C. Metoda
Tanya jawab dan mewarnai
D. Media
Kertas bergambar hewan dan pensil warna
F. Pengorganisasian
Leader : Ryan Andeska Artha
Co. Leader : Sri Yuliani Putri
Fasilitator : Widiana Desrilla
Observer : Nur Hasni
G. Setting Tempat
Leader
KETERANGAN:
: Leader : Fasilitator
: Peserta
H. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Kegiatan terapis Respon peserta
penyuluhan
1 10.00 Pembukaan Leader: Menjawab salam
wib s/d 1. Leader
10.20 mengucapkan
salam
2. Leader Mendengarkan
memperkenalkan
diri dan kelompok
3. Leader
menjelaskan tujuan Mendengarkan
terapi bermain
4. Leader
menjelaskan Mendengarkan
rincian kegiatan
5. Leader meminta
anak saling Berkenalan
berkenalan
6. Leader
mendomenstrasika
n nama – nama Memperhatikan &
hewan beserta Mendemonstrasikan
warna terlebih
dahulu
2 10.20 Tahap kerja Fasilitator:
wib s/d 1. Fasilitator memilih Menebak gambar
11.00 gambar dan warna hewan dan warna
yang akan ditebak hewan
oleh setiap anak dan
setelah warna
ditebak fasilitator
meminta anak
mewarnai gambar Mewarnai gambar
Leader& Co leader: hewan
1. Leader
mempersilahkan
anak anak menebak
gambar yang telah
dipilih
2. Leader dan Co.
Leader mengajak
anak untuk
berpartisipasi
menebak gambar
dan mewarnai
gambar hewan
3. Leader& Co leader
memberi Anak merasa
reinfocement positif senang
jika anak bisa
mengikuti
permainan
Observer:
1. Mengobservasi
tanggapan dan
respon anak dan
keluarga
2. Mendokumentasi
kegiatan
3 11.00 Penutup Leader:
wib s/d 1. Mengakhiri Berhenti bermain
11.20 permainan
wib 2. Memberikan
reward kepada Menerima reward
seluruh peserta
3. Mengucapkan
terimakasih kepada
seluruh peserta dan
keluarga
4. Mengucapkan Mengucapkan
salam salam
I. Uraian Tugas
1. Leader : Pemimpin dan mengarahkan jalannya pelaksanaan terapi bermain
2. Co. Leader: Membantu leader dalam pelaksanaan kegiatan terapi bermain
3. Fasilitator : Mempersiapkan tempat, media, alat dan bahan serta peserta untuk
mengikuti kegiatan
4. Observer : Mengobservasi selama kegiatan terapi bermain dilaksanakan,
mencatat dan mendokumentasikan kegiatan
J. Kriteria Evaluasi
1. Perasaan peserta setelah mengikuti terapi bermain
2. Kemampuan peserta berinteraksi
3. Kemampuan peserta megenal gambar yang diberikan
4. Kemampuan peserta mewarnai gambar
5. Kemampuan motorik halus anak
6. Perkembangan anak
2. Konsep Teori
A. Defenisi terapi bermain
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan
bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa
frustasi (Santrock, 2007).
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan
perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam
perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat
berkomunikasi secara alami melalui kata-kata, mereka lebih alami
mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas.
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk
menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai
perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada. Hal ini
sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer, 2008, terapi
bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk
membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorangmencegah atau
mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi
bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit.
Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa
takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress.
C. Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
9Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang
satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin
berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk
menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media
yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan
nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalamiberbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
D. Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan
Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm),
gantungkanbenda yang terang dan menyolok.
b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio.
c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
Bayi (2-3 bulan)
a. Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa
bayike ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan
dalampertemuan keluarga.
c. Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan
lembut,gosok dengan lotion/bedak.
d. Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
Bayi (4-6 bulan)
a. Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan
warnaterang.
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama,
remaskertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri
kertasuntuk dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian
tubuh,beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri
perintahsederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main
airmengalir, berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai
tempat,bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan
suarabinatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas
danhangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b. Alat masak.
c. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang
dapatdipukul, krayon, kertas.
Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
I. Referensi
John W. Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi 11. Jakarta : PT
Erlangga.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
SalembaMedika.
Wong, D. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta : EGC
Saputro, Heri. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah sakit : Penerapan
Terapi Bermain Anak Sakit, Proses, Manfaat dan pelaksanaanya.
Ponorogo : FORIKES
Hasil Evaluasi Terapi bermain
1. Evaluasi struktur
a. Saat terapi bermain berlangsung kondisi lingkungan terapi bermain
bersih, rapi, tenang serta dilakukan di ruang terapi bermain anak Lili.
b. Posisi anak duduk di atas kursi dan terdapat meja didepan kursi mereka
serta terdapat tiang infus.
c. Alat terapi bermain yang digunakan dalam kondisi baik
d. Leader, Co. Leader, Fasilitator dan Observer berperan sebagaimana
mestinya
2. Evaluasi proses
a. Leader membuka terapi bermain
b. Orang tua mendampingi anaknya
c. Leader, Co. Leader, Fasilitator dan Observer memperkenal diri
d. Leader meminta anak-anak memperkenalkan diri
e. Fasilitator memberikan nametag kepada anak-anak
f. Leader menanyakan nama dan warna hewan pada gambar
g. Leader meminta anak untuk mewarnai gambar hewan
h. Co leader, fasilitator dan observer berada disamping anak-anak
memberikan motivasi, menilai pengetahuan anak tentang warna, serta
menilai kemampuan anak dalam mewarnai.
i. Leader meminta anak-anak menulis nama hewan pada gambar
j. Leader memberikan reward kepada anak-anak.
3. Evaluasi hasil
a. Anak-anak mengikuti terapi bermain dengan baik dari awal sampai selesai
b. Anak-anak tampak senang dapat bermain walaupun masih dalam keadaan
masih terpasang infus.
c. Anak-anak sangat kooperatif
d. Anak- anak mengkuti permainan dengan semangat
e. Anak-anak mampu menyebutkan nama dan warnai hewan
f. Anak-anak mampu mewarnai gambar hewan
g. Anak-anak mampu menulis nama hewan
h. Anak-anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan dan
pertumbuhan
i. Tidak terdapat keterlambatan motorik halus pada ketiga anak
j. Orang tua anak tampak semangat mendampingi anak dalam terapi
bermian
k. Orang tua anak kooperatif
l. Anak-anak tampak tidak ingin berhenti bermain.
m. Anak-anak merasa senang mendapat hadiah setelah mengikuti lomba di
akhir permainan terapi bermain.
DOKUMENTASI