Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI BERMAIN PADA ANAK

DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :

1. Arianti Yulanda (070118A005)


2. Nurul Julia Ningrum (070118A049)
3. Rikha Amalia Malik (070118A057)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI
RUMAH SAKIT DR.MOEWARDI

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain dengan Alat Permainan Edukatif tutup botol
pintar
Tujuan : Menurunkan tingkat ketakutan dan kecemasan anak

Hari/Tanggal : Jumat, 14 Juni 2019


Tempat : Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Peserta : Anak-anak usia 5-10 tahun
Waktu : 10.30- Selesai
Lama : 30 menit
Jumlah Peserta : 4-5 orang
Penyaji : Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi pada anak merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan trauma, cemas, marah, sedih, takut dan rasa nyeri yang efeknya
dapat mengganggu tugas perkembangan anak. Meskipun anak berada di
rumah sakit masih tetap diperlukan stimulasi tumbuh kembang untuk
membantu anak tetap mampu menyelesaiakan tugas perkembangannya
sehingga tidak mengganggu proses tumbuh kembang anak selanjutnya
(Wong, 2008).
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal,
meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa
yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan
apapun yang mereka inginkan. Dilihat dari sudut pandang psikologi, mulai
tahun 1800-an bermain dipandang sebagai aktivitas yang penting untuk anak.
Sebelumnya, bermain hanya dipandang sebagai ekspresi dari kelebihan energi
yang dimiliki anak-anak atau sebagai bagian dari rituall budaya dan agama.
Seiring perkembangan waktu, pandangan para ahli tentang bermain berubah
dan bermain dipandang sebagai perilaku yang bermakna (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak
bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut
Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak
yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi
percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.
Bangsal melati 2 yaitu bangsal perawatan anak. Ruangan atau bangsal
ini memiliki satu ruangan khusus sebagai tempat bermain bagi pasien anak
yang di rawat di bangsal ini. Dibangsal melati 2 mayoritas anak merasa cemas
yang menyebabkan ketidaknyamanan pada anak sehingga anak mejadi lebih
rewel atau mudah menangis. 3 orang anak takut dengan tindakan keperawatan
yang diberikan sedangkan ada 5 orang anak yang menginginkan untuk segera
pulang ke rumah. Hal ini dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan
menyebabkan anak tidak kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang
akan dilakukan. Terapi yang diberikan oleh Rumah Sakit adalan obat-obatan.
Dalam kondisi tersebut dapat diterapkan terapi bermain untuk
mengurangi dampak hospitalisasi dan mengurangi kecemasan pada anak,
salah satu terapi bermain yang dapat diberikan adalah “tutup botol pintar”
atau memberi karet pada tutup botol sesuai dengan jumlah angka yg di dapat
dengan alasan pasien dengan hospitalisasi dan cemas akan teralihkan.
Sehingga anak tidak hanya merekam hal-hal yang menyakitkan dirumah sakit
tetapi anak juga mampu merekam hal-hal yang menarik dirumah sakit, yang
diharapkan dapat mengurangi persepsi menakutkan saat di Rumah Sakit.
Selain itu diharapkan anak mampu meningkatkan kepercayaan diri dengan
cara berkenalan dengan teman yang setelah membuat papan nama berbentuk
ulat ini.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
dapat mengembangkan kreatifitas dan menjadi lebih aktif melaui
pengalaman bermain, dan meningkatkan harga diri anak.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan anak mampu :
a. Mampu mengidentifikasi nama panggilan kesukaan anak
b. Mampu meningkatkan aspek perkembangan anak baik dari segi
agama & moral, fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni.
c. Mampu berkarya membuat pola geometri sesuai imajinasi pada
game dan belajar berhitung sesuai permainan
d. Anak merasa tenang selama dirawat.

C. PENGORGANISASIAN
1. Struktur Organisasi
a. Leader : Arianti Yulanda
b. Fasilitator : Nurul Julia Ningrum
Rikha Amalia Malik
2. Uraian Tugas
a. Leader
1) Menjelaskan tujuan bermain
2) Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
3) Menjelaskan aturan bermain pada anak
4) Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Fasilitator
1) Menyiapkan alat-alat permainan
2) Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
3) Mempertahankan kehadiran anak
4) Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun
dalam.
D. PERENCANAAN KEGIATAN BERMAIN
1. Jenis Program Bermain
“Alat permainan tutup botol pintar”
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih motorik halus
b. Melatih motorik kasar
c. Melatih kesabaran dan kecekatan
d. Melatih kreasi dan keterampilan
e. Melatih anak untuk berhemat
3. Karakteristik Peserta
a. Anak usia 5 sampai 10 tahun
b. Keadaan umum mulai membaik
c. Klien dapat bergerak atau ambulasi
d. Tidak cacat fisik
e. Peserta kooperatif
4. Sasaran
Pasien anak yang dirawat di ruang Melati 2 RSUD dr. Moewardi
5. Media
a. Satu papan persegi panjang yang sudah di tempel 54 tutup botol
b. Karet gelang
c. Dadu
6. Metode
Demonstrasi dan praktik.
7. Proses Bermain
a. Pelaksanaan permainan dilaksanakan di dalam ruang bermain
b. Sebelum permainan dimulai diawali dengan meperkenalkan diri dan
dan berdoa
c. Selanjutnya memperkenalkan nama alat yang di gunakan
d. Setiap anak dipersilakan melempar dadu secara pergantian yang
telah dipersediakan
e. Ambil karet gelang dan letakkan di tutup botol bekas sesuai dengan
angka yang keluar dari lemparan dadu tersebut, terserah dimana saja
dan penting jadi satu
f. Ajarkan anak menghitung jumlah tutup botol yang telah berbentuk
geometri tersebut
g. Saat game berlangsung kita ajak anak untuk benyanyi bersama
h. Setelah game selesai ajak anak mengucap syukur Alhamdulillah
karena sudah selesai bermain APE tutup botol pintar
i. Angka yang keluar dari dadu selanjutnya mempersilakan anak untuk
menghitung tutup botol dari lemparan angka yang keluar dari dadu
dan meletakkan karet gelang
8. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Permainan tidak boleh dilakukan pada saat pasien asma.
b. Fisik anak harus dalam keadaan normal (tidak cacat fisik)
c. Anak bisa berpindah-pindah/ambulasi (tidak ada gangguan
mobilisasi)
d. Anak merasa bosan dengan permaianan sehingga tidak mau
melanjutkan permainan sampai selesai.
e. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum
meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
f. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermain.
9. Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan
a. Lakukan pendekatan terlebih dahulu kepada anak agar anak tidak
merasa takut ataupun malu sehingga mau melakukan permainan.
b. Tuntun anak agar dapat melakukan permainan secara baik dan benar.
c. Jika anak merasa bosan, selingi dengan pembicaraan ringan yang
bertujuan agar anak tetap tertarik pada permainan.

E. STRATEGI PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan (Pra interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat, anak
-Menyiapkan ruangan dan keluarga sudah siap
-Menyiapkan alat-alat
-Menyiapkan anak dan keluarga
2 Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
-Mengucapkan salam menjawab salam, anak
-Memperkenalkan diri saling berkenalan, anak
-Anak yang akan bermain saling dan keluarga
berkenalan memperhatikan terapis
-Menjelaskan kepada anak dan
keluarga maksud dan tujuan terapi
bermain
3 Kegiatan (Kerja) 15 menit Anak dan keluarga
-Menjelaskan kepada anak dan memperhatikan
keluarga tujuan, manfaat bermain penjelasan dan keluarga
dan cara permainan. memberikan respon yang
-Membantu anak-anak dalam baik.
melepar dadu dan meletakkan
karet gelang
-Membantu anak-anak dalam
menghitung jumlah tutup botol
yang telah diletakkan karet gelang
berbentuk geometri
4 Penutup (Terminasi) 5 menit Anak dan keluarga
-Memberikan reward pada anak tampak senang,
atas kemamuan mengikuti menjawab salam
kegiatan bermain sampai selesai
-Mengucapkan terimakasih
-Mengucapkan salam

F. EVALUASI
Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah:
1. Persiapan.
a) Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
Alat permainan dapat disiapkan dengan baik, tidak ada kekurangan
dan semua alat permainan dapat digunakan. Ruangan untuk terapi
bermain dilakukan di ruang terapi bermain yang tersedia di ruang
Melati 2 RSDM. Penataan kegiatan dengan bentuk kursi melingkar
dan terdapat meja ditengah. Anak-anak terlihat sangat antusias untuk
mengikuti kegiatan terapi bermain.
b) Ketepatan waktu.
Waktu terapi bermain dilaksanakan tidak tepat waktu sesuai kontrak
dengan keluarga dan anak, karena menunggu peserta datang keruang
terapi bermain. Terapi bermain dimulai tepat pukul 11.00 WIB.
2. Proses.
a) Kemampuan leader memimpin permainan.
Leader mampu memimpin kegiatan terapi bermain tutup botol pintar
dengan baik yang dimulai dengan sesi perkenalan, kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan fungsi kegiatan terapi bermain dan
alur atau cara bermain tutup botol pintar.
b) Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak.
Fasilitator memfasilitasi perlengkapan terapi bermain dan
mendampingi para peserta dalam berjalannya kegiatan terapi
bermain yaitu dengan membantu menjelaskan untuk peserta yang
belum begitu paham dengan proses permainan, selain itu fasilitator
menjaga mood dan kondisi anak tetap semangat untuk
menyelesaikan permainan tutup botol pintar.
c) Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh,
antusiasme anak selama bermain)
Anak sangat antusias dalam melakukan terapi bermain tutup botol
pintar. Para peserta mengikuti jalannya proses permainan tanpa
meminta keluarga untuk mendampingi di samping peserta. Mereka
terlihat sangat senang dan bersemangat.
3. Hasil.
a) Kesan –kesan anak setelah melakukan terapi bermain
Anak mampu menghitung jumlah tutup botol yang sesuai dengan
angka dadu yg dilemparkan, anak mampu menjumlahkan tutup botol
yang mereka beri pola dengan karet sesuai dengan jumlah angka
yang keluar pada dadu yang mereka lemparkan.
LAMPIRAN MATERI

A. Dfinisi
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal,
meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa
yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan
apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 2009) bermain
dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang
yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah
selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit
Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat
penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan
dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih
banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain adalah cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong,
2009). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya
sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain
sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak.”

B. Fungsi
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas
anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat
dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang
visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.
Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal
ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi
bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif
selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada
usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi
seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan
teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi
dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas,
dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada
dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan
sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada
anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah
dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus
dilakukan tidak boleh dilanggar.

C. Manfaat
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot
dan organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

D. Macam-macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif
dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita
atau musik,menonton televisi dsb
.
E. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan
halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang
ditarik dandidorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok,
lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah,
radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.Contoh alat permainan :
alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali,
dan lain-lain.

F. Hal-hal yang Harus Diperhatian dalam Bermain


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sediki

G. Tujuan
Tujuan kegiatan :
a. Memberi informasi
b. Memicu normalisasi.
c. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
d. Mengidentifikasi teknik koping.
Contoh kegiatan :
a. Mendesain tanda selamat datang
b. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak
c. Memicu orang tua membawa foto dan mainan
d. Memberi daftar kegiatan rumah sakit.
e. Proaktif melakukan permainan.

H. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


Menurut Thompson ED. (2009) prinsip bermain di rumah sakit adalah :
a. Kelompok umur yang sama
b. Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur
yang sama agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan
usia dan tingkat perkembangan anak
c. Pertimbangan keamanan dan infeksi silang
d. Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi
silang dapat dihindari
e. Tidak banyak energi serta permainan singkat
f. Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain
sehingga permainan yang diberikan harus merupakan permainan yang
tidak menguras tenaga energi yang besar
g. Waktu bermain perlu melibatkan orang tua
h. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang
tua dengan anak akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan
penyakit dapat segera diketahui secara dini.
DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Dewi, K., et al. 2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.
Diakses Pada Tanggal 13 Juni 2019. www.nursingbegin.com

Nuryanti, Lusi. (2008). Psikologi Anak. Jakarta: PT Indeks.

Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai