Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA BERMAIN

PADA ANAK PRE SCHOOL


DI RUANG ASTER RSUD PROF DR MARGONO SUKARJO

Tahun Ajaran 2016/2017


Oleh Kelompok 4B:

1. Ach Farizal
2. Dwi Adiyanto
3. Bangkit Yudha K
4. Erina Setya Anggraeni
5. Dewi Rinjani
6. Ratnasari

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
SATUAN ACARA BERMAIN
PADA ANAK PRE SCHOOL
DI RUANG ASTER RSMS

Topik : Educative Playing


Sub topik : Puzzle
Sasaran : Anak Usia Pre School
Hari/Tanggal: Rabu, 21 Desember 2015
Waktu : 10.00 – 11.00 WIB (60 menit)
Tempat : Ruang Rawat Inap Aster RSMS
Penyuluh : Kelompok

I. Analisa Data
A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan
yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak, yaitu dengan melakukan kegiatan bermain.
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang
dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain
anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat
mengenal waktu, jarak serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress
yang dialami akan terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit
akan dapat dialihkan (distraksi) pada permainannya dan terjadi proses
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Selain itu juga
anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya
dan pikirannya.
Berdasarkan hasil pengamatan kami tanggal 19 Desember 2016 di
Ruang Rawat Inap ASTER, didapatkan pasien anak dengan Usia Pra
Sekolah sebanyak 4 anak, dimana terdiri dari anak laki-laki sebanyak 2
anak dan anak perempuan sebanyak 2 anak. Oleh karena itu, untuk
mengurangi stress hospitalisasi pada pasien anak tersebut, kami akan
melakukan dan mengajak pasien anak mengikuti terapi bermain khususnya
pada anak Usia Pra Sekolah usia 3-5 Tahun. Permainan yang akan kami
ajarkan pada anak berupa permainan puzzle, karena permainan ini sesuai
dengan karekteristik anak Usia Pra Sekolah, selain daripada jenis
permainan berupa peralatan rumah tangga, sepeda roda tiga, papan
tulis/kapur, lilin, boneka, kertas, drum, buku dan mobil-mobilan.
Permainan puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, termasuk aspek kognitif pada anak.
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak 1-3 tahun selama 60 menit,
anak diharapkan bisa mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan
kecemasannya, merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak
takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama
dirawat dirumah sakit, serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang
normal atau sehat.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
1. Membantu untuk mengurangi stress hospitalisasi.
2. Memberi peralihan dan relaksasi.
3. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
4. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
5. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
6. Mengembangkan kemampuan motorik anak.
7. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang
dirawat diruang yang sama.
8. Mengembangkan nilai dan moral anak dengan berdoa sebelum dan
sesudah kegiatan
IV. Pengorganisasian
Leader : Dwi Adiyanto, S. Kep
Fasilitator : 1. Ach Farizal, S. Kep
2. Dewi Rinjani, S. Kep
3. Erina Setya Anggraeni, S.Kep
Observer : 1. Bangkit Yudha K, S. Kep
2. Ratnasari, S. Kep
V. Denah Lokasi Permainan

O O

F F

L
Keterangan:
: Leader
L

F : Fasilitator

O : Observer

: Sasaran

VI. Metode
Construction Play
VII. Media dan Alat Permainan
Seperangkat alat puzzle.
VIII. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Tahap Waktu
Pengajar Peserta Didik
Persiapan 5 – 10 menit Leader :
Dwi
1. Mengecek ulang media yang
akan digunakan
2. Mempersiapkan agenda
bermain
Fasilitator :
Ijal, Dewi, dan Erin
1. Mempersiapkan ruangan untuk
bermain
2. Mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan
3. Mempersiapkan anak serta
media yang akan digunakan,
untuk bermain
4. Menghubungi pembimbing dan
kebutuhan peralatan
5. Menyiapkan reward
Observer :
Yudha dan Ratna
Mengobservasi minat para peserta
Pembukaan 5 menit 1. Salam. 1. Menjawab salam,
2. Perkenalan. mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan. memperhatikan
4. Mendukung anak untuk 2. Anak
memperkenalkan diri. memperkenalkan
5. Memberikan reinforcement. diri, nama
6. Menjelaskan cara bermain panggilan yang
disukai
Pelaksanaan 15 menit 1. Peserta sudah mamahami tema 1. Mendengarkan
bekerja sama, secara teknis dan memperhatikan
dalam permainan ini akan 2. Anak
dilakukan dinamika kelompok. bersemangat
2. Anak duduk dengan posisi 3. Anak mulai
membentuk setengah lingkaran bermain secara aktif
didalam ruangan.
3. Fasilitator duduk diantara
peserta didik, sesuai dengan
setting.
4. Leader menjelaskan aturan
permainan.
a. Semua anak mengikuti
permainan dari awal sampai
akhir.
b. Selama permainan
berlangsung anak-anak harus
mendengarkan dengan baik.
c. Jika ada anak yang ingin
meninggalkan permainan
harus meminta ijin terlebih
dahulu kepada fasilitator.
5. Mengatur jalannya permainan
dan memimpin permainan.
6. Fasilitator memotivasi anak
untuk bermain.
7. Memberikan reinforcement
positif.
Evaluasi 3 menit 1. Leader memberikan reward Mengikuti
positif permaninan dan
2. Memberikan pertanyaan nama menjawab
teman disebelahnya. pertanyaan yang
3. Memberikan pertanyaan bentuk diberikan.
gambar
Penutup 2 menit 1. Menyimpulkan kegiatan Memperhatikan dan
2. Menutup kegiatan menjawab salam
3. Mengucapkan salam

IX. Evaluasi
1. Rancangan Evaluasi
a. Anak mampu mengikuti permainan dengan optimal.
b. Anak mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya.
2. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan anak untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar.
c. Anak sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
3. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Fasilitator mampu memotivasi anak dalam kegiatan.
d. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
e. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
f. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
4. Evaluasi Hasil
a. Anak mampu mengikuti permainan dengan optimal.
b. Anak mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya.
c. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan.
d. Anak menyatakan rasa senangnya.

Lampiran Materi
TERAPI BERMAIN
(Permainan Edukatif/ Puzzle)

A. KONSEP TERAPI BERMAIN


1. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang
paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu
dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat
mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos
(Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk
berlatih peran dimasa mendatang yang penting untuk bertahan hidup
(Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak
bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut
Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak
yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,
menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,
2008).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional
dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginanya
sendiri dan memperoleh kesenangan.  (Foster, 1989). Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan,
belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta
sosial anak.”
2. Fungsi Bermain
a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan
ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya.
b. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini
dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama,
pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan
ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian
bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang
guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu
dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari
akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.
d. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana
anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan
mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan
sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
e. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
f. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga
adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain
dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal
ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari
budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang
harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
3. Manfaat Bermain
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
a. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,
otot dan organ-organ.
b. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
c. Anak belajar mengontrol diri.
d. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
e. Meningkatnya daya kreativitas.
f. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
g. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekawatiran, iri hati dan
kedukaan.
h. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
i. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
j. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
4. Macam-macam Bermain
a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh
dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi:
b. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
c. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah
rumahan.
d. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
e. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
f. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan 
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh: Melihat gambar di buku/majalah, mendengar
cerita atau musik, menonton televisi.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan
dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
5. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar: sepeda,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus:
gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat
permainan: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dan lain-lain.
6. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
a. Tahap perkembangan
b. Jenis kelamin anak
c. Status kesehatan anak
d. Lingkungan yang tidak mendukung
e. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
8. Bermain Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
toodler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya
tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh
anak pre school. Contoh: bermain balok
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas
yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian
tugas,anak bermain sesukanya.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukan oleh anak
usia sekolah adolesen.
9. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
10. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
a. Usia 1 Bulan
Visual : Lihat dengan jarak dekat, gantungkan benda yang
terang dan menyolok.
Auditori : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
Taktil : Memeluk, menggendong, memberi kesenangan.
Kinetik : Mengayun, naik kereta dorong.
b. Usia 2-3 Bulan
Visual : Buat ruangan menjadi tenang, gambar, cermin
ditembok. Bawa bayi ke ruangan lain. Letakkan bayi
agar dapat memandang di sekitar.
Auditori : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan
dalam pertemuan keluarga.
Taktil : Memandikan ,mengganti popok, menyisir rambut
dengan lembut, gosok dengan lotion/bedak.
Kinetik : Jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
c. Usia 4-6 Bulan
Visual : Bermain cermin, anak nonton televisi. Beri mainan
dengan warna terang.
Auditori : Anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama,
Remas kertas didekat telinga, pegang mainan bunyi.
Taktil : Beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
Kinetik : Bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
d. Usia 6-9 Bulan
Visual : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”.
Beri kertas untuk dirobek-robek.
Auditori : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan
bagian tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan
tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
Taktil : Meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main
air mengalir berenang.
Kinetik : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk
mengambilnya.
e. Usia 9-12 Bulan
Visual : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai
tempat. Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.
Auditori : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,
kenalkan dengan suara binatang.
Taktil : Beri makanan yang dapat dipegang. Kenalkan dingin,
panas dan hangat.
Kinetik : Beri mainan
Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan
 Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
 Buku dengan gambar menarik
 Balon, cangkir dan sendok
 Boneka bayi
 Mainan yang dapat didorong dan ditarik
Todler (2-3 Tahun)
 Mulai berjalan, memanjat, lari
 Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
 Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu
 Perhatiannya singkat
 Mulai mengerti memiliki “Ini milikku ….”
 Karakteristik bermain “Paralel Play”
 Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
 Senang musik/irama
Mainan Untuk Toddler
 Mainan yang dapat ditarik dan didorong
 Alat masak
 Malam, lilin
 Boneka, Blockies, Telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang
dapat dipukul, krayon, kertas.
Pre-School
 Cross motor and fine motors
 Dapat melompat, bermain dan bersepeda.
 Sangat energik dan imaginative
 Mulai terbentuk perkembangan moral
 Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok
 Karakteristik bermain
 Assosiative play
 Dramatic play
 Skill play
 Laki-laki aktif bermain di luar
 Perempuan di dalam rumah
Mainan untuk Pre-school
 Peralatan rumah tangga
 Sepeda roda Tiga
 Papan tulis/kapur
 Lilin, boneka, kertas
 Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk
Usia Sekolah
 Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
 Dapat belajar dengan aturan kelompok
 Belajar Independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
 Karakteristik “Cooperative Play”
 Laki-laki: Mechanical
 Perempuan: Mother Role
Mainan untuk anak usia sekolah
Usia 6-8 Tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda.
Usia 8-12 Tahun
Buku, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olahraga bersama, sepeda,
sepatu roda.
11. Bermain Di Rumah Sakit
a. Tujuan
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan.
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang
tepat.
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat.
b. Prinsip
1. Tidak banyak energi,singkat dan sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur sama.
4. Melibatkan keluarga/orang tua.
c. Upaya perawatan dalam pelaksanaan bermain
1. Lakukan saat tindakan keperawatan.
2. Sengaja mencari kesempatan khusus.
d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
e. Pelaksanaan bermain di Rumah Sakit dipengaruhi oleh :
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan Rumah Sakit, kerjasama Tim
dan keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua Rumah Sakit mempunyai fasilitas bermain.
B. KONSEP PERMAINAN PUZZLE
1. Pengertian Bermain Puzzle
Puzzle terdiri dari kepingan-kepingan yang dapat dibuat dari
karton/kardus, busa foam/karet, tripleks,kayu, MDF, plastik, maupun
sterofoam.
Bermain puzzle adalah kegiatan membongkar dan menyusun kembali
kepingan puzzle menjadi bentuk utuh,. Kegiatan ini bertujuan melatih
koordinasi mata, tangan dan pikiran anaka dalam menyusun kepingan
puzzle, yang terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda dengan cara
mencocokkan potingan gambar satu dengan lainnya sehingga membentuk
satugambar yang utuh dan baik.
2. Tujuan Bermain Puzzle
Tujuan bermain puzzle adalah agar anak-anak mampu menghubungkan
pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang
diperolehnya. Pemilihan tema dan gamba, jumlah potongan, jenis
potongan dan bahan harus disesuaikan dengan kelompok usia anak. Selain
permainan puzzle sangat disukai anak-anak, puzzle sangat membantu anak
sesuai dengan fungsinya.
3. Fungsi Bermain Puzzle
a) Bermain sambil belajar
b) Melatih motorik halus
c) Melatih daya ingat dan pikir
d) Melatih konsentrasi
4. Cara Mengoptimalkan Permainan Puzzle
a. Mengumpulkan berbagai macama jenis puzzle dan tuntun anak dengan
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih gambar dan jenis
mana yang mereka sukai.
b. Setelah anak memilih, kita tuntun mereka dan menanyakan bentuk dan
gambar apa yang mereka pilih (misal, puzzle binatang: SAPI).
c. Rangsang anak sambil berdialog:
Alhamdulillah, adik sudah memilih puzzle binatang sapi ciptaan
Allah SWT. Sebelum memulai bermain mengucapkan Bismilah dan
doa.
Tanyakan “Terbuat dari bahan apa permainan ini?”....adik menjawab
bahan kayu...
Tanyakan “Apakah binatang sapi termasuk binatang ternak, jinak atau
buas?
Tanyakan “Manfaat apa yang sapi berikan kepada manusia?”
Berikan informasi lain mengenai manfaat sapi, seperti:
membantumembajak sawah dan menarik gerobak, air susu sapi sangat
bermanfaat, daging sapi halal untuk dimakan.
d. Setelah itu, anak memasang dan mencocokkan kembali satu persaru
kepingan hingga selesai menjadi suatu bentuk utuh.
e. Terakhir, ucapkan alhamdulillah , adik diberikan kepandaian oleh alalh
SWT untuk menyelesaikan dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K., et al. (2010). Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak
Prasekolah. www.nursingbegin.com. Diakses Pada Tanggal 3 April
2014.
Foster and Humsberger. (1998). Family Centered Nursing Care of Children.
Philadelpia USA: WB sauders Company.
Hurlock E B. (1991). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Markum dkk. (1990). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: IDI.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai