakan

faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan

paru pada kelompok usia ini.

e) Lansia, proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan

penurunan pada fungsi normal pernafasan, seperti penurunan

elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus,

dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru

sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2 .


4) Faktor perilaku

Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi

pernafasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolahraga,

kondisi emosional, dan penggunaan zat – zat tertentu secara tidak

langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan tubuh.

a) Nutrisi, kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat

menghambat ekspansiparu, sedangkan malnutrisi berat dapat

mengakibatkan pelisutan otot pernafasan yang mempengaruhi

kekuatan kerja pernafasan.

b) Olahraga, latihan fisik akan mengakibatkan aktivitas metabolic,

denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang

akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

c) Ketergantungan zat adiktif, penggunaan alcohol dan obat –

obatan yang berlebihan dapat menggenggu prose oksigenasi.

Hal ini terjadi karena alkohol dan obat – obatan menekan pusat

pernafasan dan susnanan saraf pusat sehingga mengakibatkan

penurunan laju dan kedalaman pernafasan. Selain alcohol

penggunaan narkotika dan analgesic, terutama morfin dan

meperidin, dapat mendepresi pusat pernafasan sehingga

menurunkan laju dan kedalam pernafasan.

d) Emosi, perasaan takut, cemas, dan marah yang tida terkontrol

akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi


pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,

kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalam

penafasan.

e) Gaya hidup, kebiasaan merokok dapat mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan oksigen sesorang. Merokok dapat

menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit

jantung. Selain itu, nikoton yang terkandung dalam rokok bisa

mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

koroner.

5) Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,

seperti faktor alergi, ketinggian maupun suhu. Kondisi tersebut

mempengaruhi kemampuan adaptasi.

d. Fisiologi Pernafasan

Menurut Mubarak & Chayatin (2008), dalm proses pernapasan kita

dapat mengenal dua jenis, yaitu :

1) Pernapasasn eksternal (eksternal respiration)

Pernafasan eksternal (pernafasan pulmoner) mengacu pada

keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan

eksternal dan sel tubuh. Secara imum, proses ini berlansung dalam

tiga langkah, yakni ventilasi pulmoner,pertukaran gas alveolar,

serta transport oksigen dan karbon dioksida.


2) Pernapaasn internal (internal respiration)

Pernafasan internal (pernafasan jaringan) mengacu pada proses

metabolisme internal yang berlangsung dalam mitokondria, yang

mengangkut O2 danmenghasilkan CO2 selama proses penyerapan

energy molekul nutrein.pada proses ini, darah yang banyak

mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai

kapiler sistemik. Selanjutnya akan terjadi pertukaran O2 dan CO2

antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler par,

pertukaran ini juga melalui proses difusi pasifmengikuti penurunan

gradient tekanan parsial.

e. Gangguan Masalah Kebutuhan Oksigen

Menurut Mubarak & Chayatin (2008), dalam kebutuhan

oksigenasi terdapat masalah yang sering di temukan, yaitu :

1) Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel)

tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan O2

pada tingkat sel. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan,

kecemasan, pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan

konsentrasi, kelemahan, penigkatan tanda – tanda vital, pucat,

sianosis, clubbing dan dispnea. Penyebabnya antara lain penurunan

Hb dan kapasitas angkut O2 dalam darah, penurunan konsentrasi

O2 inspirasi, ketidakmampuan sel mengikat O 2, penurunan difusi

O2 dari alveoli kedalam darah dan penurunan perfusi jaringan.


2) Perubahan pola pernapasan

a) Takipnea

Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya terlihat dalam

kondisi demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus

hiperkapnia dan hipoksemeia.

b) Bradipnea

Frekuensi pernafasan yag lambat dan abnormal. Biasanya ini

terlihat pada orang yang baru saja menggunakan obat – obat

seperti morfin, pada kasus alkalosis metabolik atau peningkatan

TIK.

c) Hiperventilasi

peningkatan jumlah udara yang memasuki paru. Kondisi ini

terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolilk

untukpembuangan CO2. Biasanya, hiperventiasi disebabkan

oleh asidosis, infeksi, dan keceamsan. Lebih lanjut dari kondisi

ini bisa menyebabkan alkalosis akibat pengeluaran CO2 yang

berlebihan.

d) Pernafasan Kussmaul

Salah satujenis hiperventilasi yang menyertaiasidosis

metabolic. Pernafasan ini merupakan upaya tubuh untuk

mengompensasi asidosi dengan mengeluarkan karbondioksida

melalui pernafasan yang cepat dan dalam.


e) Hipoventilasi

Penurunanjumlah udata yang memasuki paru – paru. Kondisi

ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memnuhi

kebutuhan metabollikuntuk penyaluran O2 dan pembuangan

CO2. Biasanya ini disebabkan oleh penyakitotot pernafasan,

obat – obatan, anesteia.

f) Dispnea

Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernafas.

g) Orthopnea

Ketidakmampuan untuk bernafas, kecualidalamposisi tegakatau

berdiri.

h) Apnea

Henti nafas.

3) Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas, baik total maupun sebagian, dapat terjadi di

seluruh tempat di sepanjang jalan nafas atas atau bawah. Obstruksi

pada jalan nafas atas (hidung, faring,laring) dapat disebabkan oleh

benda asing seperti makanan, akumulasi sekret, atau oleh lidah

yang menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar.

Sedangkan obstruksi jalan nafas bawah meliputi sumbatan total

atau sebagian pada jalan nafas bronkus dan paru.


f. Terapi Oksigenasi

Menurut Mubarak & Chayatin (2008), terapi oksigen diberikan

kepada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada area paru, pasien

dengan gangguan paertukaran gas serta mereka yang mengalami gagal

jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah hipoksia.

Sejumlah sistem pemberian oksigen tersedia bagi klien di berbagai

kondisi. Pilihan tersebut tergantung dari pada kebutuhan oksigen klien,

kenyamanan dan tingkat perkembangannya. Suplain oksigen sendiri juga

diberikan dalam beberapa cara. Di sejumlah rumah sakit atau fasilitas

perawatan jangka panjang, suplai oksign disalurkan melalui pipa panjang

yang tertanam di dinding rumah sakit dan bermuara langsung di samping

tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien mendapatkan terapioksigen

langsungpada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang harus diperhatikan saat

memberikan terapi oksigen adalah tindakan pengamanan guna mencegah

bahaya kebakaran. Beberapa upaya pengamanan tersebut antara lain :

1. Hindari menyalakan api di sekitar sumber oksigenkarena dapat

meledak.

2. Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel

diruangan tersebut. Pastikan semuanya masih berfungsi dengan

baik.

3. Beritahu klien atau pengunjung untuk tidak merokok

didekatsumber tersebut.

4. Hindari menggunakan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis.


5. Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin disekitar sumber

oksigen.

Pemberian terapi oksigenasi

Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan melalui beberapa cara

seperti berikut ini

1. Kanul hidung. Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan

aliran 1-6lt/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24% - 44%.

2. Masker/ sungkup muka. Sungkup muka sederhana aliran oksigen

melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan konsentrasi 40% - 60%.

3. Sungkup muka dengan kantung rebreathing. Konsentrasi oksigen

yang di berikan lebih tinggi dari sungkup muka sederhana yaitu 60% -

80% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit.

4. sungkup muka non breathing. Memberikan oksigen dengan

konsentrasi sampai 99% dengan aliranyang sama pada kantong

rebreathing.

g. Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Oksigenasi

Menurut Mubarak & Chayatin (2008), asuhan keperawatan pada

pasien dengan masalah oksigenasi adalah sebagai berikut :

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi

riwayat keperawatan, pemriksaan fisik dan pemeriksaan dianostik.

a) Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian

tentang masalah pernafasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya


batuk, sputum, nyeri, medikasi dan adanya factor resiko untuk

gangguan status oksigenasi.

(1) Masalah pada pernafasan (dulu dan sekrang).

(2) Riwayat penyakit atau masalah pernafasan.

(3) Adanya batuk dan penanganan.

(4) Kebiasaan merokok.

(5) Masalah ada fungsi sistemkardiovaskuler.

(6) Faktor resiko yang memperberat masalh oksigenasi.

(7) Riwayat penggunaan medkasi.

(1) Stressor yang alami.

(2) Status dankondisi kesehatan.

b) Pemeriksaan fisik

Untuk menilai status oksigenasi klien, perawat menggunakan

empat teknik pemerksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi

dan perkusi.

(1) Inspeksi, pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat

kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit

dan membrane mukosa dada, pola nafas, ekspansi dada secara

umum, adanya sianosis, adanya deformitas dan jaringan parut

pada dada.

(2) Palpasi, palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan

pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Saat palapai, perawat

menilai adanya fremiktus taktil pada dadadan punggung pasien


dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secaraberuang.

Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat

akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya.

Normalnya, fremitus taktil akan akan terasa pada pada individu

yang sehat,dan akan meningkatpada kondisikonsolidasi. Selain

itu palpasi juga dilakukan untuk menguji temperature kulit,

pengembangan dada, adanya nyeri tekan, abnormalitas masa

dan kelenjar.

(3) Perkusi, secara umum, perkusi di lakukan untuk menentukan

ukuran dan bentuk rongga dalam serta untuk mengkaji adanya

abnormalitas, cairan atau udara di dalam paru. Perkusi sendiri

dilakukandengan menekan jari tengah pemeriksa mendatar di

atas dada pasien. Kemudian jari-jari itu di ketuk dengan

menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan

sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi respon atau

gaung perkusi. Pada penyakit tertentu, adanya udata pada dada

atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi

drum. Sedangkna bunyi pekak atau kempis terdengar apabila

perkusi dilakukan diatas area yang mengalami atelektasis.

(4) Auskultasi, proses mendengarkan suara yang dihasilkan di

dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan lengsung atau

menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan

berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk


mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi

dilakukan untuk mendengarka bunyi nafas vesicular, bronchial,

bronkovesikular, rales, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya

perubahan bunyi nafas serta lokasi dan wwaktu terjadinya.

c) Pemeriksaan diagnostik meliputi, dilakukan untuk mengkaji status,

fungsi, dan oksigenasi pernafasan pasien. Beberapa jenis

pemeriksaan diagnostik antara lain :

(1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru,

pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah

lengkap.

(2) Tes struktur system pernafasan : sinar-x, bronkokopi, scan

paru.

(3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran nafas : kultur

kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis.

2) Diagnosa keperawatan

Menurut Mubarak & Chayatin (2008), diagnosa keperawatan

pada pasien dengan masalah oksigenasi :

a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

b) Ketidakefektifan pola nafas.

c) Gangguan pertukaran gas.

d) Intoleransi aktivitas.
3) Intervensi

Menurut Bulechek dkk (2013), Moorhead dkk (2013),

Herdman (2015), perencanaa intervensi keperawatan pada pasien

dengan masalah oksigenasi yaitu :

a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas behubungan dengan adanya

secret yang menumpuk.

Definisi : ketidakmampuan memberi sekresi atau obstruksi dari

saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

NOC

Status pernafasan : kepatenan jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada an. A maka

saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancr untuk pertukaran

udara normal, dengan kriteria hasil :

(1) Frekuensi pernafasan normal.

(2) Irama pernafasan normal.

(3) Tidak ana ansietas.

(4) Tidak terdengar suara nafas tambahan.

(5) Tidak ada batuk.

(6) Tidak ada dyspnea saat istirahat

NIC

Manajemen jalan nafas

(1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.


(2) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan

batuk.

(3) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya.

(4) Buang secret dengan memotifasi pasien untuk melakukan batuk

atau penyedotan lendir.

(5) Posisikan pasien untk meringankan sesak nafas.

(6) Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi

bernafas dalam kepada anak-anak.

(7) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif.

(8) Kelola nebulizer ultrasonic.

(9) Auskultasi suaranafas.

b) Pola nafas tidak efektif.

Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi

adekuat.

NOC

Sistem pernafasan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada an. A keluar

masuknya udara dari dan ke dalam paru tidak ada gangguan,

dengan kriteria hasil :

(1) Frekuensi pernafasan normal.

(2) Tidak ada suara nafas tambahan.

(3) Tidak ada suara perkusi nafas.

(4) Tidak ada dispnea saat istirahat dan latihan.


NIC

Monitor pernafasan

(1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.

(2) Monitor suara tambahan seperti mengorok atau mengi.

(3) Posisikan pasien miring ke samping.

(4) Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang

meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut.

(5) Berikan bantuan terapi nafas jika di perlukan.

(6) Monitor kemampuan batuk efektif pasien.

c) Gangguan pertukaran gas.

Definisi : kelebihan atau deficit oksigenasi dan/atau eliminasi

korbon dioksida pada membrane alveolar–kapiler.

NOC

Sistem Pernafasan : Pertukaran Gas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada an. A maka

pertukaran karbon dioksida dan oksigen di alveoli untuk

mempertahankan konsentrasi darah arteri tidak ada gangguan,

dengan kriteria hasil :

(1) Tidak ada ganguan kesadaran.

(2) Saturasi oksigen normal.

(3) Tidak ada sianosis.

(4) Tidak ada dispnea pada saat istirahat dan aktivitas ringan.
NIC

Terapi oksigen

(1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

(2) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya.

(3) Buang secret dengan memotifasi pasienuntuk melakukan batuk

atau penyedot lendir.

(4) Memotifasi pasien untuk bernafas pelan, dalam berputar dan

batuk.

(5) Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif.

Monitor pernafasan

(1) Monitor kecepatan nafas, kedalaman dankesulitan bernafas.

(2) Monitor suara tambahan seperti mengorok atau mengi.

(3) Monitor pola nafas.

(4) Auskultasi suara nafas, cata area di mana terjadi penurunan

atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara anfas

tambahan.

(5) Monitor keluhan sesak nafas pasien , termasuk kegiatan yang

meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut.

d) Intoleransi aktivita berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

Definisi : ketidak cukupan energi psikolog atau fisiologi untuk

mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-

hari yang harus atau ingin dilakukan.


NOC

Toleransi Terhadap Aktivitas

Setelah dilakukan tindak keperawatan pada an. A maka

pertukaran karbondioksida dan oksigen ke alveoli untuk

mempertahankan konsentrasi arteri tidak ada gangguan, dengan

kriteria hasil :

(1) Saturasi oksigen normal.

(2) Tidak ada dispnea saat beristirahat dan aktivitas ringan.

(3) Tidak ada gangguan kesadaran.

(4) Tidak ada sianosis.

NIC

Manajemen energi

(1) Monitaor aliran oksigen.

(2) Pertahankan kepatenan jalan nafas.

(3) Anjurkan pasien mengenai pentingnya meninggalkan perangkat

pengirim oksigen dalam keadaan siap pakai.

(4) Atur dan anjurkan pasien mengenai penggunaan perngkat

oksigen yang memudahkan mobilitas.

(5) Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen.

(6) Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat.

(7) Berikan oksigen tambahan seperti yang di anjurkan.


B. Kerangka Konsep

Pathway Pneumonia

Normal (system
pertahanan) terganggu organisme

virus Sel nafas bagian stapilokokus


bawah pneumokokus
Kuman pathogen trombus
mencapai bronkioli Eksudat masuk ke
terminalis merusak sel alveoli Toksin, coagulase
epitel bersilia, sel
goblet
alveoli
Permukaan lapisan
pleura tertutup tebal
Cairan edema + leukosit Sel darah merah, leukosit, eksudat thrombus
ke alveoli pneumokokus mengisi vena pulmonalis
alveoli

Konsolidasi paru
Leukosit + fibrin Nekrosis hemoragik
mengalami konsolidasi
Kapasitas vital, compliance
menurun, hemoragik
leukositosis
Produksi Abses
Intoleransi aktivitas Suhu tubuh meningkat sputum pneumatocele
meningkat (kerusakan
jaringan parut)
Hipertermi Resiko kekurangan Ketidakefektifan
volume cairan bersihan jalan Ketidakefektifan
nafas pola nafas

Gambar 2.5 kerangka konsep pneumonia (Nurarif & Kusuma, 2015)

Anda mungkin juga menyukai