Oleh:
Kelompok 14
1. Achmad Mudhofir 201710461011040
2. Siti Nafisah 201710461011038
3. Hafidha Tsalats 201710461011039
MENGETAHUI,
( ) ( )
SATUAN ACARA BERMAIN “DONGENG”
DI RUANG 7A RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Pokok Bahasan : Terapi Bermain pada Anak di RSUD dr. Saiful Anwar
Malang
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia 3-6 Tahun (Tahap Usia Pre
School)
Media : Boneka
Materi : Terlampir
1.5 Pengorganisasian
Leader : Achmad Mudhofir
Co. Leader : Siti Nafisah
Fasilitator dan Observer : Hafidha Tsalats
Co Leader Observer
1.7 Tahapan
a. Persiapan pasien
Keluarga bersedia mengikutsertakan anak dalam bermain
Anak bersedia terlibat dalam permainan
Anak siap untuk mendengarkan dongeng
b. Lingkungan
Lingkungan tempat bermain menunjang
Perhatian anak dapat terfokus pada dongeng yang diceritakan
c. Media
Boneka
d. Proses
Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
Anak mampu berkonsentrasi saat dongeng di lakukan
Anak dapat mengembangkan kreativitasnya
Anak mampu mempertahankan konsentrasi sampai kegiatan selesai
e. Hasil
Anak mampu bersosialisasi dan berkonsentrasi
Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
Anak tidak cemas dan mengikuti kegiatan sampai selesai
1.8 Evaluasi
Anak antusias dalam mengikuti acara bermain
Anak dapat menceritakan apa yang di tanggap dari dongeng
Anak mengikuti acara bermain sampai selesai
MATERI BERMAIN DONGENG
Aspek Bahasa
1. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum
B. Pengertian Dongeng/Cerita
Dongeng adalah cerita-cerita fiksi yang diceritakan pendongeng kepada
para pendengar secara lisan yang di dalamnya terdapat pesan moral positif
yang mendidik. Dongeng biasanya didongengkan kepada anak-anak yang
masih kecil, oleh orangtua, kakek, nenek, paman, bibi dan lain sebagainya.
Dongeng bisa disampaikan kepada anak sebelum tidur hingga si anak tertidur
pulas dengan cara bercerita langsung maupun dengan membaca buku
dongeng.
Menyampaikan dongeng yang menarik kepada anak memang
membutuhkan keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan cerita,
kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun perilaku
tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan. Jika anak bisa
memahami pesan di baliknya dan menikmati dongeng yang kita bawakan,
maka itu tandanya bahwa kita sudah berhasil (Martini, 2012)
C. Manfaat Dongen/Cerita
Memperkaya kosakata anak.
Mendengarkan sebuah cerita bisa menstimulasi daya imajinasi dan
berpikir agar si Kecil tumbuh menjadi anak yang kreatif.
Melatih kemampuan mendengar.
Melatih daya ingatnya.
Memperkenalkan anak dengan hal-hal di sekitarnya, seperti gambar,
bentuk, huruf, angka, dan lainnya.
Makin banyak anak mendengar, maka makin mudah anak untuk berbicara.
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
SelembaMedika
Martani, W.(2012). Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.
Jurnal Psikologi, 39(1), 112-120.
TIGA SEKAWAN
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Kelinci dengan 3 orang anaknya. Anak yang
sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya.Anak yang tengah sangat
rakus, tidak mau bekerja dan kerjanya hanya makan. Anak bungsunya tidak
seperti kakaknya, ia anak yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu Babi berkata kepada
anak-anaknya, “Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup mandiri dan
buatlah rumah masing-masing”. Si bungsu berpikir rumah seperti apa yang akan
didirikannya.
Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari jerami. Si bungsu
berkata, “Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan”. “Oh
iya ya! Kalau begitu aku akan membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika
ada angin”, kata si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali berkata, “kalau
rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur jika dipukul”. Si kakak menjadi
marah, “Kau sendiri lambat membuat rumah dari batu batamu itu, jika hari telah
sore serigala akan datang.” Si bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu-
bata yang kuat yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun
tiba, pada saat bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu
mengundang kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke rumah ibu Kelinci. “Hebat
anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri”, ujar
Ibu Kelinci. Kedua kakak si bungsu menggerutu. “Tidak ah, cape!,” gerutu
mereka.
Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan,
tiba-tiba seekor serigala membuntuti mereka. “Aku akan memakan kelinci malas
yang tinggal di rumah jerami itu”, kata serigala. Ketika sampai di depan pintu si
sulung ia langsung menendang pintu. “Buka pintu!” teriaknya. Si sulung terkejut
dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup
rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu.
Walaupun pintu telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu itu
hingga hancur. Serigala mendekat ke arah kedua anak kelinci yang sedang
berpelukan karena ketakutan. Keduanya langsung lari dengan sekuat tenaga
menuju rumah si bungsu. “Cepat kunci pintunya!, nanti kita dimakan”, kata si
sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. “Tak usah khawatir, rumahku tidak
akan goyah”, kata si bungsu sambil tertawa. Ketika serigala sampai, ia langsung
menendang, mendobrak berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya
kesakitan. Serigala akhirnya menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat
itu, ketiga anak kelinci ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah datang
lagi.
Suatu hari, ketiga anak kelinci pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba
Serigala itu muncul disana. Anak-anak kelinci langsung naik ke pohon
menyelamatkan diri. Serigala yang tidak dapat memanjat pohon menunggu di
bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, lalu ia berteriak, “Serigala, kau pasti
lapar. Apakah kau mau apel?”, si bungsu segera melempar sebuah apel. Serigala
yang sudah kelaparan langsung mengejar apel yang menggelinding. “Sekarang
ayo kita lari!”. Akhirnya mereka semua selamat.
Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak tertahankan. Malang
bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke
dalam air yang mendidih. “Waa!”, serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh
badannya luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.
Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan baik, dengan
mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan si tengah sekarang menjadi rajin
bekerja seperti si bungsu. Ibu kelinci merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup
dengan rukun dan damai.
Tamat.