Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

PADA ANAK ZAAL ANAK RSUD Dr.ACHMAD MOCTAR BUKITTINGGI

SUMATERA BARAT

Topik : Terapi Bermain Puzzle Pada Anak

Hari/Tanggal : Jum’at/ 18 Oktober 2019

Waktu : Jam 10.00 WIB

Penyaji : Mahasiswa STIKES YARSI SUMBAR Bukittinggi

Tempat : Zaal Anak RSUD Dr.Achmad Moctar Bukittinggi Sumatera Barat

A. LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada
saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

1
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang
ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental.
Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang
ingatan(Baras, 2010).
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit RSUD Dr.Achmad Mochtar
Bukittingi Sumetera Barat diruangan anak didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5
tahun) sebanyak ... orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan
tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak
dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu
yang menarik seperi binatang, tumbuhan, dan benda disekitar. Bermain ini
menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat
permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan
dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu
dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telah dibongkar.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap
stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak mampu:
 Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
 Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
 Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
 Beradaptasi dengan lingkungan.
 Mempererat hubungan antara perawat dan anak.

2
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Materi/pokok bahasan : Terapi Bermain Puzzel bongkar pasang pada anak
2. Sasaran : Anak-anak yang berada di ruangan zaal anak RSUD
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Sumatera Barat
3. Target : Anak Usia toddler 1-3 tahun yang berada di ruangan
Zaal Anak RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
Sumatera Barat.
4. Metode : Intruksi dan bermain
5. Media : Puzzle
6. Waktu dan tempat : 18 Oktober 2019 / Jam 10:00 Wib di Ruangan Zaal
Anak RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
Sumatera Barat.

D. SETTING DAN TEMPAT

3
KETERANGAN :

: Presenter : media : moderator

: peserta : fasilitator :observer

: Pembimbing Akademik Dan Pembimbing Klinik

E. URAIAN TUGAS
1. Penanggung Jawab : Latifa Syahra
:Bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan
kepada semua anggota penyuluhan tentang persiapan
penyuluhan terapi bermain pada anak

2. Moderator : Suci Rahma Leni


Tugas :Memimpin jalannya kegiatan (membuka penyuluhan
dan menutup acara penyuluhan serta menyimpulkan
materi yang telah di sampaikan.

3. Pengarah permainan : Adenia Ralika, Bella Utami, Vira Rinanda,


Rahmatul Husna
Tugas : Mengarahkan dan mengintruksikan kepada audiens
bagaimana cara memainkan permainan yang telah
disediakan.

4. Observer : Andriani Candra, Apriatna, Randy Irawan

4
Tugas :Mengamati jalannya penyuluhan

5. Fasilitator : Merda Lopa Yana, Fifi Selfiani

Tugas : Mendorong audien agar mampu dan bisa dalam


menyelesaikan permainanya

F. KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

N Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu Media


o

1 Pendahuluan 1.Salam Pembuka 1. Menjawab 10


atau 2.Memperkenalkan Kelompok salam menit
pembukaan dan pembimbing 2. Mendenga
3.Menyampaikan topik & rkan
tujuan penyuluhan
4.Menanyakan kepada orang
tua apakah sudah pernah
mengikuti program terapi
bermain
5. Menyepakati kontrak
( waktu)

5
2 Permainan 1. Membagikan alat 1. menerima alat 15
dan permainan permainan menit
Pembagian 2. Menjelaskan cara bermain 2. menanyakan
doorfrize 3. Menjawab semua kejelasan
pertanyaan peserta permainan.
4. Memotivasi peran aktif 3. anak-anak
5. Memberikan doorfrize menrima
kepada semua anak yang doorfrize dengan
ikut dalam permainan senang
terapi bermain

3 Penutup 1. Mengevaluasi anak 1.Memperhati 5 menit


berhasil atau tidak dalam kan
permainan menyusun
puzzel
2. Menyimpulkan
3. Respons anak
4. Salam Penutup

6
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan terapi bermain
b. Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab.
2. Evaluasi Hasil
3. Evaluasi Proses
a. Kesiapan Terapi Aktivitas Kelompok dari mahasiswa STIKES YARSI
SUMBAR Bukitinggi
b. Kesepakatan pertemuan dengan peserta Terapi Aktivitas Kelompok
c. Peserta Terapi Aktivitas Kelompok mengikuti kegiatan sampai selesai.
d. Pertemuan berjalan dengan lancar.
e. Selama kegiatan diharapkan audien aktif.

7
MATERI

A. Pengertian Bermain puzzel


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009).Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari
bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan
media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian
tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat
permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang
dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan
pasangannya.

B. Tujuan Bermain puzzel


Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental
sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh
inovatif.

C. Fungsi Bermain Puzzel


Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

8
a. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak
usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.
b. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan,
kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal
mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan
hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada
saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman,
memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada
kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi
anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
d. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.

9
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan
ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya,
merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan
nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.

10
D. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
a. Bermain aktif
 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)Perhatikan pertama anak
pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim,
meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
 Bermain konstruksi (construction play)Pada anak umur 3 tahun, misalnya
dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll.
 Bermain drama (dramatik play) Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-
rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
 Bermain bola, tali, dan sebagainya
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
 Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
 Mendengarkan cerita atau musik
 Menonton televisi tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.

11
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan, lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan à senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

G. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
e. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

12
I. Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.

J. Antisipasi hambatan
a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

K. Cara Bermain Puzzel


a. Sediakan kertas puzzel bergambar
b. Bongkar kertas pazzel tersebut
c. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
d. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
e. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
f. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel
di bongkar

13
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa
media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual,
perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

B. SARAN
1. Orang Tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak
agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang
tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari
permainan tersebut.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk
mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai
dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain

14
yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak
walaupun dirumah sakit.

15
DAFTAR HADIR PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

DI ZAAL ANAK

NO NAMA PARAF
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23

16
24 24

17

Anda mungkin juga menyukai