Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HANGTUAH PEKANARU


KEPERAWATAN ANAK
LAPORAN PENDAHULUHUAN

Nama : Widiana Desrilla


NIM : 18091002
Tanggal Praktik : 28-2 Februari 2019
Ruang Rawat : Lili / Merak anak

PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan saluran pernafasan akut bagian bawah
yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan
menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia
(Muhlisin, 2014).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 2005).
2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi
1. Hidung merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi
untuk menyaring dan menghangatkan udara (Mutaqqin, 2009).
2. Faring merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulangleher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2009).
3. Laring (pangkal tenggorok) merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya (Mutaqqin, 2009).
4. Trakea (batang tenggorok) merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel
bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus
kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).
5. Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri
dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin,2009).
6. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90 meter persegi, pada
lapisan inilah terjadi pertukaran udara (Mutaqqin,2009).
b. Fisiologi
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil
O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan
CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk
dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem
pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara
luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa
mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya
pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut
dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan karbon dioksida antara kapiler-
kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusiatau pernapasan internal
(Mutaqqin, 2009).
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali
bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kaliekspirasi. Bernafas diatur oleh
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla
oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari
nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya
campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus
dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-
sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya denga
n distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen
dankarbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana
metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dankarbon dioksida yang terbentuk
sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru
(Mutaqqin,2009).
3. Klasifikasi Pneumonia
Menurut Brunner dan Suddarth (2008) berdasarkan agen penyebab dikategorikan
sebagai:
a. Pneumonia Bakterialis
Pneumonia yang disebabkan oleh, pneumonia streptokokus, pneumonia
stafilokokus, pneumonia klebsiella, pneumonia pseudomonas, haemophilus
influenza.

b. Pneumonia Atipikal
Pneumonia atipikal beragam gejalanya, tergantung kepada agen penyebab,
penyakit legionnaires, pneumonia mikoplasma, pneumonia virus, pneumonia
pneumosistis carinii (PPC), pneumonia fungi, pneumonia klamidia, tuberkulosis
4. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus
influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai
penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi
(Muhlisin, 2014)
a. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
b. Virus: virus influenza, adenovirus
c. Micoplasma pneumonia
5. Manifestasi Klinis
Menurut Misnadiarly (2008), tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat
dibagi menjadi:
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit menjadi
lembab, mual dan muntah.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki
d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler
tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi
f. Tanda infeksi ekstrapulmonal).
6. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas.
Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai
paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi
di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain
melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan
virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes
simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin,
dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto
toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis
(Price, 2005).
7. Pathway
8. Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental,
perikarditis dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B.
(Muhlisin, 2014).
9. Penatalaksanaan
a. Pneumonia Ringan
Disamping batuk atau sukar bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas
cepat pada anak umur 2 bulan-11 bulan yaitu ≥ 50 kali/menit sedangkan pada
anak umur 1 tahun-5 tahun adalah ≥ 40 kali/menit. Tatalaksana:
1. Anak di rawat jalan
2. Pemberian antibiotik: kontrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari
selama 3 hari atau amoksilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
b. Pneumonia Berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk, Pernapasan cuping hidung, Tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam, Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat
luas, konsolidasi, dll). Napas cepat : Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit. Anak
umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit. Anak umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/menit. Anak
umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit, auskultasi terdengar crackles (ronki), suara
pernapasan menurun, suara pernapasan bronkial. Tatalaksana:
1. Anak dirawat di rumah sakit
2. Terapi antibiotik, seperti amoksilin/ampisilin, kloramfenikol.
3. Terapi oksigen seperti, pulse oximetry, nasal prongs.
10. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. Rontgen : menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara
pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan
pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent
dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll
c. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
d. Bilirubin : Mungkin meningkat
11. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas pasien : Nama, tempat/tanggal lahir, umur, nama ayah, nama ibu,
alamat, agama, suku
2. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien
3. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit yang diderita pasien sebelumnya
4. Riwayat penyakit sekarang : Perjalan penyakit yang diderita pasien
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran : prenatal, intranatal dan postnatal
6. Riwayat alergi : Apakah pasien memiliki alergi
7. Riwayat imunisasi
8. Pemeriksaan fisik
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi trakeabranchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
4. Hipertermi b.d. proses infeksi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
6. Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
c. Rencana Intervensi

No. Diagnosa NOC NIC


1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor dan auskultasi
efektif b.d inflamasi tindakan area paru, catat area
trakeabranchial, keperawatan penurunan/tak ada
pembentukan edema, diharapkan bersihan aliran udara dan bunyi
peningkatan produksi jalan napas bersih, nafas, misalnya :
sputum. dengan kriteria krekels, mengi.
hasil : 2. Bantu pasien latihan
Jalan napas paten nafas dalam, batuk
dengan bunyi napas efektif dengan posisi
bersih. duduk tinggi.
3. Anjurkan pada keluarga
untuk memberi pasien
air hangat sedikitnya
2500 ml ml/hari.
KOLABORASI:
4. Pengisapan sesuai
indikasi.
5. Berikan obat sesuai
indikasi, mukoliti,
ekspentoran,
bronchodilator &
analgesik
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,
b.d perubahan membran tindakan kedalaman dan
alveolar-kapiler keperawatan kemudahan bernafas.
diharapkan 2. Observasi warna kulit,
pertukaran gas baik, membran mukosa dan
dengan kriteria kuku, catat adanya
hasil : sianosis perifer ( kuku )
menunjukkan atau sianosis sentral.
perbaikan ventilasi 3. Awasi suhu tubuh
dan oksigenasi sesuai indikasi.
jaringan dengan 4. Beri posisi yang
kriteria hasil : GDA nyaman misal
dalam rentang semifowler atau fowler.
normal, tak ada KOLABORASI
gejala distress 5. Berikan terapi oksigen
pernafasan dan sesuai terapi dari dokter
warna kulit tidak
pucat.

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Indentifikasi factor


nutrisi kurang dari tindakan yang menyebabkan
kebutuhan kemungkinan keperawatan mual / muntah misalnya
berhubungan dengan diharapkan : sputum banyak,
peningkatan kebutuhan kebutuhan nutrisi pengobatan aerosol,
metabolik sekunder teratasi dengan dispnoe berat, nyeri.
terhadap demam dan kriteria hasil: 2. Auskultasi bunyi usus ,
proses infeksi. menunjukkan observasi / palpasi
peningkatan nafsu distensi abdomen.
makan, 3. Berikan makan porsi
mempertahankan/me kecil tapi sering
ningkatkan berat termasuk makanan
badan kering.
4. Nyeri (akut) Setelah dilakukan 1. Tentukan karakteristik
berhubungan dengan tindakan nyeri, misalnya : tajam,
inflamasi parenkim keperawatan konstan, selidiki
paru, batuk menetap diharapkan nyeri perubahan karakter /
berkurang dengan lokasi nyeri dan
kriteria hasil : nyeri ditusuk.
berkurang, pasien 2. Pantau tanda vital.
rileks. 3. Berikan tindakan
nyaman misalnya,
pijatan punggung,
perubahan posisi, musik
tenang, relaksasi atau
latihan napas.
4. Tawarkan pembersihan
mulut dengan sering.
5. Anjurkan dan bantu
pasien dalam teknik
menekan dada selama
episode batuk.
Kolaborasi :
6. Berikan analgesik dan
atitusip sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Jeremy, dkk. (2005). At a Glance Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muhlisin. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematodologi. Jakarta : Salemba Medika
Price, A.S. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai